Part 5

262 32 1
                                        

Prilly sudah membersihkan wajahnya, dia bahkan sudah mandi tapi ketika melihat ke cermin tetap aja dia seperti orang tidak tidur 3 hari 3 malam.

“Masa sih aku nangisnya sampe separah ini tadi malem?” prilly menyentuh wajahnya

Kayanya hari ini dia gak bakalan keluar kamar, dia lebih memilih untuk mengurung diri di kamar, menghindari bertemu ali, Lagian dia memang perlu mengistirahatkan otaknya yang terlalu lelah berfikir dari kemarin.

Prilly meraih I-Podnya dan memasang earphone di telinga, tangan nya bergerak mengambil novel yang belom sempat dilahap habis olehnya kemudian berbaring di atas tempat tidur nya.

Bagi sebagian orang ini sangat lah menyenangkan,  tapi bagi prilly musik dan novel saja tidak akan bisa mengalihkan pikirannya tentang pria bernama Arkanali Reindra itu, karna dia kini tengah menguasai otak nya.

Akhirnya prilly menyerah, dia memutuskan untuk meletakkan kembali novelnya ke atas meja, lalu memejamkan mata berusaha menikmati musik favoritnya.

***

Ali sedikit bimbang ketika Nala mengatakan adiknya tidak jadi ikut karena tidak enak badan dan butuh istirahat.

"Apakah dia baik-baik saja?" Batin ali. ali tidak berani bertanya karena takut Nala akan curiga. Tapi, kenapa harus curiga, toh ali dan prilly adalah sahabat yang tak terpisahkan, dulunya.

“Nal...”

Ali menghentikan langkahnya ketika mendengar suara mama rita  memanggil anak nya, Nala melepaskan genggaman tangannya dari ali dan membalikan badan.

“Mending liat bajunya besok aja ya, kan kalian baru lihat bajunya minggu lalu, Hari ini mending kamu sama mama membeli perlengkapan yang lain aja”

Nala tampak berpikir sejenak. “Boleh juga sih, Lagian mana tahu besok prilly udah segeran jadi dia bisa ikut,  Gimana?  apa kamu gak keberatan nganterin kita belanja?” ali tersenyum tipis dan menggelengkan kepala.

“Eh jangan, kita pake supir aja. Masa ali mulu yang jadi supir kita. Kasihan dia. Nala, ali kan juga punya temen disini, Sejak ali sampai jakarta dia hanya nemenin kamu kemana-mana gak pernah melakukan kegiatannya sendiri, Kasihan dia” Mama rita mengelus pundak calon menantunya itu dgn senyum lembut yg menghiasai wajah nya.

“Itu karena aku gak mau pisah dengan dia, Ma.” Nala menekuk wajah nya cemberut.

“Tapi kamu gak boleh egois juga dong sayang, Udah ayok kita sama sopir aja” Tangan Nala ditarik mamanya, meskipun agak keberatan tapi nala tetap saja melangkah pergi mengikuti mama nya, Ali hanya tersenyum melihat tingkah ibu dan anak perempuannya itu.

Ali menatap mobil Nala dan calon mama mertuanya sampai menghilang dari pandangan, memang sih sejak kedatangannya dia kemarin ia tidak punya waktu untuk kumpul-kumpul bersama temannya, tapikan ini siang hari, teman-teamannya pasti pada sibuk dengan urusan masing-masing. Lalu terbesit gagasan dibenak ali. Sesaat dia tampak ragu-ragu. Tapi dia segera menepisnya.

****

*TO BE CONTINUE*

PELABUHAN TERAKHIR (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang