Chapter 9

36.8K 3.4K 188
                                    

Chap 9

-Rahasia yang masih terpendam, menjadi sebuah pecut untuk menggalinya-

▪️▪️▪️▪️▪️▪️

"Aku ... tak mengerti."

Rambutnya terkibas terkwna sapuan angin yang permisi untuk lewat.

"Bohong."

Suara derik ranting memekak memenuhi telinga keduanya. Dahan-dahan yang bersinggungan berisik dan makin membuat suasana tampak hampa. Keduanya memang saling bercakap. Namun, tak semulus hembusan angin yang lewat.

Zalea merasa masih ada rahasia yang belum ia ketahui. Sejak dulu hingga sekarang, Gretha tak pernah bercerita mengapa penyihir diasingkan. Hingga datang hari kematian, Gretha masih menyembunyikan rahasia itu.

Kebencian terhadap penyihir telah mendarah-daging di umat Castavonia. Seolah dendam masa lalu sudah berangsur turun-temurun. Zalea hampir mengetahui akan hal itu, saat dirinya mencoba untuk memancing Agetha bercerita. Ya, kembarannya mengetahui seluk beluk kebencian para warga Castavonia terhadap penyihir. Namun, gadis itu selalu menyembunyikannya sama seperti Gretha.

"Mau ke mana?" tanya Zalea saat Lyan bergeser dari tempatnya. Sosok itu menatapnya sekilas lalu melihat sebuah jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Saat ibu jarinya menekan sebuah tombol, keluar sebuah hologram yang menunjukkan para siswa telah menunggu. "Mereka siap belajar."

▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Grimoire adalah sebuah buku yang memuat teks sihir seperti halnya cara mengucap atau mengeja mantera dan sebagainya. Ribuan tahun lalu, grimoire telah digunakan berjuta-juta penyihir. Mereka dipilih oleh grimoire mereka sendiri. Seolah tergantung dengan kecocokan tubuh mereka dengan grimoire yang mereka dapatkan. Dahulu, mereka mendapatkan grimoire saat berusia lima belas tahun. Namun, seiring berjalannya waktu, nenek moyang menurunkannya secara modern.

Sebuah hologram yang muncul dari jam tangan adalah pengganti grimoire yang biasanya berbentuk buku cetak. Mereka dengan mudah belajar melafalkan mantera sesuai dengan elemen yang mereka kuasai. Setiap siswa akademi yang bergabung akan mendapatkan jam tangan bernama holomoire dan seragam sesuai dengan tingkatan mereka. Semua senjata yang sudah menyatu dengan mereka seperti panah, pedang, atau yang lain tetap menjadi hak milik dengan syarat dipergunakan sebaik mungkin.

Meski holomoire yang mereka pakai lebih sering digunakan untuk belajar sihir, namun tidak dibatasi juga jika holomoire milik mereka juga bisa dijadikan sebagai GPS atau alat bercakap dengan pihak akademi. Mereka bisa diketahui keberadaannya sekaligus bercakap dengan pihak akademi jika dalam keadaan terdesak saat menjalankan misi. Dunia modern memang sangat memudahkan bagi siapapun, termasuk para penyihir.

"Grogi?" Melihat raut wajah yang dimunculkan oleh Zalea, Lyan mengetahui jika gadis itu sedang tak nyaman.

"Ya, begitulah." Kedua alisnya terangkat sekilas dan menyunggingkan senyuman kaku.

"Tak apa. Masuklah ke kelas. Hari ini kita hanya belajar etika untuk para penyihir." Lyan mendahuluinya masuk ke kelas. Dimana semua siswa yang ia ampu sebelumnya sudah menyambutnya dengan ramah.

"Kalian kehadiran teman baru," ucap Lyan setelah membalas sapaan para juniornya. "Masuklah. Perkenalkan dirimu."

Setelah menghirup napas dalam, Zalea menghelanya perlahan. Menguatkan hati agar tak menampakkan diri jika sedang grogi.

Langkahnya masuk ke sebuah kelas. Menyaksikan para siswa akademi yang tampak sebaya dengannya. Mata mereka jelas tertuju pada satu titik. Dirinya. Tak ada yang berisik. Namun, tatapan mereka seolah penuh dengan tanya.

Zalea and the Cassio AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang