R

18 6 0
                                    

Bismillah
Semoga suka
Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.






Semua perbuatan ada akibatnya. Seperti kalimat di awal, karena kelalaian para OSIS pada malam satu muharrohm kemarin. Netizen mereka bertambah, terutama kelasku. Di kelasku ini banyak anak yang ikut muharron dan sebagian besar yang kena amarah gak jelas para kakak-kakak OSIS.

"Demi, aku yang juga OSIS aja merasa malu banget tahu." nah Safi yang salah satu anggotanya saja begitu. Apalagi kita orang awam.

"Iya, masa semalem bagian obor udah teriak-teriak malah dimarahin jangan keras-keras jeh. Giliran nyanyinya gak koar-koar dimarahin juga." curhat Mai yang kebagian obor, Safi sama Mai sama-sama tongklang jadi gak heran dapet bagian obor.

"Emang gak jelas banget itu mereka. Kalo gue yang jadi ketos, gue sejahterain kalian, sumpah." kata Nuzul meyakinkan.

"Heh! Lu yang jadi Ketos? Nanti pas penyambutan acara apa, kasian yang baris belakang." semburku sambil tertawa.

"Lah napa?" tanya Wawa.

"Kan itu bocah bocil kebocilan. Kelihatan alhamdulillah, tenggelem iya. HAHAHA." kelakarku tertawa keras yang disambut oleh Safi, Mai, Wawa, Rohmah, dan Afi.

"Emang bener-bener kalian." geram Nuzul.

"Tapi emang bener kan ya." kata Afi dengan kekehannya. Nah, ini anak juga masuk golongan tongklang girl di kelas bareng sama Mai dan Safi.

"Pokok'e yo, esuk kita wis harus daptar ke OSIS waey. Ojok orak ning seng ikut yo. Was waey." kataku dengan logat jawa yang sengaja aku mendok-mendokin.

"E* kau Na. Suku kau madura apa jawa dah?" sambut Rohmah sambil memukul pelan lenganku.

"Ina mah sukunya Suku Dayak." samber Mai dengan kekehannya.

Nyambung dari mananya coba aku ke dayak, Allah akbar...

"Iya, aku dayak. Nah kalo Mai sama Safi papua kan ya. Setuju bli?!" sentakku saat bertanya pada yang lain.

"Wuakakakak, emang bener banget ira Na." tawa Afi tak terhenti dan tak terganti. Yang langsung disambar tawa yang lainnya.

"Enak aja kalian. Aku ini sebenarnya ada keturunan koreanya tahu. Buktinya adikku ada yang putih sipit ganteng gitu." kata Safi tak terima.

"Iya, adek lu yang kebagian korengannya. Lah elu? Kabagian papuanya. Huahahahaba." kelakarku sambil tertawa.

"Putih item itu sama aja tahu." ketus Mai dengan gaya ngambeknya.

"Iya sama. Sama-sama warna, Hahahaha." jawab Nuzul yang tertawa terpingkal-pingkal.

Mai mulai masam raut wajahnya. Kek kecap asin, ia menghentakkan tanganya di meja lalu pergi tanpa pamitan. Ke jalangkung tuh anak.

"Lah, ngambek noh anak." kata Rohmah yang kita anggap santai saja. Sudah biasa.

"Jadi kapan OSIS ngerekrut anggota baru Fi?" tanyaku mulai serius.

"Bentar lagi, kalian ikut aja. Nanti aku ajuin buat promosiin ke kelas sebelas juga. Kan biasanya ngambil kelas sepuluh aja." kata Safi.

"Sistem rekrutnya ada tes-an gitu gak sih Fi?" tanya Rohmah.

"Gak ada kayanya sih. Beda Mah setiap tahunnya." kata Safi sambil menggaruk kepalanya, mikir kali dia.

"Kalo kamu kemarin gimana?" tanya Wawa.

High School World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang