Bismillah
Semoga suka
Teman
Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Huwaaa!!! Gak suka! Apaan coba, masa' aku sama kalian pisah kelas sih! Gak adil!" cerocos Ifa saat kita tengah makan jajan di kelasku.
"Minta Papi Uhad aja. Minta pindah kesini." kataku mengusulkan. Papi Uhad adalah kepala sekolahku.
Liburan akhir tahun usai, tahun ajaran baru pun dimulai. Selesai liburan di kampung tercinta, maka aku kembali lagi ke kota perantauan, Cirebon. Jangan ditanya kesialan apa saja yang menimpaku. Pertama, aku tadi bangun kesiangan yang mengakibatkan saat nyari dan naik angkot kaya orang ngejar mantan yang kabur.
Kedua, tempat duduk yang aku dan Rohmah duduki adalah tempat terkutuk. Karena ini MA, jadi tempat duduk cowok sama cewek menjadi dua kubu, cewek dua baris kanan dekat pintu. Sedangkan cowok dua baris sebelah kiri yang langsung berhadapan dengan meja guru. Jangan ditanya, tempat dudukku terdampar di tiga baris dari kanan dan shaf pertama. Ya, sebelah kiri meja cowok dan belakang kita meja cowok juga. Bahkan ada guru yang menanyakan atas kenapa kita terdampar seperti ini.
"Ina sama Rohmah kenapa duduknya terdampar kaya gitu?" tanya Bu Eni. Guru bahasa indonesia, yang menurutku sudah lebih dekat denganku. Karena aku suka dengan pelajarannya.
Aku dan Rohmah saling pandang dengan cemgiran masing-masing, "Sengaja Bu. Biar jadi bidadari diantara calon kakanda adinda yang antah berantah." kataku nyengir.
"Hih, kek situ cantik aja." celetuk Toto yang duduk di belakang Rohmah. Dia mirip Apdi, perawakannya tinggi kaya orang udah dewasa dan kerja gitu. Jadi kangen aku.
"Dih kek lu ganteng aja!" sentak kita bersama.
Setelah itu kembali berlanjutlah perkenalan awal tanpa ada materi. Aku di sini lumayan merasa mulai bisa berbaur dengan yang lain.
Berikutnya kesialan ketiga, Ifa yang tak sekelas dengan kita. Aku bukannya apa, aku hanya takut Ifa tak bisa bergabung dengan kelas barunya. Yang aku tahu kelas barunya itu, berisi anak-anak yang mulutnya kurang polesan cabai, suka nyinyir katanya.
"Atau kita aja yuk yang pindah kesana Na?" usul Rohmah begitu menawan.
Aku meleparinya dengan belas bungkusan permen, "Kek bisa aja lu Mah."
"Hehehe, kan cuman ngusulin."
🙌🙌🙌
Tahun ini aku sudah menargetkan akan mulai berbaur dengan lainnya. Rencana awal agar aku bisa mengenal lainnya adalah sebagai aku menjadi bendahara kelas. Lumayan, itung-itung uang vulussss. Doakan agar tak khilaf ya...
"Ali! Aku sama Rohmah jadi bendahara ya." teriakku saat melihat Ali, Nuzul, Afi, Toto, dan Safi tengah berdiskusi mengenai setruktur kelas.
Ali hanya mengacungkan tangan jempolnya seraya tersenyum geli, "Tumben apa kamu Na mau ngurusin uang?" ledek Afi sambil tertawa.
"Gakpapa Wina aja yang ngurusin uang. Biar gak ilang lagi uangnya." sindir Abi yang baru ikut ngumpul, aku tahu, ia menyindir Afi. Kelas 10 dulu, ia pernah menghilangkan uang kas.
Aku dan Rohmah membagi tugas. Aku yang bagian menyatat, sedangkan Rohmah menyimpan uangnya. Aku dan Rohmah juga sudah menjadwalkan hari penagihan uang kas setiap minggunya. Hari Sabtu adalah pilihan kita, karena hari itulah uang anak pondok kembali segar. Habis bestel Hari Jum'at biasanya.
"Ila, uang kasss." sambutku saat Ila baru menginjakkan kaki di kelas sambil menengadahkan tangan padanya.
"Rajin banget Na." katanya seraya memberikan uangnya lalu pergi ke tempat duduknya.
Ya, aku standby di mejaku saat sabtu pagi untuk menagih uang pada setiap anak kelas. Disengaja aku bangun awal dan berangkat pagi-pagi yang membuatku memakai jaket, padahal biasanya tidak pernah.
"Ham! Lu utang sama yang minggu kemaren ya. Jadi bayar double sekarangnya. Nehi penolakan." cerocosku saat menagih pada Ham yang tengah leha-leha duduk di mejanya. Ia adalah orang yang suka berhutang diantara kesekian teman-temanku.
"Duh, gak ada uang kecil aku Na. Nanti istirahat aja dah." katanya kembali beralasan. Alasan yang setiap Hari Sabtu terdengar binti mendengung di telinga jelitaku ini.
"Nehi! Cepetan mana!" ketusku sambil memukul mejanya sedikit keras.
Ham berdecak seraya merogoh saku seragamnya, "Ini, yang minggu ini utang lagi aja." katanya sambil menyerahkan seutas emas.
"Utang aja lu! Idup sempit lu nanti!" ejekku.
"Mending sempit, dari pada lebar kek badan ira!" katanya yang kubalas memukul kepalanya ringan lalu kembali singgah di singgasanaku berasama Wawa, karena Rohmah hari ini tidak masuk, kata Ali sakit.
🙌🙌🙌
"Bi, ada salam dari Eri." kata Rohmah yang baru datang pada Abi yang duduk bersama Ali di belakang meja Toto dan Oni.
"Iya." jawabnya singkat, ia tengah menulis entah apa di bukunya.
"Ciee yang disalamin mantan." celetuk Oni sambil berbalik badan ke belakang.
"Udah biasa. Dianya aja yang kayanya masih ngarep sama saya. Saya sih udah gak mau lagi." kata Abi setelah selesai menulis.
"Gak mau nolak maksudnya itu." kata Ali.
"Ye, mau nolak gimana. Si Eri cantiknya minta tuker sama aku." kataku ngayal.
Ali, Abi, Oni, Toto, dan Rohmah tertawa pelan dan mulai mengejekku karena menghayal kurang ketinggian.
"Dih, anda sudah terlalu melambung Na. Hahaha." kata Toto sambil memukul pelan tanganku yang ada di mejanya karena aku menghadap belakang.
"Tahu nih bocah. Tiba-tiba mau nyambung sama kita-kita." kata Abi.
"Iya ya, dulu aja si Ina kek gak butuh cowok aja. Mainnya sama Rohmah dan Ifa aja." kata Oni sambil menepuk kepalaku pelan.
"Jutek bin judesnya ilang kemana tuh Na? Sekarang kok mau nyapa sama yang lain, hahaha." kata Ali.
"Asal kalian tahu aja, pertama aku mau kenalan ini bocah. Butuh perjuangan buat ngeluarin itu suaranya." kata Rohmah sambil memukul bahuku pelan.
"Dih, namanya baru kenal. Emang itu Oni yang tiba-tiba langsung sok kenal pas aku duduk di sini." ketusku.
Ya, awal aku mulai nyambung dengan mereka karena Oni yang tanpa malu mennanyakan pendapatku yang saat itu tengah mendiskusikan putusnya hubungan Abi dan Eri.
"Gimana menurut ira Wina?" katanya gitu dulu sambil mencolek bahu atasku yang membuatku menoleh ke belakang seperti Rohmah dari tadi.
"Gak tahu." kataku males.
"Dih, ini anak sombong banget. Dari kelas 10 mainnya gak mau sama yang lain." sewot Toto.
Aku menatapnya sengit, "Urusan lu apa? Emang rugi? Diem deh! Berisik banget!" ketusku sambil memukul meja membuat sebagian anak kelas menatapku. Aku benci keadaan itu.
"Santai sih. Nyolot aja kamu, perempuan kok gitu sih." sahut Abi di belakang.
"Dih, kok malah pada marah sama aku sih!" ketusku marah.
"Ya, lagian kamunya Na, temenan kok malah pilih-pilih. Hidup kan gak selalu sama satu teman, nanti yang susah kamu juga." kata Ali dengan nada penuh tak kesukaannya.
Aku yang saat itu sudah badmood dari rumah, berbalik badan dengan tergesa-gesa. Bikin emosi aja mereka waktu itu, tapi alhamdulillah mereka tetep nanya aku saat mendiskusikan sesuatu meski kadang aku menjawab ketus atau bahkan marah-marah.
🙌🙌🙌
Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...
KAMU SEDANG MEMBACA
High School World [END]
Genç Kurgu"I Love you Adit." itulah isi DM-ku padanya. "Sorry, i have no intention of dating i hope we just friends." maka itulah balasannya. Wajahnya Adit itu muka-muka chinese gitu. Tinggi normal 170cm, kulit putih sedikit kemerahan di area wajahnya karen...