Extrapart #2

9.5K 345 2
                                    


Kayaknya seru kalau abis ini kita bikin target sebelum publish bab selanjutnya. Karena komen dari kalian tuh pelit nya yaampun, jadi kita targetin vote bab ini sampe lima belas deh. Baru publish extrapart yg ke 3.

Astaga jahat bgt sih vote 15 aja kayaknya susah bangat.

Jangan gitu dong :'(

Oiya, bab ini juga jd alesan kenapa ada warning 16+

Gada apa-apa sih, cuma view, pola pikir Aksa, sama mungkin inside jokes nya gitu lah.

Well, vote nya ya💙

***

Angkasa tak pernah menyangka hari bahagianya akan benar memberinya kebahagiaan yang tak terukur lagi. Semua acara pernikahan berjalan lancar, sesuai dengan apa yang diharapkan. Bahkan Asha dengan dress yang samasekali belum ia tunjukkan sebelumnya benar-benar membuat Aksa bangga bisa menjadi pendampingnya di kursi pelaminan.

Namun tetap saja Asha lebih cantik saat ini. Kini ia sudah benar-benar berhak untuk bersama istrinya ini kan. Dan sepertinya Asha cukup kelelahan dibuatnya sehingga tubuh itu tak berniat merespon saat Aksa kembali iseng mencubiti pipinya.

Jam weker yang telah menunjuk pukul setengah enam pagi berdering, sepertinya Asha lupa mematikan alarm kuliah pagi nya.

Namun Aksa yang segera mematikan suara berisik itu tetap gagal menjaga Asha di tidurnya. Perlahan kesadaran gadis itu terkumpul, membuat Aksa yang berbaring di sebelahnya tersenyum.

Melihat Aksa di sisi kasurnya sebenarnya hampir membuat Asha serangan jantung. Untung saja ia ingat jika mereka sudah menikah. Apalagi dengan Aksa yang dengan santainya memamerkan dada kotak-kotak nya, membuat Asha ingat jika kondisinya tak berbeda dengan Aksa.

Asha menarik selimut untuk menutupi dadanya sampai ke leher. "Aku masih capek dan masih ngantuk. Harus banget apa hari ini aku bikinin kamu sarapan? Kamu mau sarapan sekarang emang?"

Senyum tak kunjung bisa disembunyikan Aksa, ia menindih istrinya, "Aku maunya bikin kamu capek lagi."

"Ih kamu mah," Asha mendorong Aksa menjauh, masih kekeh dengan keinginan tidurnya.

"Sha.."

"Hm?"

"Kamu mau beli pil KB?" pertanyaan tiba-tiba Aksa menghempas rasa kantuk Asha.

"Kamu lulus masih tahun depan, dan kamu nggak akan aku larang kalau ingin kerja. Mungkin kita rencanain kehamilan kamu nanti dulu, berhubung umur kamu juga bener-bener baru siap untuk hamil."

Asha tersenyum, memeluk suaminya. "Ya, mungkin paling cepat tiga bulan dari sekarang."

.

Dengusan kesal tercipta saat ia mendengar ketukan beruntun di pintu. Itu pasti Aldo yang dengan beragam alasannya akan mengganggu Asha dan suaminya.

"Lama banget sih bukain pintunya."

"Udah untung dibukain," cibir Asha balik.

"Mana, Sha?" Asha mengernyit mendengar pertanyaan menggantung dari Aldo. Pasti pertanyaan nyeleneh, dengar saja.

"Apaannya?"

"Keponakan gw."

Tuh kan.

"Secara teknis Asha belum hamil," Aksa bergabung. "Kita baru melakukannya tadi malam-"

Bad Teacher Great HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang