Part 7

276 36 7
                                    

Ajarkan aku untuk ikhlas..
Ikhlas menerima kenyataan
Walau itu menyakitkan..

****

Prilly membuka matanya. Sentuhan lembut itu telah menghilang, dia tahu sentuhan siapa itu, dia masih mengingat jelas sentuhan ali, tapi dia terlalu nggan membuka mata karena dia tidak ingin sentuhan itu berakhir begitu saja.

Air matanya menetes, dia semakin terisak ketika menyadari ali masih mencintainya, ali masih menginginkan dirinya.

Tapi, apa yang bisa dia perbuat? Semuanya sudah terlanjur, dia tidak mungkin mengungkapkan perasaanya.

Ali akan menikahi kakaknya bulan depan,  hal itu tidak boleh terjadi dan tidak akan pernah terjadi.

Prilly membenamkan wajahnya di dalam bantal, menggigit bibirnya kuat sehingga raung tangisnya tidak sampai kedengaran ke luar kamar, hati prilly semakin terkikis setelah mendengar pengakuan ali, tapi dia bisa apa selain diam diam dan diam.

***

Prilly terbangun dari tidur, manik hazel nya menatap jam dinding di atas pintu kamar, ia tidur seharian setelah menangis untuk kesekian kalinya, prilly merenggangkan badannya, berniat untuk mandi kemudian keluar dari persemayaman nya.

Prilly sedang menutup pintu kamar ketika mendengar suara mamanya memanggil dari halaman depan rumah, prilly segera keluar  menghampiri rita.

“Loh, bukannya lo perginya sama ali?” Tanya prilly kepada nala.

“Tau tuh si Mama pengen jalan-jalan juga kali, kata mama ali perlu melakukan kegiatannya sendiri, masa jadi supir kita-kita mulu” Nala tekekeh.

Prilly menganggukkan kepalanya mengerti, jadi itu alasan kenapa ali berada di kamarnya tadi siang karna dia memang tidak pergi kemana-mana.

Prilly membantu membawakan belanjaan mamanya masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang.
Ketika dia masuk, dia melihat ali sedang duduk di meja makan sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Dengan hati-hati prilly mendekat dan melihat ali tertidur, prilly berusaha menahan tangannya untuk tidak menyentuh wajah ali seperti apa yg ali lakukan pada nya tadi.

Sambil menghela napasnya, prilly berjalan menuju ke lemari penyimpanan dan mengambil sehelai kain panjang, jika dia tidak bisa membangunkan ali setidaknya dia bisa menyelimutinya, dengan senyum simpul prilly kembali melangkahkan kakinya menuju meja makan ketempat di mana ali tertidur, seketika langkah itu terhenti ketika ia melihat Nala sedang membelai lembut kepala ali dan mengecup keningnya.
Sakiit.. Yaaa sangatlah sakit ketika adegan romantis itu terekam oleh retina prilly, semua terpampang nyata di depan nya, prilly bisa apa selain menekan rasa sakit itu sekuat kuat nya.

Ali terbangun dan dia tersenyum ketika melihat nala berada di dekat nya, Nala membisikkan sesuatu di telinganya, ali berjalan mengikutinya sambil menguap.

Tinggallah prilly seorang diri di sana, tangannya begitu erat menggenggam kain yang tadi di bawanya hingga buku-buku tangannya menampakkan tulang2 yg terlihat memutih. Apa yang sudah dia lakukan? Apa yang ingin dia lakukan? Jika Nala sampai menangkap basah prilly menyelimuti ali pasti akan terjadi kekacauan disana.

Badan prilly bergetar karena tangis. Lagi-lagi dia menggigit bibirnya agar isakan tangisnya tidak sampai di dengar orang rumah, dada nya sesak, hati nya kembali di hancurkan,  ingin rasa nya ia berteriak sekuat tenaga agar seluruh dunia ini tau bahwa saat ini dia sedang hancur.

Dia tidak bisa begini terus, dia tidak bisa berada di rumahnya terus memerus dengan kondisi sperti ini. Dia harus pergi, dia harus bisa melupakan ali, dia tidak mungkin menghancurkan harapan kakaknya dan juga kedua orang tuanya.

***

*TO BE CONTINUE*

PELABUHAN TERAKHIR (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang