Kenapa takdir seolah senang mempermainkan kita, kenapa ia malah mempertemukan kita seperti ini
***
Prilly keluar dari pesawat menuju ke bagian kedatangan. Dia menghirup udara disekitarnya
“Kota asal memang selalu lebih baik.” Gumamnya.
"PRILLY....!!!"
Prilly mendengar namanya dipanggil. Tanpa menengok pun dia tahu suara siapa itu. Itu suara kakaknya. Prilly membalikkan badan dan siap untuk memamerkan senyuman termanisnya, tapi ketika dia melihat siapa yang berdiri di samping kakaknya, prilly membeku, tubuh nya melemah, detakan jantung nya seakan berhenti tuk berdetak.
Wajah itu...
Mata itu...
Tatapan itu...
Prilly diam terpaku di tempat nya, dia tidak akan pernah melupakan wajah dan tatapan itu.
Tidak akan pernah, selamanya.Nala menghampiri dan memeluknya. Ia bercerita banyak hal tapi tidak satupun yang singgah di telinga prilly.
Tatapan prilly hanya terpaku kepada sosok yang berdiri di belakang sana. Sosok yang selalu ia rindukan, Sosok itu juga menatapnya dengan tatapan tajam seperti ingin menguliti tubuh nya. Nala memperhatikan arah tatapan adiknya lalu senyum di bibirnya mulai merekah.
“Gw tahu lo pasti akan sangat kaget ketika mengetahui ali lah tunangan gw. Lo pasti tidak percayakan?”
Degh..!!!
Bagai di sambet petir, Prilly menelan ludah dan menggelengkan kepala nya pelan, mencoba memastikan bahwa yg dia dengar itu salah, tapi nyatanya, apa yg di ucapkan nala itu adalah sebuah kenyataan yang harus di terima nya
"Gw tahu suatu saat dia akan kembali Tapi kenapa sebagai tunangan kakak gw??" Batin nya melirih
“Yuk mari hampiri abang iparmu.” Nala menarik tangan prilly menuju ali, nala tertawa geli saat mendengar omongannya sendiri.
Prilly melangkahkan kakinya kaku mendekati ali. Prilly mengulurkan tangan, seperti tak ada beban dengan santai nya ali menjabat tangan prilly dan di iringi sebuah senyuman yg tergambar di wajah nya, dan prilly sakit melihat itu.
“Apa kabar?” pertanyaan yang sangat menstream itu lolos begitu saja dri mulut nya
Prilly diam terpaku di tempat nya, Apakah perasaan ali kepadanya telah pupus?? Apakah begitu besar rasa bencinya kepada prilly hingga secepat itu dia melupakan nya.
Tidak satupun jawaban terbesit dibenak prilly, Satu hal yang dia tahu, hatinya kembali hancur, Sangat hancur ketika mengetahui orang yang dicintainya akan menikahi kakak kandung nya sendiri.
*****
Setelah menghabiskan waktunya berbasa-basi dengan orang tua ali dan mendapatkan ceramah gratis dari kedua orang tuanya, akhirnya prilly bisa beristirahat dengan tenang, karna sepanjang perjalanan nya pulang dri bandara tubuh nya terasa berat untuk di gerakkan, terutama hati nya yg kian nyeri melihat bagaimana ali dan nala berinteraksi di depan mata nya, sungguh miris.
Sebenarnya dia tidak ingin beristirahat ia hanya butuh sendiri untuk mencerna semua hal yang telah terjadi. Ali memang kembali tapi kenapa harus dijodohkan dengan kakaknya.
Ali tidak menolak perjodohan itu bahkan dia tidak mengajaknya mengobrol sama skali, ali hanya menatapnya tajam, terkadang dia hanya tersenyum simpul ketika namanya dan Nala disebut-sebut.
Prilly menghembuskan nafasnya berat. Harusnya dia tidak disini. Harusnya dia tidak pulang. Harusnya Nala memberi tahu siapa tunangannya. Harusnya orang tuanya tidak bekerja sama dengan Nala merahasiakan siapa tunangan kakaknya. Harusnya ali tidak kembali dengan cara seperti ini. Atau apakah ini ali lakukan untuk membalas rasa sakit nya? Prilly menggelengkan kepala menampik semua fikiran buruk nya, ali tidak mungkin melakukan itu. Walau bagaimanapun ali adalah cowok yang tidak akan menyakiti seseorang dengan cara murahan seperti ini, baik kepada dirinya ataupun kepada orang lain.
Prilly mendongakkan kepala ketika melihat sebuah bayangan berjalan menuju ke arahnya. Dadanya seolah bergemuruh nyeri ketika melihat ali berdiri disampingnya.
“Apa yang lo lakukan disini?”
“Apa yang gw lakukan disini? Jelas-jelas gw akan menikahi kakak lo. Kenapa lo masih menanyakan kenapa gw ada disini?”
Kali ini prilly mengalihkan pandangannya. Ia menatap ali tepat di manik matanya.
“Apakah cara ini yang lo pilih untuk menyakiti gw?" Lirih prilly sendu
"apakah ini cara lo Untuk membalas rasa sakit lo karna gw?”
Ali terkesiap mendengar perkataan prilly “Kenapa lo berpikir begitu? Lo bahkan tidak membalas perasaan gw saat itu. Gw hanya ingin move on. Gw tidak ingin terus terperangkap oleh perasaan itu, terperangkap dalam cinta yg tak pernah terbalaskan.”
Prilly tak bergeming. Ali benar. Harusnya dia tidak peduli walau ali ingin menikahi kakaknya sekalipun, karena dia tidak mencintai ali, Tapi itu dulu. Dulu sekali ketika ali belum pergi dari hidup nya. Sekarang perasaan itu berubah, cinta itu tumbuh dan prilly tidak bisa mengatakannya, karna semua sudah terlambat. Dia tidak boleh egois karna itu akan menyebabkan kehancuran bagi kakaknya.
“Ketika lo menolak gw dulu, gw sangat terpukul. Mungkin memang salah gw karena ninggalin lo begitu saja. Tapi gw tidak sanggup, gw terlalu mencintai lo sampai gw yakin gw akan kembali hancur jika gw melihat lo lagi. Oleh karena itu gw pergi”
Prilly hanya diam mendengarkan. Dia tahu bahkan dia paham bagaimana perasaan ali karena saat inipun dia merasakannya.
“Lalu suatu hari Ayah gw menelpon, menyampaikan maksudnya untuk menjodohkan gw dengan seorang gadis. Ketika ia menyebut nama kakak lo wajah lo lah yang pertama kali muncul dibenak gw. Gw butuh waktu sebulan hingga akhirnya menerima tawaran ayah gw. Nala cewek yang baik dan gw yakin gw pasti bisa mencintainya. Gw tidak ingin terpaku pada perasaan itu lagi, gw ingin mencoba berubah, ingin mencintai lagi. Mencintai orang yang bisa membalas cinta gw!!”
Prilly tersentak. Ucapan ali seolah menyengatnya. Tapi tidak ada satupun kata yang terlontar dari mulutnya. Ia seolah bisu dalam sesaat.
“Butuh usaha yang kuat untuk bisa melihat wajah lo lagi prill. Gw takut untuk hancur kembali. Tapi gw harus menghadapinya.” Lagi-lagi prilly diam.
“gw tidak tahu kalau Jerman membuatmu menjadi gadis pendiam.” Ali tertawa sumbang
"prill...” ali memegang bahu prilly dan membalikan badannya menghadap dirinya
“gw sama sekali tidak bermaksud menyakiti kakak lo. Gw tulus. Mungkin saat ini cinta gw tidak sebesar cinta gw sama lo dulu, tapi suatu saat gw akan mencintainya melebihi cinta gw sama lo dulu.”
Prilly merasa badannya lemas ketika mendengar kalimat itu terlontar dari mulut ali.
Ali pergi meninggalkannya begitu saja. Meninggalkannya dengan sejuta rasa bersalah dan kehancuran. Satu hal yang prilly yakini, ia harus segera meninggalkan tempat ini secepatnya. Tidak mungkin dia tahan dengan semua ini.
***
*TO BE CONTINUE*

KAMU SEDANG MEMBACA
PELABUHAN TERAKHIR (END)
De TodoTentang dia yg dulu pernah aku hancurkan.. kini menjadi bayang bayang indah dalam hidup ku..