Bagian 6

12 7 3
                                    

"Hidup tanpa adanya masalah itu, flat banget. Kamu harus merasakan sulit dulu agar tau cara untuk lebih bersyukur."

******

Aroma butter dan perisa vanilla tercium hampir di seluruh ruang tamu. Membuat Liony, yang tadinya merasakan penat karena habis lembur bekerja, langsung berlari menuju dapur. Mendapati Mama nya yang sedang mengaduk adonan dengan mixer.

"Wih, kayanya enak nih!"

"Eittsss. Gaboleh pegang-pegang sebelum cuci tangan" omel Mama Lia.

Liony mencebikkan bibirnya, tapi kakinya tetap berjalan ke arah wastafel, dan mencuci tangannya dengan bersih.

Tangannya mencomot kue kering yang sudah jadi, lalu memasukkan nya kedalam mulut, dan mengunyah nya secara perlahan. Menikmati sensasi tiap gigitan kue yang diciptakan oleh jari lentik Mama nya itu. Memang kue buatan Mama nya selalu menggiurkan siapapun yang mencium aroma selezat ini. Tidak hanya aromanya, tapi rasanya pun sungguh luar biasa.

"Kamu lembur?"

Liony hanya mengangguk sebagai jawaban. Mulutnya masih mengunyah kue kering buatan Mama nya, membuat pipi chubby nya terlihat semakin gembul.

"Enak?"

"Kue buatan Mama selalu enak."

Beruntung sekali memiliki Mama yang pintar membuat kue, setiap harinya Liony selalu memiliki cemilan yang berbeda. Tapi terkadang Liony juga harus siap menjadi kelinci percobaan ketika Mama nya sedang bereksperimen.

"Sebentar lagi Papa pulang. Kamu bersih-bersih sana, kita makan malam bersama."

"Liony, ajak Kanay boleh?"

"Boleh dong."

"Asik!!! Liony bersih-bersih dulu ya, Ma. Jangan lupa 1 toples buat di kamar Liony, Kanay suka banget sama kue itu."

"Nanti Mama kasih 1 toples juga untuk Senja."

"Love you, Mom." Liony mencium pipi Mama nya dengan penuh kasih sayang.

Lia tersenyum menatap anak gadisnya yang sedikit berlari menaiki anak tangga. Putri kecilnya yang dulu selalu merengek minta di belikan eskrim strawberry, sekarang sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Tapi dimata Lia, Liony tetap putri kecilnya.

******

Harum shampo strawberry masih tercium di kamar bernuansa pink ini, karena pemiliknya baru saja selesai membersihkan peluh yang melekat di tubuhnya.

Liony menatap balkon kamar yang berada di sebrang kamarnya. Lampunya masih menyala, tanda pemilik kamar itu belum tidur. Lagi pula, jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh malam, jadi mana mungkin Senja tidur lebih awal?

Langkahnya menuju kearah balkon, mencari bola lunak yang ia gunakan untuk memanggil Senja. Ya, dengan cara melempar bola yang di pegangnya ke jendela kamar Senja.

Suara benturan bola dan kaca, membuat pemilik kamar bernuansa alam di sebrang kamarnya itu, menyibakkan gorden yang menjuntai ke lantai, kemudian berjalan menuju balkon.

"Ada apa?" Tanya Senja dengan wajah yang sedikit kusut, mata nya pun sembab. Liony tebak, Senja habis menangis.

"Lo berantem sama kucing tetangga, Kanay?" Tanya Liony sedikit mengalihkan topik. Liony tidak ingin menyinggung kesedihan Senja, meskipun Liony tau apa penyebab sebenarnya Senja terlihat sedih seperti itu.

"Cuci muka sana, kita makan malam di rumah gue."

Senja terdiam, yang dilakukannya hanya terus menatap kearah Liony. Bingung, tidak tahu apa yang harus Liony lakukan. Tapi mungkin Liony bisa sedikit menghibur, jika Senja berada di dekatnya.

VriendschapszoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang