Bagian 7

9 6 2
                                    

"Tidak perlu membenci, semesta punya caranya sendiri untuk membuat kita lebih bersyukur."

*****

Kantin perusahaan terasa sesak, karena penuh dengan karyawan yang sedang menghabiskan jam istirahat nya, entah untuk makan siang, atau sekedar menetralkan pikirannya sejenak disini. Dulu, awal pertama Liony bekerja disini, dia selalu menghabiskan waktu istirahat nya di kantin. Tapi semenjak di pindah bagian, Liony jarang sekali menginjakkan kakinya di kantin perusahaan. Mungkin itu yang menyebabkan semua orang membencinya, bukan karena Liony sombong atau apa, tuntutan pekerjaan lah yang membuat Liony jarang ada waktu untuk makan di kantin. Bersyukur jika Liony mendapatkan jam istirahat normal sama seperti karyawan lain, bahkan terkadang Liony harus menahan rasa laparnya demi menyelesaikan pekerjaannya.

Banyak pasang mata menatap Liony heran, mungkin mereka pikir, tumben sekali Liony makan di kantin. Tapi apa peduli Liony akan hal itu? Yang Liony lakukan sekarang adalah mencari Sari, dan menjelaskan soal tugas yang dialihkan kepadanya.

Liony ikut mengantre mengambil makanan yang di sajikan secara buffet. Ya, kantin perusahaan tempat Liony bekerja memang menyediakan makan siang gratis untuk seluruh karyawan.

Entah sebuah kebetulan, ada kursi kosong di meja yang di tempati Mbak Sari, Mbak Tia, Vita, dan Anya, segera Liony menempati kursi kosong itu.

"Boleh gabung?"

Pertanyaan Liony membuat, Tia melirik kearah Sari, dan apa yang dilakukan Sari? Dia hanya acuh dan masih menikmati hidangan makan siangnya.

Ah, Liony ingat, Tia adalah kepala resepsionis, dan salah satu orang yang paling membencinya. Entah karena apa, tapi yang Liony perhatikan, setiap Tia menatap Liony, ada aura kebencian disana. Dan Liony tidak peduli akan hal itu.

Vita dan Anya menyambut Liony dengan senang hati.

"Tumben, Mbak makan di kantin? Lagi gak banyak kerjaan?" Tanya Vita.

"Alhamdulillah, ada Anya yang bantu jadi lebih ringan."

Anya tersenyum, manis sekali. Kecantikan gadis itu mendapatkan nilai 90 dari 100. Sangat menawan.

Suara kursi berdecit, Sari bangkit dari duduknya, membawa nampan makanan yang sudah bersih tanpa sisa. Tanpa berkata apapun, Sari pergi meninggalkan meja yang hanya tersisa Liony, Vita, Dan Anya. Tia? Dia ikut bangkit dan mengejar Sari.

Bukan Liony tidak ingin mengejar Sari, tapi Liony sudah yakin akan seperti ini. Sari sudah pasti akan terus menghindarinya tanpa mendengar apa yang ingin di jelaskannya.

"Mbak Sari, kenapa?" Tanya Vita.

Liony mengangkat bahunya acuh. Untuk sekarang Liony tidak ingin membebankan pikirannya. Biarlah Sari membeci Liony karena presepsi nya sendiri. Nanti saat waktunya tiba, Sari akan mengerti juga.

****

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Liony baru saja bersiap untuk pulang. Pekerjaannya sudah selesai sejak pukul 4 sore, tapi laporan yang di pinta Bu Rini harus selesai hari ini. Dan Liony baru saja menyelesaikan nya.

Anya, anak magang itu sudah Liony suruh pulang lebih dulu, karena memang pekerjaan dengannya sudah selesai. Liony begitu menyukai kinerja Anya yang selalu semangat ketika mengerjakan pekerjaannya. Dia bersungguh-sungguh ingin mengejar karier nya di Jakarta, sama seperti Liony. Orang seperti Anya yang di cari oleh banyak perusahaan. Cantik, pintar, dan berpotensi. Liony yakin sekali jika Bu Rini sudah menyukai Anya, Anya akan masuk di lingkaran Liony. Sudah di pastikan akan ada banyak orang yang tidak menyukainya.

Notifikasi pesan di ponsel Liony, membuat liony menghentikan langkah kakinya. Membaca pesan masuk dari Reza kemudian membalasnya.

Reza Pradipta

Belum pulang?

Aku baru selesai. Ini mau pulang.

Aku jemput?

Gak perlu sayang. Aku bawa mobil.

Yaudah, hati-hati.

Kabarin aku kalo udah sampe rumah.

Liony Tersenyum membaca pesan terakhir dari kekasihnya. Setelahnya, Liony memasukkan kembali benda pipih persegi warna pink itu kedalam tas miliknya. Kakinya melanjutkan kembali langkah yang sempat terhenti. Selama Liony berjalan menuju lobby, dari setiap arah banyak sekali pasang mata yang melihat, tapi hanya beberapa yang berani menyapa.

****

Liony diam mematung di depan rumah bercat putih dengan dua lantai itu. Gerbang bercorak emas yang menjulang tinggi itu dibiarkan terbuka, dapat terlihat jelas halaman rumah yang cukup luas itu. Hal yang membuat Liony termangu, ada mobil yang nampak asing terparkir rapih di bagasi rumahnya. Liony berfikir sejenak sebelum masuk kedalam rumahnya. Mungkin pemilik mobil itu, adalah tamu dari orang tuanya.

Melihat keadaan ruang tamu yang tidak ada penghuninya, Liony memutuskan untuk pergi ke dapur. Dan benar saja, Mama nya sedang membuat minuman entah untuk siapa. Mungkin saja untuk tamu si pemilik mobil asing yang ada di bagasi rumahnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Sayang, sudah pulang?" Tanya Mama Lia yang masih fokus dengan kegiatannya.

"Hmmm. Mam, itu mobil siapa?"

"Mobil temen kamu."

"Temen aku? Siapa?" Tanya Liony bingung. Perasaan teman Liony di Jakarta hanya Kanaya. Teman kantornya hanya Mbak Sari, tapikan Mbak Sari sedang ada problem dengannya. Jadi, siapa lagi teman Liony?

"Udah gak usah banyak mikir. Mending bantuin Mama, bawain ini ke taman belakang"

Mama Lia memberikan nampan berisi minuman yang sudah di buatnya, kepada Liony. Liony hanya bisa menuruti kemauan Mama nya itu, lagipula Liony penasaran siapa sih sebenarnya tamu yang disebut sebagai temannya itu.

Taman belakang, di Gazebo dekat kolam renang. Pemandangan yang Liony lihat adalah Papa nya sedang berbincang ringan dengan seseorang. Liony tidak bisa melihat siapa orang itu, karena posisi orang itu sekarang, duduk membelakangi Liony. Tapi, dari postur tubuhnya, Liony sangat mengenal siapa dia.

'apa yang dia lakukan di disini?'

******

Happy weekend gais!

Terimakasih sudah membaca cerita ini.

Di part ini gak ada adegan uwu nya ya😁

Semoga kalian suka❤️

Sampai bertemu di part selanjutnya.

Jangan lupa vote, comment, dan share ke temen-temen kalian.

Dan jangan lupa buat baca cerita ILUSI karya TitikTeduh_

Thanks you.
Love,

Dev.

VriendschapszoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang