Chapter 12

36.9K 3.3K 330
                                    

Chap 12

-Kepribadian seseorang yang lemah akan sangat mudah teracuni oleh sebuah berita bohong-

▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️

"Tanda kutukan?" Lyan mengulang kembali ucapan Edrea. Ada sedikit ketidakpahaman saat Lyan mendengar penjelasan itu.

"Sudah malam. Tidurlah. Jangan banyak memikirkan sesuatu." Sikap Edrea seolah tengah menyembunyikan sesuatu. Wanita itu akhirnya bangkit dan bergegas untuk pergi. Namun, pertanyaan terakhir Lyan menghentikan langkahnya.

"Apa ada yang kau sembunyikan dariku, Ed?"

Wanita dengan tinggi sekitar seratus enam puluh delapan itu pun menoleh dan tersenyum. "Nothing." Setelah itu, ia kembali melanjutkan langkahnya. Namun, jawaban itu tak menjawab apapun dari pertanyaan Lyan. Lyan masih merasa jika ada rahasia yang disembunyikan oleh petingginya itu.

"Ahh! Rasa penasaran ini bisa membuatku gila." Lyan mengacak rambutnya frustasi. Ia tak bisa membayangkan jika selama belasan tahun ternyata masih ada yang belum ia ketahui tentang sosok Edrea. Apalagi, ia sudaj menganggap Edrea sebagai ibunya sendiri.

"Hey yo, Ly!"

"Astaga!" Tak bisa dipungkiri jika kali ini Lyan sangat terkejut dengan kehadiran Zinno yang selalu saja berlabel 'tiba-tiba'. "Bisakah kau tidak mengejutkanku?!" kesal Lyan.

Sedangkan sosok yang kena marah hanya terkekeh geli. "Sedang apa kau? Jangan melamun malam-malam begini. Apalagi di luar kamar. Para Hex bisa kapanpun menyerangmu secara tiba-tiba."

"Omong kosong. Bukankah kau yang suka mengerjaiku secara tiba-tiba seperti tadi? Eum?!"

"Ya begitulah. Ah, apa kau tadi bersama Edrea? Apa yang kau bicarakan? Ahhh! Apa jangan-jangan ... kau mencoba merebut Edrea dari Klein?" Alisnya bergerak naik turun untuk menggoda Lyan yang masih menatapnya kesal.

Terdengar suara helaan napas kasar dari sosok yang berusaha Zinno jahili. "Jangan bertingkah kekanakan, Zin. Ingatlah, kau sudah hampir berkepala tiga."

Zinno tertawa hambar. Sosok itu mendudukkan diri di samping Lyan. Di bawah rembulan yang kembali hadir menyinari tanpa awan kelabu menutupi, mereka tiba-tiba terdiam dan memberi kesempatan hening untuk merangkul keduanya.

"Apakah pengguna sihir waktu bisa mengetahui masa lalu dan masa depan seseorang?" Akhirnya sebuah pertanyaan terlontar dari Lyan dan memecah keheningan.

"Yap."

"Apa kau tahu tentang masa depanku?" tanya Lyan kembali. Kali ini, kedua netranya teralih menatap Zinno yang masih menengadahkan wajahnya menatap langit malam.

"Aku memang bisa melihatnya. Tapi, takdir tetaplah rahasia. Aku tak bisa memberitahu apa yang kulihat pada sang pemilik takdir. Lagipula, kau takkan bisa hidup tenang jika mengetahui takdirmu di masa depan. Ah, lagipula, ada takdir yang bisa berubah. Jadi, aku tidak bisa memastikannya."

Sebenarnya Lyan juga tak tertarik untuk mengetahui takdirnya sendiri. Ia hanya memancing Zinno agar mau berbicara tentang masa depan atau masa lalu seseorang.

"Bagaimana jika masa lalu seseorang?"

"Aku juga mengetahuinya."

"Termasuk Edrea?"

Pertanyaan terakhir Lyan berhasil menuai pandang dari Zinno. Dari tatapan ke arah langit, beralih menatap Lyan dengan penuh penasaran.

"Kenapa kau begitu tertarik dengan Edrea? Kau menyukainya? Kupikir kau menyukai Zalea."

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Zin."

Zinno terkekeh melihat ekspresi Lyan yang terlampau serius. "Untuk apa kau ingin tahu tentang masa lalu Edrea?"

Zalea and the Cassio AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang