S

25 6 0
                                    

Bismillah
Semoga suka
Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.








Adzan maghrib berkumandang, bapak pun terlihat di pelataran depan tempat lesku. Segera aku menghamprirnya lalu naik ke atas jok belakang. Kita melesat cepat menuju rumah.

Sesampainya rumah, aku membantu bapak memasukkan motor. Setelah itu bapak mengajakku shalat berjama'ah yang aku iyakan. Selesai shalat, wirid, dan dzikir, aku mengaji ke bapak walau tak terlalu lancar, tapi alhamdulillah tidak sampai bapak marah.

Bapak kembali kepasar, aku segera melipat baju lalu menaruh kastok jemuran di dapur. Melihat ada piring bekas di tempat cuci piring, aku segera membereskannya. Aku bergegas mengambil HP setelah mencuci piring. Aku membuka aplikasi IG untuk berselancar melihat-melihat postingan orang tanpa kuberi love. Males banget...

Sampailah aku menstalk Adit, tidak ada postingan. Tapi saat aku ke akunnya, terdapat salah satu temannya yang menandainya dan masih segar sekali. Baru beberapa jam yang lalu post-annya.

Aku lihat, itu foto kartinian hari ini di sekolahnya Adit. Awalnya tiga foto itu berisi segerombolan teman kelasnya mungkin, tapi saat foto ke empat sekaligus foto terakhir. Di sana, ada cewek yang kemarin-kemarin juga bersama Adit dengan tangan Adit yang merangkulnya sekaligus mencubit pipi sebelahnya dan tangan bebasnya menggenggam tangan cewek itu.

Seketika hatiku sakit, ternyata ia dekat dengan cewek di sana. Lalu apa kabar dengan perasaanku yang sudah aku perjuangkan selama satu tahun lebih ini.

Dengan modal nekat dan muka tembok akhirnya aku mengeluarkan jurus terakhir yang disarankan sendiri oleh pakar cinta keluargaku, yaitu Tia sang sepupu yang setia.

Masa bodo sama gengsi dan harga diri. Malu-malu iya biarin! Yang penting ini perasaan kesampean juga.

Malam itu, pukul 6.26 hari kamis malam jum'at keliwon. Gak inget tanggal berapa sama gak inget tahun berapa. Pertempuran terakhirku dengan Adit kuluncurkan sekarang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














🙌🙌










"KAMBING! KAU BENERAN NEMBAK ADIT?!!!" teriakan Rohmah, untung saja ruang OSIS tengah sepi karena yang lain tengah membeli makanan.

"UDAH GITU DI TOLAK LAGI?!!!!" teriakan kembali terdengar dari mulut tebal kecil Ifa.

"Santai aja kali. Aku aja biasa aja." kataku sambil main HP tenang-tenang saja. Meski tak bisa dipungkiri hati aku sakit menjadi salah satu dari jutaan korban PHP dan kebaperan diri sendiri.

"Gak ada malu nih teman kamu Mah." pasrah Ifa setelah keterkejutannya saat aku menceritakan penderitaan yang semalam aku alami.

"Tahu ah. Jadi gimana Na, kamu kan les pasti ketemu. Malu gak tuh kamu." kata Rohmah dengan wajah mengejekya. Meremehkan aku dia.

"Ya biasa aja. Emang harus gimana?" tanyaku heran. Emang habis di tolak terus gimana? Aku marah gitu? Atau gak temenan sama Adit lagi gitu? Atau bahkan berhenti les biar gak liat itu anak gitu? Helloww... Emang aku sekaya dia? Gak ya, bapak mamahku aja jualan semaleman gak tidur, terus aku gak mau belajar lagi cuman karema masalah hati yang gak seberapa ini? Heh!

"Emang bener-bener kamu Na. Gak punya malu banget. Ya, masa' habis di tolak gitu kamu gak malu apa? Apalagi kalo Adit ngasih tahu ke yang lain gimana? Kamu gak malu gitu?" cerocos Ifa kesal sambil menarik ujung kerudung bagian depanku.

Aku memukul tangan Ifa kesal, "Ya, buat apa malu? Kan udah di tolak, ya udah aja." kataku santai yanpa mikir.

"Gak usah sok syok deh Fa. Kau tahu sendiri gimana ini anak. Sama mantannya aja dia masih saling sapa ampe manggil mantan ke mantannya. Emang sabl*ng nih bocah. Kewarasannya harus di periksakan ke psikiater." sembur Rohmah santai plus kesal.

"Haeuh... Iya-iya. Jadi pengen ketemu mantan Wina aja, pengen nanya, kok bisa sampe pernah pacaran sama kamu ya Na." gerutu Ifa pasrah.

"Lu kalo mau ketemu ikut aku aja liburan nanti ke Madura. Aku mau pulang kok." kataku santai.

"Kau yang bayarnya Na."

"Nah iya itu, baru aku beneran aku mau ikut." seru Ifa senang.

"Mau?" tanyaku sambil menatap Ifa serius, Ifa mengangguk semangat dengan mata berbinar-binar.

"Aku bayarin asal sebelum aku bayarin. Aku kebiriin kamu dulu biar sehat pas kasana."

Ifa langsung meneplak bahuku kencang yang disambut gelak tawa Rohmah saat mendengar ringisan yang keluar dari mulutku.

"MAKANAN DATANG!" seru Siti dan Friska sambil membuka pintu ruang OSIS dengan tidak santainya.

"Satu bungkus isinya banyak tahu Kak Na!" seru Ika memberi info yang sangat bermanfaat.

"Ya udah yuk tata yang bener kursinya. Lipet terus taro ke belekang." ajak Mai yang langsung kita kerjakan.

Saat yang lain membereskan kursi, aku, Safi, Wawa, dan Afi menata nasi dan cemilan yang telah Siti dan Friska beli tadi. Beberapa saat kemudian, Anto dan beberapa anak OSIS cowok datang sambil membawa minuman Cola.

"Gak ada air dingin tah Nto?" tanyaku sambil menerima Cola dari tangannya.

"Gak ada Na. Kenapa? Ira gak mau Cola?" tanyanya heran.

"Iya nih. Bukannya gak mau, tapi aku gak bisa minum Cola. Nanti sakit perut." kataku ketus kesel gimana gitu. Kalo Anto yang beli aja gak nemu air dingim, berarti aku harus nyari sendiri air dingin ini mah ceritanya. Tapi, kalo Anto peka sih, pasti mau beliin. Hehehe

"Sana beli air dingin ke lampu merah aja Nto. Tuh, sama Bam." suruh Kak Ray yang baru gabung dengan kita yang duduk lesehan. Kak Ray dan Kak Bam adalah kakak kelas kita yang masih mau bantu-bantu OSIS meski jabatannya sudah diambil alihkan ke yang baru kek kita ini.

Anto mengangguk sambil menepuk bahu Kak Ray. Lalu keluar bersma Kak Bam.

"Siapa yang di kode, noh yang peka. Wkwkwk." kikik Ifa yang ada di belakangku.

"Kayak kau aja enggak Fa. Siapa yang nembak duluan, noh yang kamu terima." sindir Rohmah.

"Jangan ngomongin Aiz deh. Lagi bete aku sama dia!" ketusnya.

"AYO MAKAN! AYO MAKAN! AYO MAKAN!" teriak Friska mengawali makan kami tanpa menunggu Anto dan Kak Bam.

Tapi aku tak makan duluan. Aku nungguin mereka berdua, bukan menghargai atau bagaimana. Tapi kalau aku makan duluan, terus aku haus, seret, aku mau minum apa? Cola gitu? Diamuk bapak nanti kalo aku sakit perut ketahuan gara-gara Cola lagi.

"Na. Ini air dinginnya. Pokoknya PR besok isun mau lihat dari ira. Panas tahu jalan ke lampu merah." kata Anto seraya ikut duduk lesehan di sebelahku.

Aku memberikan satu bungkus nasi padanya dan satu botol kaleng kecil Cola dan Colaku juga. Setelah Anto menerimananya, aku segera menggeser dudukku ke sebelah Ifa lebih mepet ke arahnya. Aku memberi jarak lumayan jauh dari Anto, setengah meter mungkin. Toh, ruang OSIS lumayan luas.








🙌🙌🙌
Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...

HBD to me
Sdih, gk ad yg ngucapin untukkku.

Pdhal ultahny bsok😅

High School World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang