Vote + Comment gratis kok :)
***
Hari ini dikampus tak berbeda dari hari-hari sebelumnya, semua berjalan seperti biasa tanpa perubahan apapun. Tak seperti hubungan orang lain yang baru jadi dan langsung bersama setiap waktu, bahkan antar-jemput sekalipun. Yeah, aku tak mengharapkan hal tersebut, lagipula kami tidak benar-benar serius dalam hubungan konyol ini. Hanya untuk tidak menyebar luaskan berita seorang Coolest Boy yang bisa dekat dengan seorang gadis, dan juga memenangkan taruhan. Aku tidak tahu pasti kapan hubungan ini berakhir, yang pasti aku sendiri tak memikirkan hal itu, mungkin juga bagi Harry.
"Carla...." seseorang memanggilku. Bukan dengan suara nyaring, namun sangat berbeda 180 derajat, suara serak.
"Oh, hey!" balasku sedikit terkejut. Orang yang baru ku bicarakan.
"Dimana teman-temanmu?" tanyanya jalan beriringan denganku.
"Umm, mereka ke café lebih dulu," jawabku seadanya, dan ia hanya mengangguk.
"Harry!" seru seseorang dari belakang yang membuat kepalaku dengannya sontak menengok bersama.
"Oh God! Lihatlah betapa serasinya mereka!" pekik Louis bergaya seorang gadis yang bertemu dengan idolanya, dan menurutku itu berlebihan.
"Aku tidak setuju karena mereka tidak bergandeng tangan," goda Liam menyunggingkan senyuman separuh.
"Atau merangkul," sambung Niall.
"Atau memeluk," sambung Zayn.
"Atau menci--"
"Hentikan," potong Harry tiba-tiba yang sudah kuyakini ia mengetahui arah pembicaraan teman-temannya. Syukurlah Louis tak melanjutkan katanya, jika tidak sudah kupastikan aku akan memerah. "Kalian berlebihan." lanjutnya dengan wajah datarnya.
Seperti kertas HVS saja.
"Oh, bangunlah, Harry!" seru Louis merangkulnya menjauh dari kami. "Kau harus memperlakukannya dengan baik, dude. Ia kekasihmu, benar?" suara kecilnya masih bisa terdengar samar-samar dari telingaku.
Harry tidak menghiraukannya dan hanya memutar matanya, "Aku mengerti," lalu berbalik kepadaku dan melingkarkan tangannya dibahuku. Apa?
"We're leaving," ucapnya lalu menarikku pergi dari hadapan teman-temannya yang sudah menaikkan sudut bibir mereka masing-masing keatas.
"Kenapa?" tanyaku yang masih berada di rangkulannya, ku kira ia hanya merangkulku didepan teman-temannya saja. Ia menoleh sehingga jarak wajah kami hanyalah sedikit.
"Hanya ingin," jawabnya lalu kembali memandang jalanan.
Oh, ternyata ia mengajakku ke café. Atau hanya mengantar? Mungkin, karena ia mengarahkan langkah kami ke meja tiga temanku. Dan sialannya mereka sedang menatapku dengan senyum ledeknya. Ingin sekali rasanya melempar bom ke mereka semua namun aku tak membawanya, bahkan tak memilikinya.
"Boleh kupinjam?" pertanyaan Harry berhasil membuat kami terkejut, apalagi diriku yang tentu saja langsung menoleh padanya.
"Oh tentu!" seru Perrie memecahkan kecanggungan ini.
"Ya, bawa saja Carla sesukamu," sambung Perrie. "Sampai altar juga tidak masalah."
Fuck! Kali ini aku yang menatapnya tajam, berusaha membunuhnya dengan tatapanku walau ku tahu sangatlah mustahil. Dani dan Ele malah tertawa karenanya, benar-benar teman sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated // Harry Styles
Fanfiction"Sebenarnya aku anak siapa?" Bagaimana jika seorang gadis yang memiliki sifat sempurna dimata semua orang malah dipandang sebaliknya oleh keluarganya? Hal ini nyata dirasakan oleh Carla. Walaupun begitu Carla selalu mengubah hal gelap tersebut dilua...