Part 15

356 37 3
                                    

Bukan untuk sembarang hati, aku katakan cinta

***

Prilly duduk termangu seorang diri,  dimana dihadapannya kini sedang terbaring seorang laki-laki yang dicintainya selama ini dalam keadaan begitu lemah. Laki-laki yang telah membuat hatinya di sisi lain begitu rindu tapi di lain tempat juga begitu menderita. Laki-laki yang seharusnya diraih bukannya malah dia tinggalkan. 

Dia terlalu malu untuk mengakui perasaannya, terlalu naif untuk mengetahui dan memahami  bagaimana perasaan ali pada nya.
Namun ketika dia mengetahui laki-laki ini ternyata masih begitu mencintainya, dia merasa semuanya sudah terlambat dan percuma saja.

Tapi sebenar nya semuanya masih belum terlambat, karna dia kembali diberi kesempatan untuk memperbaiki ini semua, harus nya dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini bukan?

Keluarganya dan keluarga ali telah memberinya kesempatan, mereka telah membuka jalan untuknya melangkah, juga memberinya harapan untuk menyembuhkan dan menemukan kepingan hatinya yang hilang, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Prilly menyentuh tangan ali dengan lembut. Meraba setiap inci jari-jemarinya. Dulu saat mereka masih berteman dekat, mereka sering berpegangan tangan seperti ini.
Ali selalu menggenggam tangannya erat dengan menyelipkan jari-jari nya di sela jari-jari prilly yang kosong ketika ingin menyebrang jalanan, ali selalu menggenggam tangannya erat untuk menguatkannya ketika dia sedang mengalami masalah.

Semuanya itu terasa lama sekali telah berlalu. Ia sadari bahwa betapa rindunya dia menggenggam tangan laki-laki tampan ini.

“Ali…” prilly merendahkan kepalanya dan berbisik tepat di telinga ali. Sudah beberapa hari kegiatan ini menjadi agenda rutin prilly sejak kembali nya dia dari jerman dan memutuskan untuk menunggu ali di rumah sakit sampai dia sadar nanti, tiap hari yang prilly lakukan adalah bercakap-cakap dengan ali yang sedang terlelap dalam damai nya, seperti nya bukan bercakap cakap melain kan berbicara seorang diri, karna ali yang tak kunjung menimpali  setiap perkataan yg di ucapkan nya.

Beberapa hari prilly seperti ini tapi belum ada hasil, namun prilly masih pantang menyerah, dia terus dan terus melakukan itu semua sampai nanti ali sadar dari tidur nya.

“ali...” Sekali lagi prilly memanggil nama ali

“gw tidak punya banyak waktu untuk menemani lo, gw masih punya kewajiban di tempat lain, jadi lo harus sadar” prilly mengelus rambut ali, perkataan itu mungkin terdengar kasar tapi mungkin ali mendengar nya lalu dengan begitu ali akan terpacu buat segera sadar dari koma nya.

“gw cinta sama lo li, Maafin gw,  karena gw, lo jadi begini. Maafin gw karena ketidak jujuran gw tentang perasaan ini, lo jadi terluka seperti ini” prilly diam sejenak,  Menunggu apakah ali bereaksi atau tidak.

“Laki-laki yang lo lihat waktu itu bukan siapa-siapa gw li, Lo harus sadar dulu nanti gw ceritakan semuanya” prilly tersenyum getir.

“Cuma ada lo li, Cuma ada lo di hati gw, gak akan pernah ada orang yg bisa masuk kesini selain lo” prilly menggigit bibirnya menahan tangis.

“prill....”

Prilly mengalihkan tatapannya ketika seseorang menyentuh pundaknya, Dia tersenyum ketika melihat Nala berdiri di belakangnya.

“Nih, makan dulu. Ngomong juga perlu tenaga” kekeh nya

Prilly membalikkan badan dan menerima bungkusan yang dibawa kakaknya. 

“Bagaimana, ada perubahan??” Tanya nala. Prilly menggelengkan kepala. 

“Sabar ya.. Aku yakin pasti akan ada perkembangan”

“gw sih bisa aja sabar, tapi gw harus bagaimana, Kuliah gw juga penting, gak mungkin gw biarin terbengkalai begitu saja, gw harus apa?” prilly menundukkan kepalanya lelah,  bukan lelah menunggu ali sadar,  tapi lelah akan keadaan yg tak mengizinkan dia menunggu ali lebih lama lagi di rumah sakit.

“Kira-kira…” Kalimat prilly terputus ketika ia melihat tatapan kaget kakaknya.

“Nal… “ prilly memanggil nama kakakknya “lo kenapa, tampangnya kok kaya gitu?” tanya prilly penasaran ketika melihat raut wajah nala yg terlihat aneh seperti itu.

Nala mengedipkan matanya, Masih dengan tampang kagetnya “Ini perasaan gw aja atau beneran yah. Tadi gw lihat kelopak mata ali bergerak”

Dengan secepat kilat prilly berbalik dan menundukkan badannya.

“Masa sih, perasaan lo aja kali. Dia…. “ prilly tersentak kaget ketika melihat kelopak mata ali kembali bergerak seperti apa yg di katakan nala tadi.

“Benerkan bener… astaga… benerkan…” Nala melompat-lompat kegirangan “Kelopak matanya bergerak” ucapnnya kegirangan

Prilly tidak mengacuhkan kakaknya. Dia hanya memandangi wajah ali. Kaget membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. Dengan perlahan tapi pasti ali mulai membuka matanya, Terlihat sepasang bola mata hitam legam disana tengah menatap ke arah nya

"Prill... " sekuat tenaga ali menyebut nama prilly sekedar untuk memastikan bahwa gadis yg di tatap nya ini memang bener bener prilly, gadis yg selama ini di rindukan nya.

"I... Iya" Prilly tak kalah terbata bata nya menjawab panggilan ali

"Ini...  be.. neran.. Ka.. mu"

"I.. iya li,  ini aku"

Ali berusaha menggapai tangan prilly yg tergantung di samping ranjang nya kemudian menggenggam nya dengan kekuatan sedang “Aku… mimpi.. kamu.. bilang… cinta… sama… aku”

Tetes demi tetes air mata mulai membanjiri wajah prilly, ali bener bener mendengarkan apa yg selama ini prilly bisikan pada nya, dia menganggukkan kepalanya cepat-cepat, dia takut ini semua akan berubah menjadi mimpi, takut kalau dia akan terbangun dan kembali menemukan ali masih terbaring dengan mata tertutup, di sambut nya tangan lemah itu kemudian menggenggam nya balik

“Bukan mimpi, aku bener-bener mengatakan itu, aku cinta sama kamu ali”

Ali terdiam dan mencoba mencerna perkataan prilly, dia takut apa yg dia denger adalah sebuah kesalahan, prilly melihat keterkejutan pada raut wajah pucat itu, sampai akhir nya dia mengulangi lagi perkataan nya "Aku cinta sama kamu ali, bener bener cinta" ucap nya dengan menekan setiap kata yg dia lontarkan

Ali tersenyum “Bagus.. lah..” Jawabnya masih terbata “Kalau ternyata… hanya mimpi.. aku.. berencana.. untuk.. tidur lagi”

Prilly tertawa disela tangisannya “Tidak ada mimpi. Ini semua nyata. Aku, kamu, kita berdua, itu semua nyata.”

Prilly menyentuh pipi ali “Nyatakan? Jadi kamu harus sadar terus supaya aku bisa kembali melanjutkan kuliah aku dengan tenang”

Raut wajah bahagia ali menghilang ketika prilly mengatakan akan kembali kuliah, itu tanda nya dia harus jauh lagi dengan prilly.

"Kenapa? " tanya prilly yg melihat perubahan pada wajah ali

"Apa... Kamu.. Tidak.. Bisa.. Nem.. eenin.. Akku.. Sam.. Pai.. Aku.. Sem.. Buh..dulu?"

"Aku janji, setelah aku menyelesaikan urusan kuliah aku aku akan secepat nya balik lagi ke jakarta dan nemenin kamu"

"Janji? "

Prilly tertawa melihat ali yg megacungkan jari kelingking ke hadapan nya "Iya.. Aku janji" ucap nya mengaitkan jari kelingking nya ke jari kelingking ali.

Melihat adegan itu nala pun ikut tertawa, kelakuan ali yg seperti bocah itu sungguh menggelitik bagi nya.

Nala segera mengambil ponselnya dan mengabarkan berita gembira ini kepada ke dua orang tuanya dan orang tua ali juga.

Entah sadar atau tidak ali dan prilly mengubah cara bicara mereka dari yang gw lo menjadi aku kamu.

***

*TO BE CONTINUE*

PELABUHAN TERAKHIR (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang