Assalamu'alaikum Wr.Wb
Bismillahirrohmanirrahim
Semoga suka
Teman
Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Gak kerasa aja liburan akhir tahun alias liburan lebaran. Aku beserta keluarga pulang kampung ke Madura.
"Na, ayo ke rumahnya Eli. Kan Kamis kita balik lagi." celetukan Tia saat kita sedang bersantai ria di bawah dahan pohon di pinggiran tanggul menghadap sungai.
"Males ah. Udah siang, lagian mamah Eli juga kan pasti pulang dari Surabaya." cerocosku sambil mengangkat HP-ku karena menyari jaringan, setidaknya WA-ku menerima pesan dari luar.
"Ah kamu gitu sih! Aku kan dari kemarin-kemarin udah ikut diajak-ajak kemana-mana. Ini giliran diajak ke rumahnya Eli malah gak mau sih!" semprot Tia tak suka.
Aku mendelik padanya, "Aku kan gak maksa kamu! Kamunya aja yang mau ikut." semprotku balik.
Tia tetus nyerocos tak terima karena aku tak mau diajaknya. Saat WA-ku mulai lancar, tiba-tiba panggilan video call dari Adit.
"Eh-eh diam! Ini gebetanku nelfon." seruku sambil membekap mulut Tia yang megap-megap. Aku merapikan kerudungku agar terlihat benar.
"Aish! Ya udah cepetan angkat. Seganteng apa sih itu cowokmu!" katanya kesal.
Setelah aku geser tanda terima panggilan. Keluarlah layar yang menampilkan kompor bersama kawan-kawannya. Kayanya dapur sih, dilihat dari beberapa benda yang ada. Itu anak ngapain sih di dapur, ancur gak tuh dapur nanti. Tapi, dapurnya bagus gengs, gak kaya dapurku yang cepak alias sempit.
Kemudian wajah Adit muncul bersama dengan cengiran ajaibnya. Iya, ajaib bisa bikin aku nahan senyum kaya nahan boker.
"Assalamu'alaikum ughteaku." salamnya sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Wa'alaikumsalam. Lagi ngapain kamu Dit di dapur gitu? Awas ancur itu dapur nanti." kataku saat melihat Adit mulai mengambil panci dan menaruhnya di atas kompor.
Tia mendekat dan tampillah wajahnya di kameraku, "Wuih... Sapa itu Win?" tanya Adit sambil membuka bungkus mie instan.
"Sepupu aku Dit. Cantik gak? Tapi pasti cantikan akulah."
"Iya cantikan kamu Win." kata Adit tanpa wujudnya di layar kamera.
"Siapamu Na?" bisik Tia dengan tingkat keponya.
"Calon pacarku yang tertunda." bisikku ke Tia yang disambut tertawa olehku dan Tia.
"By the way. Itu kamu lagi di Madura tah Win?" tanyanya kembali muncul di layar kamera dengan membawa piring.
"Yoi, bagus kan pemandangannya?" kataku sambil mengarahkan kamera ke kamera belakang agar terlihat sungai ciptaan Allah.
"Iya bagus." sahutnya sambil menuangkan bumbu-bumbu mie instan ke piringnya.
"Kamu pacare Wina yo?" tanya Tia akhirnya bersuara.
"Iyo to. Cocok kan?" sahut Adit santai sambil mengaduk-aduk mie yang tengah di rebus itu.
"Apaan! Pacar dari kapan? Kamu tuh jangan asal ngomong deh Dit." sewotku tak terima membuatku melayang tapi nanti terjerembab dengan indah. Emang situ kira enak.
"Hehehe." kekehnya nikmat banget si Adit.
Kami lanjut membahas hal yang ada di pikiran kami dengan lancar. Meski sempat tersendat karena jaringan yang beberapa kali tak mendukung. Akhirnya aku mengajak Adit mengikuti rutinitas di tanggulku bersama Tia.
Dengan kamera belakang yang aku arahkan, jadi Adit bisa lihat jalan yang kita lewati, "Nyari apa sih kalian itu. Jalan doang, mending ada bidadarinya kek gitu." kata Adit bosen mungkin.
Entah kenapa hari ini tak banyak orang pacaran di sini, kok bisa-bisanya sepi ini tanggul.
"Kita lagi nyari something-something. Jangan berisik deh." sewotku, aku juga kesel kali gak nemu-nemu. Udah jauh ini jalannya, capek kali, meski masih pagi, matahari udah nontonin dari atas kepala aja.
Setelah belok ke belakang jalan tanggul yang ada bambu, akhirnya kita menemukan sepasang kekasih yang tengah dimabok sianida.
Aku mengarahkan kamera ke sepasang kekasih itu, "Wah gil*! Ngapain kalian ngintipin mereka!" seru Adit tanpa mengecilkan volume suaranya.
"Duh, kamu jangan berisik! Nanti kita ketahuan." sentak Tia kesal.
"Dengerin aja aksi kita Dit. Jangan berisik, jangan mikirin kamera yang kemana-mana. Gak mungkin kan aku bawa kamu lihat dan seolah-olah kita lagi nyuting mereka." intruksiku padanya.
Adit akhirnya menurut, tangnku yang membawa HP mengelantung dengan wajar di sisi tubuhku.
"Aduh... Panas yo Na! Kok bisa ya, ngajak berduaan kesini sih Na? Modal dikit napa Na." suara cempreng Tia membuat kedua orang itu melirik kita dengan sinis, gak sih mbaknya doang. Cowoknya sih malah senyum kaya habis dikasih apa aja.
"Eh, si alek, gak boleh gitu ah." kata cowoknya membuat aku dan Tia saling tatap. Kita mengirim sinyal tak waras melalui kontak mata kita.
'parah, kena yang bener-bener gak waras' kira-kira begitulah arti tatap-tatapan kita. Kemudian kita melihat si cowok udah mau ngedeketin kita aja.
"AAAA!!! LARI NA!!!!!" teriakan Tia membuatku lari tanpa komando dan tentu Tia lebih kencang dari aku. Setelah merasa kembali ketempat semula kita duduk dan lumayan jauh dari cowok kurang belaian itu. Iyalah kurang belaian, udah ada mbaknya, malah tetep godain kita, sedeng bener itu cowok. Iuehhh
Oh iya, panggilan alek itu buat adik. Tapi kadang dibuat panggilan ke cewek yang lebih muda dari cowok lebih tua dan gak kenal. Sama kaya eneng kalau di jawa mungkin.
🙌🙌🙌
Pukul 9 setelah mengantar Tia membeli pelembab di toko. Kita mampir ke rumah Eli. Tapi karena Eli sedang cuci baju, jadi kita balik arah ke rumah mbak Mia supaya ikut main juga. Setelah lengkap personilnya, aku, Tia, Eli, dan mbak Mia mulai menyiapkan segala bahan-bahan untuk membuat sambal petis.
Tia sebagai yang paling muda di suruh membeli mangga, kerupuk, dan es batu. Karena sekarang baru lebaran jadi gak ada mangga dan juga di rumah Eli gak ada pohon mangga.
"Mbak Mia cepetan deh makannya. Kita juga mau makan rujaknya!" teriakku dari langgar Eli karena Mbak Mia ada di dapur Eli tengah mengambil air minum yang letaknya di sebelah langgar tapi ada jarak tanah sekitar 4 meter.
"Aelah, kalau mau makan tinggal makan aja. Ribut aja kamu Na!" sewot mbak Mia sambil memukul bahuku pelan.
"Kan aku gak mau jadi lebih tua. Kan emang peraturannya yang tua duluan makan. Udah ah, cepetan!" bantahku kesal.
Sambil makan rujak ala buatan kita, sesekali ada saja yang membuat mulut beserta perut bekerja ekstra.
"Eh, itu Ria keknya marah tahu pas terakhir kamu chat di facebook terus gak aktif lagi. Padahal itu anak chat kamu terus." kata Eli sambil makan kerupuk yang di cocol ke sambal petis.
"Aku kan udah gak main facebook. Kalau mau bagi no whastaap-nya aja." kataku santai.
Emang nyatanya gini, yang katanya gak bakalan lupa binti sombong. Semuanya bullshit! Namanya juga punya kesibukan masing-masing jadi gak selancar dulu yang kesibukannya dinikmati bersama binti dijalani bersama juga.
So, jangan salahkan aku yang kadang lupa sama jejak kakiku yang napak dimana-mana. Kaya teman, mampir pun kemana-mana.
🙌🙌🙌
Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...
KAMU SEDANG MEMBACA
High School World [END]
Teen Fiction"I Love you Adit." itulah isi DM-ku padanya. "Sorry, i have no intention of dating i hope we just friends." maka itulah balasannya. Wajahnya Adit itu muka-muka chinese gitu. Tinggi normal 170cm, kulit putih sedikit kemerahan di area wajahnya karen...