Masa bodoh tentang ulang tahunku yang mereka persiapkan sebaik mungkin karena kenyataannya adalah ajalku yang semakin dekat. Itu fakta. Aku sudah berhenti tidak merayakan ulang tahun sejak duduk di kelas dua SMP lantaran tersadar kalau menggebor-geborkan ulang tahun yang sebenarnya sama saja dengan hari biasa lainnya cuma buang-buang waktu. Lebih baik, bersimpuh berdo'a supaya hidupku mujur dan perasaan aneh terhadap Jiro enyah cepat-cepat.
Dan omong-omong, hanya duduk diam dalam balutan dress kekurangan kain yang kini kukenakan merupakan penyiksaan tanpa ampun bagiku. Kalau kalian menebak siapa dibalik ini semua, jawabannya Laura.
"Cecil, foto yuk!" Laura menghampiriku diikuti oleh Jiro di belakangnya. Hatiku miris melihatnya. Kembali kuterlempar pada kenyataan dunia bahwa aku memang bukan apa-apa dibandingkan dengan Laura. Aku berpikir bahwa sebenarnya Laura-lah yang menjadi bintang hari ini, bukannya aku.
Sahabatku berada di samping kiriku, sedangkan Jiro di samping kananku. Sedikit kurasakan kehangatan napasnya yang menggelitik bahuku saat kami berdekatan. Hal sekecil itu pun, bisa memporak-poranda detak jantungku, entah mengapa.
Kami mengambil foto beberapa kali dengan gaya yang berbeda (hanya Laura dan Jiro). Sesudahnya, Laura pamit tanpa menjelaskan apa yang membuatnya tergesa. Yang kutahu, penyebabnya adalah seseorang yang membuat ponselnya mengeluarkan nada dering panggilan.
Artinya, hanya akan ada aku dan Jiro. Dan entah kenapa hal itu membuatku cemas, alih-alih senang kepalang.
"Cecil," panggil Jiro yang tengah duduk di sampingku. Aku memberanikan diri menatapnya padahal selama ini aku berusaha keras untuk menghindari bertatap langsung dengannya. "Happy birthday."
Aku ingin tersenyum. Tapi, sepertinya otot disekitar mulutku tidak mengijinkannya karena aku hanya membalas dengan kata-kata dan itupun singkat.
"Makasih," Untuk menghargainya, kuberanikan menyelipkan namanya, "Jiro."
Kata sakral bagiku. Jiro.
Dia tersenyum lebar. Kupalingkan wajahku karena tidak kuat melihatnya. Tiba-tiba, dia mengambil tanganku dan meletakkan sesuatu disana.
Sebuah kotak kecil biru berpita.
"Kado ulang tahun, dari aku ..." Aku jelas tahu apa lanjutannya, "dan Laura. Aku yakin kamu bakal suka sama kado ini."
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Couldn't Expect That
Short StoryAku Cecilia Eva, sudah bersiap dari awal jikalau memang kisahku akan berakhir mengenaskan. © 2016 all rights reserved by fluoresens.