Dan pilihanku memang tidak salah, dia sosok yang lebih mengerti aku dibandingkan kamu
*****
Mulai hari ini, Liony menjalankan aktivitas nya kembali. Berangkat ke kantor pagi-pagi, bertemu banyak orang, dan yang paling membuat Liony merasakan pening di kepalanya adalah tumpukan kertas yang sudah menunggu di meja kerjan ya.
Mengambil cuti bulanan selama tiga hari, membuat Liony harus mengejar pekerjaannya yang tertinggal. Mungkin hari ini Liony akan pulang larut untuk bisa menyelesaikan semuanya. Liony memijit pelipisnya, sepertinya Liony tidak sanggup.
Liony bekerja di salah satu perusahaan property bagian Staff Accounting. Dulu pertama kali pindah ke Jakarta, Liony di tempatkan di bagian Administrasi. Karena kinerja Liony yang selalu mencapai target, dan tidak menunda-nunda pekerjaan, akhirnya Liony di pindah bagian.
Dari situlah, ada saja yang tidak suka dengan Liony. Liony yang statusnya masih anak baru sudah di angkat ke bagian yang lebih tinggi. Sedangkan mereka yang statusnya sudah bertahun-tahun kerja disana, masih tetap di bagian itu-itu saja. Tapi, ini bukan salah Liony kan? Bukankah nasib, dan rezeki orang itu berbeda-beda?
Pintu ruangan Liony terbuka, menampilkan wanita berkulit putih bersih, dengan rambut yang sedikit kecoklatan. Berumur sekitar 26 tahun.
"Asik banget yang abis cuti."
Dia Sari, satu-satunya teman dekat Liony yang ada di kantor.
"Cuti nya sih asik, tapi kertas-kertas yang ada di meja gue bisa di singkirin gak sih?"
Sari terkekeh geli, "Nasib lo banget ya, Ny."
"Nih, Buat lo."
Sari memberikan satu cup milk shake strawberry yang ia bawa. Mata Liony berbinar melihat minuman kesukaannya.
"Thanks, Mbak. Terbaik deh lo!" Seru Liony.
Sari melihat tumpukan kertas di meja Liony yang terlihat sangat menyesakkan.
"PR lo banyak juga, Ny."
"Bu Rini kalo ngasih kerjaan emang suka gak kira-kira ya, Mbak?"
"Ya gitu. Terima aja sih, namanya juga bos."
"Lo gak menawarkan bantuan gitu, Mbak?"
"Oh engga, makasih. Kerjaan gue juga banyak. Selamat berlembur sehabis libur, Liony."
Setelahnya Sari meninggalkan Liony tanpa menawarkan bantuan kepadanya.
Liony memandang frustasi kertas-kertas yang menyesakkan itu. Ia sedikit berpikir keras, ia tidak ingin di ganggu selama ia menyelesaikan tugasnya. Matanya menatap telepon kabel yang ada di ujung mejanya. Sepertinya ini ide yang bagus, agar tidak di ganggu oleh siapapun.
****
Ponsel Liony berdering. Membuat Liony yang masih berkutat dengan pekerjaannya mendesah sebal. Nama kekasihnya tertera di layar yang berkedip-kedip. Desahan sebal yang keluar dari mulutnya berubah menjadi senyuman lebar, selebar jalan raya.
Reza Pradipta, cowok yang setahun belakangan ini bersama Liony. Pemilik salah satu restoran yang ada di Jakarta. Umurnya 4 tahun di atas Liony. Setelah hubungan khayalan nya bersama dengan Ken kemarin, Liony memutuskan untuk memulai semuanya kembali dari awal bersama dengan orang baru yang dia pilih, yaitu Reza.
"Hallo" sapa Liony setelah panggilan terhubung.
"Hey, kamu udah makan siang?"
Liony melirik kertas-kertas di mejanya yang masih belum surut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriendschapszone
Teen FictionUntukmu, yang raga dan hatinya tidak akan pernah bisa ku gapai. Untukmu, yang berkali kali melihat tapi tak pernah berani untuk merasakan. Untukmu, yang selalu membuat rinduku menumpuk tak terobati dengan temu. Kita pernah berada di dalam satu ling...