Extrapart #6

15.5K 366 13
                                    

Ini extrapart terakhir ya :')

Btw tau ga sih kalyan, aku tuh bukan penulis gimana-gimana yg karyanya udh bnyk fansnya, saking bnyknya notif komen sama vote gadiliat.
Akutu cuman bocah SMA yg suka nulis, publish tulisannya, dan senengnya astaga Tuhan kalau denger notif wattpad. Entah ada novel yang baru diupdate, atau notif vote di cerita aku. Apalagi kalo udah ada komen gimana pendapat kalian soal tokoh-tokoh aku. Astagaaaa baca nya teh sambil senyum.

Baca komen 'next dong' atau yang semacem itu tuh auto deh semangat. Hayu lah kita ngobrol sekedar lewat komen atau chat.

Kalian udah dibikin senyum sama Aksa Asha Aldo kan, bikin aku senyum juga ya🖤

***Wuf yu***


Dengan perlahan-lahan, Asha duduk di tepi kasur dengan serum untuk kulit perutnya. Perutnya sudah kian membuncit, memang usia kandungannya yang sudah memasuki 7 bulan.

Ia mengangkat bajunya sedikit untuk mengoleskan serum tadi, perhatiannya teralih karena pintu kamar yang terbuka.

"Kenapa?" tanya suaminya yang memang menjadi jauh lebih protektif.

Asha menggeleng, "Pakai serum doang kok."

Aksa mengambil alih serum tadi, membantu istrinya mengoleskan ke seluruh permukaan perut membuncitnya itu.

"Geli ih kamu pegang kayak gitu."

"Aku cuma bantu kamu pakai ini ya."

Gerakan pada perut Asha membuat keduanya tersenyum, "Tuh kan, kamu nggak boleh bela diri. Kamu yang salah."

Aksa mengelus lembut perut istrinya, "Kamu bela Mama? Ayah kalah sekarang? Awas ya kalian."

Gerakan seolah menanggapi ucapan Ayahnya membuat tawa keluar dari bibir keduanya.

"Sakit nggak sih, Sha, kalau dia gerak gini?"

Gelengan penenang diberikan Asha, "Enggak kok. Rasanya ya geli tapi aneh gitu. Ya bayangin aja sesuatu bergerak di perut kamu."

Suara bel mengalihkan obrolan mereka. Aksa berdiri, mengajak istrinya turun. Tangannya sudah melingkar di pinggang Asha menjaga istrinya saat harus menuruni tangga.

Aksa membiarkan Asha langsung bersantai di ruang tengah selagi ia membukakan pintu. Tak lagi heran karena memang sudah biasa Aldo yang berkunjung. Adik iparnya itu kian senang saat kandungan Asha mulai menanggapi dengan gerakan-gerakan kecil ketika ia ajak bicara.

Dan ya sebenarnya kandungan Asha pertama kali memberi tanggapan ketika Aldo yang mengajaknya mengobrol. Aksa sedikit cemburu atas hal itu, namun ia memilih untuk melihat dari segi positifnya. Sekaligus berharap jika anaknya lahir nanti, ia dekat dengan Aldo, anaknya tak akan sekonyol cowok itu.

"Sha, tebak!" ujar Aldo ketika memasuki ruang tengah.

Aldo langsung tidur berselonjor menatap calon keponakannya karena Asha yang juga sedang duduk berleseh.

"Dedek bayi, tebak!"

"Sha, lo nggak mau ngasih tau gw namanya apa?" tanya Aldo melupakan tantangannya untuk Asha menebak entahlah apa itu.

"Gw belum nyiapin namanya."

"Yaudah gw yang kasih nama!"

"Ih, ini anak gw. Kasih nama anak lo sendiri lah."

Aldo berdecak, "Anaknya Bull gw yang kasih nama."

"Bull?" tanya Asha tak pernah mendengar nama itu.

"Anjing temen gw."

Tatapan sengit langsung dilemparkan Asha, "Lo nyamain anak gw sama-"

"Enggak, Sha, sumpah. Maaf deh maaf, orang bercanda." potong Aldo merasa bersalah, "Yaudah tebak."

"Tebak apa?" tanya Asha karena samasekali tak ada clue di sana.

"Salah! Yang bener, gw punya gebetan baru!"

Asha ingin berdecih sebenarnya. Ia tak memberi jawaban malah dinyatakan salah oleh Aldo. Namun perhatiannya lebih teralih oleh poin ucapan adiknya tadi.

"Serius? Kenalin dong."

Gelengan diberikan, "Gw harus tes dulu dia pantas atau enggak kenal lo."

Aldo beralih mengambil tas nya, memberikan karton besar berwarna putih yang Asha minta. Sedangkan Aksa mengambilkan peralatan penghias yang juga sudah mereka persiapkan sebelumnya.

Asha ingin menghias karton besar ini seperti pada scrapbooknya untuk acara baby gender reveal minggu depan. Dan Asha meminta bantuan adik dan suaminya untuk menghias ini karena agak sulit untuknya melakukan segala sesuatu dengan perut membuncitnya itu.

Aldo memulai dengan mempertimbangkan warna yang akan ia gunakan. Pertimbangan yang cukup sulit untuk menentukan warna biru lebih baik bersama merah atau kuning.

"Dedek bayi, kita warnainnya warna apa? Biru sama merah?" tanya Aldo tentu tidak semudah itu mendapat tanggapan.

"Kalau gitu biru sama kuning ya?"

Aldo memanyunkan bibirnya karena tak ada tanggapan.

"Yaudah merah sama kuning." Siapa sangka ucapan Aldo akhirnya mendapat tanggapan. Perut Asha bergerak-gerak menunjukkan bayinya yang juga bergerak.

Mata Aldo langsung berbinar melihatnya, "Kita sepemikiran! Kamu jangan tidur dulu, bantuin bikin ini semua ya!"

Asha tersenyum hangat melihat adiknya yang berinteraksi dengan bayi nya seolah bayinya memang sudah bisa menanggapi dan mengerti ucapannya. "Nanti anak gw jangan diajarin yang aneh-aneh ya, Al."

"Anehnya dikit doang palingan."

Asha menggeleng tak percaya, memilih kembali dengan kartonnya. Ia berniat menempelkan foto hasil USG nya di sini.

"Tulis apa ya yang ngewakilin cerita kita?"

Aksa duduk mendekat dan mengecup puncak kepala istrinya. Ia mengingat satu kalimat yang cukup menohok hubungannya dengan Asha dulu. "Ketika ada derita setelah sepercik bahagia yang dirasa... tak lagi berlaku untuk kita."

Asha berpikir sejenak, ia ingat kalimat awal itu.

"Ketika ada derita setelah sepercik bahagia yang dirasa... tak masalah, pada akhirnya aku punya kalian semua. Ini saatnya tawa bahagia dengan aku, kamu, Al, dan bayi kita."

Aksa mengangguk setuju menatap istrinya, "Iya, aku bahagia."

-TAMAT-

Akhirnya tamat beneran yey🖤
Gimana nih endingnya?

Kalau aku sendiri, jujurrrr banget.. masih berat sebelah.
Masih ada yang aku bimbang di sini :')

Well, ada yang tau ni dimana bimbang nya?? Ehehe, intinya udah kok ceritanya udah selesai. Biar aku sendiri aja yang ragu ending ini.

Asha Aksa deserve semuanya kok🖤


Sampai bertemu di cerita selanjutnya!!

Bad Teacher Great HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang