Ketika cinta meninggalakanmu tanpa alasan terkadang hanya ada satu hal yang kamu inginkan, pergi meninggalkan tempat di mana tempat itu membuatmu merasa ditinggalkan, atau
berlari menjauh dan berharap kamu bisa melupakan segalanya.*****
Prilly melangkahkan kaki berjalan menyusuri jalanan sepi yang berada di kota jerman tempat tinggal nya saat ini, tangan berlapis sarung tangan berwarna abu rokok itu di masukkan nya ke dalam saku mantel yg tengah ia kenakan.
Di dongakkan nya kepala menatap setiap inci bangunan tua yang berdiri megah di sepanjang ia berjalan.
Saat ini di jerman lagi ada musim dingin, seharusnya dia menghangatkan diri saja di kamar asrama, bukannya malah berkeliaran dengan keadaan kedinginan di jalanan seperti ini, tapi apa peduli nya, saat ini yg dia butuhkan adalah udara segar.Kamar asrama yang tidak terlalu luas itu kadang membuatnya sulit bernapas terutama ketika dia teringat tentang seorang pria yang saat ini rntah berada di mana.
Pria itu bukan lah pacarnya, mereka hanya berteman, tapi mereka sangat amat dekat, hingga prilly kerap kali merasakan getaran aneh di dalam diri nya, dia sering kali terbawa perasaan setiap kali bercengkrama dengan pria itu, tapi sering kali pula dia menampik semua itu, konyol memang.Namun ketika dia mulai bener2 menyadari akan perasaan itu, pria itu telah pergi meninggalkannya seorang diri, dia menghilang begitu saja seperti disapu angin bersih tak bersisa. Yang tersisa dari nya buat prilly hanyalah perasaan sedih, menyesal, dan marah. Yaaa prilly marah!
Dulu saat mreka masih sama2 kecil mereka sangat dekat. Bahkan ayah mereka bersahabat dan persahabatan itu pun menular kepada mereka sampai mereka beranjak remaja.
Mereka bahkan tidak pernah terpisahkan, selalu meluangkan waktu senggang bersama2 dengan bermain bersama, jalan-jalan, makan es krim, dan sebagainya, semua hal menyenangkan itu mereka lakukan bersama, semuanya terasa indah waktu itu.
Namun ketika mereka mulai beranjak dewasa dan mulai memahami akan makna cinta, semua mulai berubah, pria itu mulai mengungkapkan perasaannya pada prilly, Tapi saat itu prilly tidak mau mengakui perasaannya, dia terlalu larut akan sratus mreka yg hanya sebatas sahabat.
Terlalu lama ia mengulur waktu sehingga pria itu merasa dipermainkan oleh dirinya, dia meninggalkan prilly begitu saja dan melanjutkan studinya ke luar negeri.
Saat ditinggalkan sperti itu barulah prilly menyadari semua nya, Menyadari bahwa persahabatan mereka telah berakhir dan menyadari bahwa ia telah menyakiti pria yg selalu ada di samping nya itu.Prilly berusaha mencari kabar tentang dia kepada orang tuanya, dan itu tidaklah sulit, Prilly bahkan mendapatkan nomor telpon nya juga saat itu. Tapi dia terlalu takut untuk meminta maaf, Sampai akhirnya diapun memutuskan untuk meninggalkan rumahnya, dan Mencoba menjauh dari masa lalu itu, mencoba melupakan semua rasa bersalah yg berkecamuk di rongga dadanya, mencoba untuk menjadi gadis biasa yang tidak pernah merasakan cinta, mencoba untuk melupakan pria itu.
Prilly tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak karena ayah mereka yang masih bersahabat baik sampai saat ini.
Prilly yakin suatu saat ia akan kembali bertemu dengan nya, pria itu juga tidak akan bisa mencegah keputusan ini, dan di saat itulah ia akan putuskan untuk meminta maaf kepada nya.
Lama ia berjalan dengan pikiran yg terus saja menerawang ke masa lalu, prilly akhir nya menghela nafas panjang seolah dia tengah lelah dengan semua ini, dirapatkan nya ke dua tangan guna memeluk tubuh nya yg semakin lama semakin merasa kedinginan hingga menembus mantel yg dia kenakan.
Melupakan semua itu ternyata tidak mudah baginya, meski Sejauh apapun dia pergi itu semua tidak akan berpengaruh pada keadaan.
Prilly sendiri tidak yakin akan di maafkan oleh pria itu, namun dia akan terus mencoba karna dia sendiri sangat sulit untuk melupakan pria itu, melupakan saat-saat yang telah mereka habiskan bersama selama ini.
"One you like a dream come true... "
Prilly tersadar dari lamunan nya
ketika mendengar alunan lagu dari ponsel nya berdering. Ia tersenyum simpul ketika melihat nama siapa yang tertera di sana, Nala, Kakaknya lah yang menelpon.Bulan depan Nala akan bertunangan dengan seorang pria yang dijodohkan oleh orang tua nya. Prilly hanya menggelengkan kepala tidak percaya, ketika pertama kalinya mengetahui bahwa Nala tidak keberatan untuk dijodohkan karena sebenarnya dia juga menyukai pria itu.
Besok prilly mulai libur kuliah, dia meutuskan untuk pulang ke Indonesia Dan Nala benar-benar tidak sabar akan hari itu, setiap hari dia selalu menelpon untuk memastikan prilly tidak mengubah rencananya untuk pulang.
“Halo.. Kenapa lo harus menelpon gw setiap hari sih Nal. Lo tahu kan gw tidak akan mengubah rencana” Prilly tersenyum geli karna membayangkan bagaiaman Nala akan menyambut kepulangan nya nanti
“gw kangen tau sama lo, Kenapa sih, emang gak senang ya gw telfon terus?”
“Sebelum acara perjodohan itu, lo gak sesering ini menelpon gw.” prilly tak bisa lagi menahan tawa nya
“Gw benar-benar gak sabar nungguin lo pulang tau” terdengar nala mendengus sebal dari balik telfon
“Besok gw pulang. Tenang aja.”
“24 jam itu terasa lama. Belum lagi waktu yang lo butuhkan untuk mencapai Jakarta. Kenapa sih lo harus kuliah jauh-jauh. Kaya di sini gak ada universitas yang bagus aja.” protes nya sebel
“Jadi, sekarang apa lo sudah berubah pikiran? Apa lo menelpon untuk memberi tahu siapa tunangan lo?” prilly terkekeh kecil membayangakn wajah jutek nala saat ini
“Tidak akan. Gw tidak akan memberi tahu. Lo pasti akan kaget.” prilly mendengar nala tertawa renyah dari seberang sana
“Hari ini dia akan sampai di Jakarta dan untuk pertama kalinya gw akan bertemu dengannya setelah sekian lama tidak melihatnya.” prilly mendengar nada antusias kakaknya saat membicarakan tunangan nya itu
“Oh ya?!” Entah kenapa prilly sangat penasaran dengan sosok calon suami kakak nya karna dia telah menebarkan aura kebahagiaan buat kakak semata wayang nya.
“Besok gw pulang, jadi gw bisa melihat tunangan lo, Seharusnya lo tidak merahasiakan ini sama gw, Bahkan mama dan papa pun ikut kerja sama sama lo buat merahasiakan siapa tunangan lo itu.”
Nala terkekeh mendengar ocehan adik nya
“Salah sendiri sekolah kok jauh banget”
Sayup-sayup terdengar seseorang memanggil nala dari seberang sana, prilly mengenali suara itu, itu adalah suara mama.
“Udah dulu ya prill. Mama ribet banget nih, mentang-mentang mau kedatangan besan.”
“Oke. Salam buat mama ama papa ya.”
Prilly memutuskan sambungan telpon dan memasukkan ponsel nya ke dalam sakunya. Dia tersenyum simpul betapa rindu nya dia sama keluarga nya, prilly semakin tidak sabar menginjakkan kakinya kembali ke Jakarta, kota kelahirannya.
***
*TO BE CONTINUE*
KAMU SEDANG MEMBACA
PELABUHAN TERAKHIR (END)
RandomTentang dia yg dulu pernah aku hancurkan.. kini menjadi bayang bayang indah dalam hidup ku..