Chapter 5

45.6K 3.5K 331
                                    

Chap 5

-Sebuah keputusan yang dianggap tepat ternyata belum sepenuhnya tepat-

▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Senja telah berpulang dan mengawal rembulan untuk menyinari bumi. Kecantikan bulan sabit terasa seperti senyuman Agetha yang selalu membayangi. Zalea tersenyum. Mengingat kebiasaannya dengan Agetha dan sang ibu sepanjang malam. Ya, menatap langit dan menemani rembulan. Namun, terkadang momen indah yang pernah dirasakan mampu berubah menjadi momen yang menyedihkan ketika tak mampu lagi melakukannya.

Kepergian sang ibu menoreh luka yang teramat dalam. Seperti jatuh ditimpa tangga, Zalea harus menelan pahitnya kehilangan saudari kembarnya. Ia merasa seperti kuda yang sedang tidur lalu mendapat cambukan demi cambukan untuk bangun dan berlari. Mengejar apa yang seharusnya ia jaga.

Terlintas di benaknya, di mana Agetha sekarang hingga apakah saudarinya masih mampu menghidup udara ketenangan. Kadang ada rasa sesak setiap kali teringat jika dirinya hidup tenang dan nyaman sedangkan Agetha harus berada di bawah tekanan. Namun, memilih untuk melangkahkan kaki seorang diri, juga tak memungkinkannya mampu melawan Dark Master tanpa bala bantuan mendampingi. Tapi, jika dengan tekad kuat dan taktik yang cerdas, ia berpikir akan mampu membawa kabur Agetha tanpa harus melawan Dark Master secara face to face.

"Ya, mungkin memang harus kuputuskan sekarang. Agar waktuku tak terulur lebih lama lagi."

Tanpa terasa, kantuk mulai menyerang. Ia langsung menutup jendela beserta tirainya. Tak membiarkan sedikitpun nyamuk masuk dengan mengaktifkan 'Pengusir nyamuk otomatis' yang tertempel di dinding ruangan.

"Besok. Besok aku harus menemui Edrea."

▪️▪️▪️▪️▪️

Melalui sihir pengintai, Edrea tersenyum tipis. Ia langsung mengibaskan telapak tangannya dan bayangan Zalea yang tampak dari sana terhapus seketika.

"Jadi, besok kita akan mendengar keputusannya?" tanya Klein yang asyik mengupas apel untuk dirinya sendiri.

"Ya, begitulah. Sepertinya besok akan ada happy or sad ending yang kita dapatkan."

Klein memasukkan sepotong apel ke dalam mulut lalu mengucapkan sebuah kalimat, "Bagaimana jika Zalea menolak tawaranmu?"

"Aku akan mengajaknya berduel."

"Uhuk!" Sontak Klein tersedak hingga matanya memerah. Ia melotot ke arah wanita yang duduk menyeringai. "Kau gila? Zalea akan—"

"Tenang saja. Aku hanya memberinya tahu, bagaimana mengerikannya sihir yang dilawan tanpa sihir. Kecerdasan ataupun taktik yang cerdik pun takkan mampu mengalahkan sihir dengan begitu entengnya."

"Singkatnya, kau ingin mendesaknya agar mau bergabung?"

Edrea tersenyum. "That's true."

"Kau memang ahli dalam menekan batin seseorang."

▪️▪️▪️▪️▪️

Bersama hembusan angin yang membawa keheningan, Lyan duduk di pinggir jendela sembari menatap langit. Sejak kecil, ia sangat membenci bulan. Sebab setiap malam tiba, semua rasa sakit akan ia terima.

Namun, semua berubah semenjak ia mengenal para penyihir konyol di Cassio Academy. Seperti ada aura kebersamaan yang mengantarnya ke dalam lautan bahagia. Ia bersyukur, karena berhasil lolos dari gelapnya dunia luar.

"Hey yo!"

Lyan menghela napas kesal. Ia melirik malas sosok yang selalu saja muncul tanpa aba-aba.

"Sedang memikirkan Zalea?" godanya dengan senyuman lebar menampilkan rentetan gigi rapi seputih salju. Sosok itu merebahkan diri ke ranjang tanpa izin dari sang pemilik.

Zalea and the Cassio AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang