Extrapart #3

9.6K 315 14
                                    

Ini panjang ni bab nya. Seru bangat uwu😆

***


Kertas kado berwarna biru dengan motif zig-zag tengah Asha upayakan keras untuk bisa membungkus peralatan makan bayi dengan indah. Bukan, Asha belum hamil, hadiah ini bukan untuk bayi mereka. Ini untuk bayi perempuan Rosse.

Salahkan Aksa yang menyiapkan kertas kado berwarna biru. Bisa-bisa Darrel yang mengambil hadiah untuk adiknya. Padahal mereka juga sudah menyiapkan hadiah untuk Darrel sendiri.

"Ambilin hoodie aku dong," pinta Asha padahal suaminya baru saja dibuat ribet dengan stroller dan beberapa hadiah lain yang ia bawa ke mobil.

Tentu Aksa akan menuruti permintaan simpel itu. Memberikan hoodie nya, tangan Aksa beralih membantu memegang salah satu sisi kado yang akan Asha tempel dengan selotip.

"Makasih," tanggap Asha, mengecup singkat suaminya.

"Kamu makin manja tau nggak?" ledek Aksa mengacak lembut rambut Asha. Hanya ditanggapi bibir manyun Asha yang memancing tawa Aksa. "Aku suka kok."

Ucapannya disambut pelukan Asha. Jika dipikir-pikir memang benar Asha jadi kian manja, tidak terlalu ia pikirkan, berhubung ini memang tanggal-tanggal datang bulannya. Jadi kalau moodnya bisa berubah-ubah, maklum saja kan.

Mereka beralih ke kediaman keluarga Rosse. Rumah mewah tak lagi mengejutkan Asha mengingat bagaimana kekayaan keluarga besar Aksa. Lebih baik ia belajar menyesuaikan diri daripada sibuk mengagumi.

Beberapa hadiah besar langsung ditangani oleh asisten rumah tangga, Asha hanya membawa dua kotak untuk sang bayi dan Darrel di tangannya.

Mereka disambut Jacob, suami Rosse yang langsung mengajak mereka menemui sang istri dan bayi.

"Kalian kapan nyusul?"

Asha hanya tertawa renyah menanggapinya, "Doain yang terbaik aja deh, Kak."

Jack menyikut adik sepupunya, "Rencana kapan? Rasanya beda kalau udah ada yang dimomong."

"Istri gw udah jawab kan. Doain yang terbaik aja."

Jacob hanya mengangguk memaklumi sikap adik sepupunya ini. Perhatian keduanya teralih pada obrolan Asha, Rosse, dan Darrel yang mengoceh tentang adik barunya.

Mari revisi kalimat tadi, perhatian Aksa samasekali tak teralih pada obrolan mereka. Matanya fokus memperhatikan Asha yang menimang bayi Rosse.

Aura kecantikan Asha nampak berbeda. Dan Aksa sungguh-sungguh menyukai itu. Tanpa sadar Aksa sampai menahan napasnya melihat Asha melemparkan senyum saat bayi itu menggeliat.

Ayolah, Sha. Kamu buat aku pengen bikin bayi lagi sama kamu.

"Aksa pengen gendong bayi juga tuh, Sha."

Asha spontan menawarkan untuk Aksa menggendong bayi Rosse. Namun tambahan dari Jacob berhasil membuat Aksa berdecak.

"Bayi kalian."

"Nggak usah khawatir, setelah ini gw bisa langsung bikin."

Jacob berdecih, "Nyindir gw?"

"The baby was inside mommy's tummy. Is there a baby in yours?" pertanyaan polos Darrel sembari menyentuh lembut perut Asha berhasil mengheningkan ruangan.

"What do you think?" tanya Asha balik, tak memberi satupun jawaban spesifik. Ia memang tak tau jawabannya.

Darrel mengangguk, "I'm not sure until your tummy looked like a giant balloon. Mommy said the balloon is for carry the baby."

Bad Teacher Great HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang