Chapter 19

41.2K 3K 170
                                    

Chap 19

-Jika keegoisan yang dijaga, maka kahancudan yang didapat-

▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Flashback on. . .

"Ah, aku, Mel. Bel adalah saudari kembarku."

Saat dirinya sampai di depan kamar nomor limas belas yang bersampingan dengan dapur, Bel terhenti. Ia berusaha untuk bersembunyi dan mendengarkan percapakan mereka. Apalagi saat ia mendengar suara Zalea Casia. Sosok yang sempat membuat perasaannya tenang hanya dengan percakapan singkat.

Beberapa saat Bel berdiri di depan pintu kamar nomor lima belas. Punggungnya menempel di sana dan telinganya fokus dengan percakapan mereka.

Para gadis itu membicarakan banyak hal. Namun, Bel tak merasa bosan meski kakinya sudah terasa pegal. Saat dirinya berniat untuk pergi, tiba-tiba ada sebuah percakapan yang membuatnya tertarik. Niat itupun terhenti.

"Kenapa kau dan Bel tidak pernah terlihat bersama? Apa kalian berbeda kamar?" Ya, pertanyaan Zalea sudah pasti mewakili semua mata yang memandang mereka selama ini. Meski berbeda kelas sihir, tapi di luar kelas pun mereka sangat jarang terlihat bersama. Mel lebih sering terlihat bersama Caroline. Sedangkan dirinya lebih sering menyendiri.

"Kami satu kamar. Hanya saja, Bel tidak terlalu suka berdekatan denganku." Begitulah jawaban Mel. Bel merasa ada sebuah denyutan menyakitkan saat mendengar jawaban itu. Seolah Mel juga merasakan hal yang sama ketika mengatakan 'tidak terlalu suka berdekatan denganku.'

"Kenapa?"

"Karena kami berbeda gaya hidup. Aku suka bersosialisasi dengan banyak orang. Sedangkan Bel, lebih suka menyendiri." Jawaban Mel memang ada benarnya. Mel lebih terbuka dengan beberapa orang. Dan dirinya lebih tertutup. Namun, untuk gaya hidup yang berbeda, Bel tidak membenarkan itu. Mereka memiliki gaya hidup yang sama. Hidup sederhana dan seadanya. Mungkin maksud Mel adalah berbeda cara hidup. Jika Mel mengatakan seperti itu, Bel akan sangat setuju.

"Oh, jadi begitu."

Selang beberapa saat, tak ada lagi percakapan antara mereka. Kemudian, Bel mendengar pertanyaan selanjutnya.

"Kau dan Bel ada masalah?" celetuk Zalea.

"Ya, hanya kesalahpahaman kecil. Sudah biasa antara kami berdua."

Selagi Zalea dan Mel bercakap, sepertinya Charlotte dan mungkin teman Zalea hanya terdiam mendengarkan.

"Aku iri denganmu." Ucapan Zalea membuat Bel mengerutkan keningnya heran.

"Iri?" ucap Mel yang terdengar penasaran juga. "Kau punya segalanya, Ze. Untuk apa kau iri denganku?"

"Segalanya?" Sepertinya Zalea tak setuju dengan ucapan Mel. "Aku kehilangan ibuku dan saudariku. Bagiku mereka adalah segalanya. Jadi, tanpa mereka ... aku tak memiliki apapun. Jadi, itulah mengapa aku iri denganmu. Kau masih bisa bersama dengan saudarimu. Menatap wajahnya. Bertengkar dengannya. Sedangkan aku dan Agetha memiliki kemungkinan kecil untuk mengulang masa-masa indah kami berdua."

Seketika ingatan masa kecilnya bersama Mel terulang kembali. Saat dirinya belum menyadari sihir yang ada dalam dirinya adalah sihir pemusnah yang menjengkelkan, Bel sudah mengetahui jika Mel adalah pengguna sihir penyembuh. Saat mereka naik sepeda dan terjatuh, Mel selalu membawanya ke tempat sepi dan menyembuhkan lukanya dengan cepat. Bel kagum dengan kemampuan Mel. Dia selalu berharap jika sihirnya lekas bangkit. Di umur sepuluh tahun, akhirnya Bel mampu mengetahui sihir yang ia kendalikan. Namun, sejak saat itu ia selalu iri dengan Mel. Saat Mel disanjung kerabat karena kepandaiannya menyembuhkan sesuatu, justru Bel dihina karena telah membuat seekor kelinci mati dengan mengenaskan. Saat itu Bel belum mampu mengendalikan sihirnya hingga saat ia menyentuh sang kelinci pun kelinci itu mati bersamaan dengan dirinya pingsan. Saat membuka matapun, semua kerabatnya sudah berbisik ngeri.

Zalea and the Cassio AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang