"itu..... Dia.... Ya kamu!" Kata Boruto canggung.
"Kenapa aku?"
"Mana aku tahu! Tapi memang kamu!"
"Maaf ya Bolt! Tadi aku bilang kamu yang selalu buat aku senyum, bukan berarti aku juga sama!" Kata Sarada yang dengan lancar bagai kunai yang melesat.
"Terus karena apa?"
"Aku tak tahu!"
Sarada keluar dari kamar pria pirang itu. Pria pirang itu tampak kecewa dengan bibir yang agak dimajukan. Lalu berbaring setelah gadis bersurai hitam itu menutup pintu kembali.
'Ternyata masih ada si kutu miper, ya?!' batin Boruto.
Boruto membuka PC-nya dengan Shikadai. Berusaha mencari jawaban darinya. Walaupun kadang jawaban itu tak ada gunanya.
Boruganteng
Dai!Boruganteng
Aku mau tanya sesuatu!Shikadaidai
Apa?Boruganteng
Menurut kamu apa istimewanya Kawaki di mata para kaum hawa??Shikadaidai
Dia maco. Ganteng. Ngangenin. Tinggi. Perhatian. CoolBoruganteng
Kok kamu bisa jawab sedetail itu? Kamu maho, ya?Shikadaidai
Kamu bilang apa tadi? Yang kamu tanyakan itu dari sudut pandang wanita! Bukannya keturunan Shikamaru Einstein ini maho!Boruganteng
Iya... Maaf... Kelupaan!Shikadaidai
Ya udah
Aku mau lanjut tidurPria pirang itu menyudahi kegiatannya. Dia memejamkan matanya. Mencoba mengumpulkan hal-hal yang kurang darinya untuk menjadi pria yang diinginkan.
Boruto POV
Seorang anak dari Naruto Uzumaki yang paling hensem. Bahkan lebih hensem dari Sasuke Uchiha, ditolak oleh putri Uchiha. Hanya karena seekor kutu miper tak berguna!
ARRRGGHHHHHHHHH!!!
Seandainya membunuh kutu miper itu di wajibkan! Sudah aku cincang dia!
Kenapa dia masih ada di hati putri Uchiha? Kenapa bukan aku yang ada di sana setelah dia pergi dengan wanita lain?
Seakan Shikadai tau tentang isi pikiranku sekarang, dia mengechatku lagi.
Shikadaidai
Dia butuh waktu.
Tunggu saja sampai dia memberikan kesempatan padamu untuk masuk ke dalam hatinya. Always smile, Bolt!Itulah yang dia katakan padaku. Tidak biasa Shikadai menjadi sebijak ini. Kecuali kalau dia memang sedang mengalami hal yang sama.
Aku beranjak dari tempat tidur. Ku langkahkan kaki menuju lantai dasar. Ku lihat Sarada duduk di sofa ruang keluarga sambil termenung. Ntah apa yang dia renungkan. Mungkin mantannya.
"Salad! Sedang apa kau!" Panggil ku. Dia terperanjat kaget.
"Tidak. Hanyalah sedang duduk".
"Apa kau masih memikirkannya?"
"Siapa? Tidak ada yang aku pikirkan"
"Kawaki"
"Tidak! Untuk apa aku memikirkan orang sinting itu!" Ketusnya seraya melipat kaki ke atas sofa.
"Kau masih mencintainya kan? Katakan saja!"
"Tidak! Aku hanya kagum! Tidak lebih!"
Aku duduk di sebelahnya. Dia sedikit menggeser posisi.
"Apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan perasaan kagum itu?"
"Lakukan saja sesukamu!"
"Aku meminta jawaban! Bukan meminta kata-kata ketus darimu!"
"Lakukan apa saja sesukamu!" Balas Sarada yang kedua kalinya.
Aku menghela nafas panjang. Lalu hening menguasai kami. Tak ada sepatah kata pun dari mulut kami keluar. Hanya diam dan fokus pada pikiran kami masing-masing.
'waktu ya?' batinku.
Aku melirik sedikit ke arah gadis Uchiha di sebelahku. Dia tampak menggigit bibir bawahnya. Dahinya berkerut. Tampak memikirkan sesuatu.
"Boruto" , dia membuka suara.
"Hmm"
"Apa menurutmu aku harus pergi jika seseorang ingin menemuiku?" Tanyanya seraya meletakkan dagunya di atas kedua lututnya.
"Kalau orang itu penting, temui saja. Kalau kau tak mau bilang saja kau sibuk".
"Dia tak penting. Tapi, dia berharap aku datang".
"Kalau begitu datang saja. Dia menunggumu kan?"
"Ehhmm"
"Mau ku antar?"
"Boleh"
Dia mengangkat kepalanya. Lalu pergi ke kamarnya untuk bersiap. Sedangkan aku menyiapkan mobil di luar.
Tak berapa lama dia keluar. Dres merah melekat di tubuhnya. Serasi dengan kulit putihnya. Dia kelihatan lebih cantik dari biasanya. Apa orang yang akan dia temui spesial? Atau dia sengaja terlihat spesial? Entahlah!
TBC!
Maaf klo gak jelas. Karena AUTHORNYA EMANG GAK JELAS!!!VOTMEN JAN LUPA YAAA....
ARIGATOU MINA..
KAMU SEDANG MEMBACA
One Home
Teen FictionSarada harus menerima keputusan orang tuanya yang harus pergi demi pekerjaan. Dia harus tinggal bersama seorang pria untuk menjaganya. Dia adalah anak dari sahabat orang tuanya, Naruto Uzumaki. Sarada harus menerima itu, walaupun dia sebenarnya tida...