Chapter 16

32.9K 2.9K 231
                                    

Chap 16

-Iri dan dengki pada hati manusia mampu menyulut kesalahpahaman-

▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Lyan masih setia dalam diam. Matanya fokus menatap Zalea yang tengah bercakap santai dengan rivalnya. Meski pada akhirnya ia lebih unggul. Namun, Paul—rivalnya saat duduk di tingkat tiga–masih sangat menyebalkan setiap kali mereka bertemu.

Beberapa tahun yang lalu. Saat ujian kenaikan tingkat siswa akademi angkatan Lyan Rald dan Paul Gerd. Tak ada satupun yang tidak mengenali mereka. Seorang lelaki dengan elemen air luar biasanya bertemu dengan seorang lelaki dengan elemen pelindung hebatnya. Mereka tidak menjadi lawan, namun mereka menjadi satu kesatuan. Meski sebenarnya Paul dan Lyan tak pernah akur, akan tetapi saat mereka dijadikan sebagai partner dalam sebuah pertarungan, mereka memiliki kekuatan yang sulit tertandingi.

Saat itu mereka berada di satu pertarungan. Lawan mereka pun tak main-main. Edrea. Meski dua lawan satu dan meski pada akhirnya Lyan-Paul terkalahkan oleh seorang Edrea, Edrea mengaku cukup kuwalahan karena gabungan kekuatan Paul dan Lyan yang sangat luar biasa. Jika mereka tidak saling egois, mungkin Edrea bisa terkalahkan oleh kedua muridnya itu. Namun, sayangnya saat itu Lyan dan Paul terpaut cekcok hingga kelalaian pun menulai kekalahan.

Sejak saat itu, Lyan dan Paul menjadi popular di kalangan siswa. Hingga saat ujian kenaikan tingkat tiba, Paul harus merelakan kepopulerannya menyusut karena gagal naik ke tingkat satu dan harus berdiam di tingkat dua. Sedangkan Lyan semakin dikagumi karena berhasil menjadi siswa pertama yang menerobos tingkat satu.

Hingga saat ini, Lyan dan Paul masih saja menyimpan kekesalan mereka masing-masing. Seperti saat ini. Lyan hanya diam dan membiarkan Zalea asyik bergurau dengan Paul.

Di bawah pohon yang menjulang tinggi. Dedaunannya tampak lebat karena ranting bercabang hingga menutupi langit dan menyaring sinar mentari yang menyerobot masuk. Sepoi angin terasa nikmat meski rasanya hambar bagi Lyan. Dia bersama dengan dua orang di sana. Namun, rasanya ia sangat kesepian saat ini.

"Lyan? Sini ... bergabunglah."

Kedua netra biru Saphire itu menoleh pada asal suara. Seorang gadis tersenyum dan melambaikan tangan untuk mengajaknya bergabung. Akan tetapi, Lyan menggeleng pelan dan akhirnya bangkit dari duduknya. "Mau ke mana?"

"Aku akan berjalan-jalan sebentar. Mungkin nanti akan kembali."

"Kau cemburu?" celetuk Paul. "Tenang saja. Aku sudah tertarik dengan gadis lain."

Lyan menatap Paul datar. Sedangkan Paul hanya memaku seringai jahilnya. "Urus saja urusanmu." Setelah mengatakannya, Lyan pun berlalu. Tak mempedulikan Zalea yang terus memanggil namanya.

▪️▪️▪️▪️▪️

Seleksi lanjutan untuk mengikuti ujian kenaikan tingkat akan segera dimulai. Mel dan Caroline dari kelas penyembuh pun tengah belajar bersama di koridor. Namun, satu pemandangan yang sangat menarik membuat perhatian mereka teralih sejenak.

"Apa Bel terus berlatih seperti itu sebelum kalian ke sini?" tanya Caroline penasaran.

Ya, pemandangan menarik bagi mereka adalah Bel yang sedang berlatih sendirian di lapangan. Gadis itu memiliki stok buah apel yang cukup banyak hanya untuk dihancurkan. Semakin cepat apel itu hancur, semakin sakit yang dirasakan oleh Bel. Tujuan Bel berlatih seperti itu sesering mungkin hanyalah untuk melihat reaksi tubuhnya sendiri. Saat ia masih merasakan sakit luar biasa ketika apel itu hancur, maka hal itu tanda jika sihirnya masih jauh dari kata sempurna. Namun, saat ini ia mulai merasakan jika sakit yang menyerang tak begitu menyakitkan. Hanya saja, energinya mudah terkikis dan akhirnya ia merasa sangat lemas setelah berlatih.

Zalea and the Cassio AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang