8. Escape

4 1 0
                                    

Vote dulu okeh:) Makasii.

***

"Carla? What's wrong?!" tanya sang penghuni rumah ketika membuka pintu yang berada dihadapanku.

"Let me in, Ele," Ujarku sambil terisak. Dengan segera iapun membuka pintu rumahnya lebar dan membiarkanku masuk.

"Carla? Ada apa sayang?" tanya aunt Audrey --ibu dari Ele-- berjalan cepat kearahku dengan raut wajah khawatir.

"Bolehkah aku menginap disini, untuk beberapa hari?" tanyaku balik tak menghiraukan pertanyaan ibu-anak ini.

"Tentu, sayang. Bahkan aku mengizinkanmu untuk menetap disini," jawabnya tersenyum hangat padaku. Akupun membalasnya dengan hal sama.

"Well, kau bisa membersihkan badanmu terlebih dahulu dikamarku, Carla," ucap Ele mengajakku dan akupun menurut.

Aku dan keluarga Ele memang bisa dibilang sangat dekat, bahkan lebih dekat diantara keluarga Perrie dan Dani. Karena rumah Ele adalah yang terdekat dari rumahku, walaupun rumah Zayn masih yang terdekat. Aku sudah mengatakan jika rumah Zayn dekat dengan rumahku, benar? Jika kalian lupa, hari lalu Zayn pernah melewati rumahku ketika ia sedang melakukan jogging dipagi hari.

"Ele...," Panggilku menuruni anak tangga dan menghampiri Ele bersama aunt Audrey yang sudah duduk disofa setelah selesai membersihkan diri.

"Bisa kau ceritakan, Carla?" tanya Ele hati-hati. Aku tahu ia tak ingin menghancurkan hatiku yang menjadi alasan aku mengunjungi rumahnya dan menginap disini selama beberapa hari.

Dan tanpa berat hati akupun menceritakan semuanya yang menjadi alasanku, kecuali kejadian terakhir yang membuatku membulatkan niat untuk kabur dari rumah. Inti dari semua ini adalah diriku yang terlalu lelah untuk berada dirumah besar bak neraka itu. Benar, neraka. Penuh dengan celotehan panas dan juga siksaan.

"Yeah, aku lelah. Sangat," Ucapku mengulang kalimat terakhir ceritaku sebagai penutup dan tersenyum miris guna mencairkan suasana. Ternyata Ele sudah menangis, sedangkan aunt Audrey masih berkaca-kaca karena ia masih kuat untuk menahannya.

Oh, aku benar-benar terlihat anak yang menyedihkan.

"Carla ...," Panggil Ele yang langsung memasukkan diriku kedalam dekapannya. Bahuku terasa basah karena air mata Ele yang begitu deras. Dengan sekuat tenaga aku melarang air mataku untuk keluar dari tempatnya dan memaksa bibirku untuk terus mengembang ke atas.

Aku harus terlihat kuat. Ya, itu harus.

"Ele, bahuku banjir," Ujarku membuatnya terkekeh ditengah isakannya, lalu merenggangkan pelukan kami.

"Carla, kau begitu ajaib," Gumam Ele membuat dahiku mengerut heran. Aku mengerti dengan arti kalimat tersebut, namun aku hanya berusaha meng-konyolkan diriku agar suasana tak begitu tegang.

"Aku manusia, Ele. Sama sepertimu," Ucapku memutarkan mataku dan lagi-lagi Ele terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

"Ah, kurasa aku harus membuat sesuatu untuk Carla," kata aunt Audrey bangkit dari duduknya dan berjalan mengarah ke dapur.

"Kau begitu mengenalku, aunty," Jawabku menyengir kuda kepadanya. Memang benar, aku butuh asupan untuk perutku untuk membantu menghilangkan stress-ku.

***

Seperti hari-hari sebelumnya, aku tetap berangkat bersama Ele mengingat sudah dua hari aku berada dirumahnya, dan hari ini adalah hari ketiga. Dani dan Perrie tentu sudah mengetahui hal ini, bahkan mereka sempat berpikir jika mereka akan ikut bermalam bersama. Dua hari ini aku tak mendengar kabar apapun tentang pencarian diriku dari keluargaku, kurasa mereka menyetujui saja keputusanku untuk meninggalkan mereka. Itu lebih baik.

Complicated // Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang