07

1.7K 364 125
                                    


The Ugly Truth

.

Tristan

.

"Lun. ." Tristan memanggil adiknya yang sedang leyeh - leyeh sambil memainkan ponselnya di samping Tristan.

"Paan?"

"Gue nyebelin ya?"

Luna menoleh kearah Tristan, kemudian terkekeh, "Baru nyadar lo?"

"Dasar adek durhaka lo!" Tristan melempar Luna dengan bantalnya.

"Idih! Kan elo yang nanya sih!" Luna balas memukul Tristan dengan bantal yang tadi dilemparkan kearahnya. "Kenapa lo nanya - nanya begitu?"

"Khalisa bilang gue nyebelin." Tristan lalu menghela napasnya.

"Kan emang!?" Luna terkekeh melihat abangnya yang mendadak jadi bucin akut begitu dan lagi - lagi Tristan hanya bisa mendengus kesal.

"Tapi Tan, lo beneran sesuka itu sama Khalisa?"

"Maksud lo apa?"

"Ya. . Gimana ya. . Kan umur kalian itu bedanya jauh banget Tan? Mami juga kayanya kekeuh banget jodohin lo sama Rara?"

Bahu Tristan kembali merosot. Jujur, dia sendiri pun bingung sama perasaannya. Dia suka Khalisa karena Khalisa secantik itu memang. Tapi kayanya ada sesuatu yang lebih gitu lho! Sesuatu yang nggak berkaitan sama tampilan fisik seorang Khalisa Falck yang bikin Tristan bertekad untuk meruntuhkan gunung es berjalan itu.

"Tan. . Kalau ini tuh cuma for the sake of your competitiveness ya, mending nggak usah lo lanjutin deh."

"Kok lo ngomong kaya gitu, Lun?"

"Tristan my brother, I know you very well. Hidup itu buat lo sama kaya sebuah game dengan never ending mission. Maksud gue, sebelum lo atau Khalisa malah jadinya sama - sama sakit hati kan, mending lo berhenti."

Tristan terdiam mendengar ucapan Luna. Meskipun Luna itu lebih muda, tapi Tristan harus mengakui kalau adiknya itu kadang bisa lebih dewasa darinya.

"Ya tapi sih gue rasa Khalisa seleranya bukan elo lah~" Canda Luna.

"Alex seleranya juga bukan elo!" Balas Tristan.

"Ew, lo dapet gosip darimana gue suka sama Kak Alex?"

"Taluna my sister, I know you very well." Sebuah skakmat dari Tristan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Khalisa

.

Minggu depan Gienka ulang tahun. Aku mau ke Bali. You should come too.

Pesan dari Attila sukses membuat Khalisa terbangun di tengah - tengah tidurnya. Khalisa meraba - raba meja nakasnya mencari obat penenang yang sudah lama berhenti dikonsumsinya. Dan tentu saja, stres yang dialaminya memperparah kondisi tubuhnya yang sedang mengalami siklus bulanan itu.

[✔️] Tristan [LisKook Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang