4.

5.4K 358 39
                                    

😧😧😧

~~~~~

"Sakit tahu!" Boruto meringis sambil mengelus-elus wajahnya.

"Bodo amat!"

Cairan hangat mengalir dari ujung bibir pria pirang itu. Jari-jarinya mengusap cairan itu. Merah.

"Boruto! Kamu berdarah!" Sarada kaget saat kembali menoleh pada pria pirang yang masih diam di tempat.

Diraihnya sekotak tisu. Menarik beberapa tisu keluar. Mengelap darah di ujung bibir wajah tampan di depannya.

'Ternyata orang segalak dia bisa jadi selembut ini??' Batin Boruto sambil menatap wajah gadis itu.

"Apa lihat-lihat!!!" Semprotnya tepat di depan wajah Boruto.

"Mata untuk melihat! Bukan untuk mendengar. Jadi, sesukaku!" Balas Boruto.

Gadis surai kelam itu menjauh dari pria pirang di depannya. Menatap sinis ke arahnya. Lalu meninggalkannya.

"Hey! Bagaimana dengan lantainya?!"

"Itu tugasmu!"

"Kenapa aku??!!!" Boruto tak terima.

"Kebersihan dan kerapian rumah itu tugasmu! Sedangkan memasak dan mencuci pakaian adalah bagianku!"

"Curang! Bagianku lebih banyak!"

"Bukannya kamu itu laki-laki?! Jadi, mengalah denganku!!"

"Iya... iya... wanita selalu benar!!" Ketus Boruto seraya beranjak dari tempatnya dan mengepel tumpahan sirup tadi.

Sarada hanya bisa tertawa bahagia dalam hati karena dalam sehari Boruto melakukan apa yang dia katakan. Padahal itu hanya sebuah gurauan.

Dan sekarang pria pirang itu terbaring di kasurnya. Matanya terpejam. Keringat segar mengalir dari dahinya.

"Boruto!" Panggil frame merah itu di sebelah kasur King zize Boruto.

Hening....

"Boruto!"

Hanya ada suara deru nafas pria itu.

"Boruto!!"

"Hn" kali ini dia menjawab.

"Bangun. Kau belum mandi, ini sudah malam!"

"Nanti!"

"Bau tahu!! Sana cepet!!"

"Mandiin"

Tatapan menakutkan terpancar dari wajah cantik Sarada. Tangannya siap melayang kapan saja.

"Iyaa! Aku mandi sekarang!!"

Sarada menghembuskan nafas kasar. Lalu keluar dari kamar yang serasa neraka baginya.

Boruto mengguyur dirinya di bawah sower. Memejamkan mata.

Boruto POV

Dia cantik kalau marah. Tapi, itu berbahaya.

Sebulan kemudian

"Boruto!"

"Apa?!"

"Bukannya ini pacar kamu??" Sarada menunjukkan sebuah postingan IG.

"Iya"

"Kenapa bukan kamu yang ada di sebelahnya?" Dia kembali memperhatikan layar ponselku.

"Aku minta putus kemarin"

"Kenapa??"

"Karena itu"

"Bukan karena laki-laki ini! Tapi karena kamu hentai!!" Ketusnya tepat di depan wajahku.

Aku hanya mendelik kesal. Matanya menatapku tajam. Seorang ingin memakanku.

"Oh ya, mumpung sekarang hari minggu... kamu pasti ingat tugas kamu?"

"Hm"

Terpaksa sebenarnya aku melakukan semua tugas rumah. Aku lebih suka duduk di depan layar laptop seharian tanpa melakukan apapun. Lama-lama aku bosan melakukan hal yang sama setiap hari. Sedangkan Sarada seperti majikanku. Ah sudahlah! 

Kuraih gagang sapu di dekat coolcase. Dan mulai menyapu. Tapi, tiba-tiba macan betina itu memanggil.

"Boruto! Bisa tolong sebentar!"

"Apa?" Tanyaku saat sampai di dapur.

"Bisa ambikan tepung. Aku tidak sampai!" Dia menunjuk kitchenset yang cukup tinggi.

"Makanya tumbuh itu keatas! Kamu marah mulu sih, jadi gak pernah tinggi!"

"Udah cepet ambilin!"

"Iyaa!"

Kuraih sebuah toples besar berwarna putih tulang. Cukup berat juga saat ku angkat. Dan entah apa yang menyenggol tanganku membuat aku menjatuhkan toples besar itu. Dan parahnya lagi di atas toples itu ada setengah kilogram tepung yang langsung membuat kami putih.

"Awas!"

Tidak tahu kenapa aku langsung refleks memeluk Sarada. Dan...

Bghh!

Hantaman keras di lantai membuat seekor kucing yang hendak mencuri ikan lari terbirit-birit.

"Aww!" Bahuku terasa sakit.

"Kamu gak apa-apa?"

"Sakit"

Dia pergi meninggalkanku di dapur dan kembali lagi dengan berbuah salep.

"Buka baju kamu!"

"Hah?!"

"Udah cepet! Mau aku obatin bahu kamu! Gak usah kepikiran yang aneh-aneh!"

Oke, aku menurut. Dan wajahnya berubah menjadi kepiting rebus saat aku melepas kaosku.

"Apa?"

"Ehh... apasih!!"

Dia berhasil mencairkan suasana. Tapi, wajahnya masih semerah kepiting rebus.

"Muka kamu merah"

"Kata siapa?!!"

"Aku lihat sendiri! Bukan kabar dari orang lain!"

"Aku cum-..."

Cup

Satu kecupanku mendapat di dahinya. Dia terdiam. Aku bisa merasakan kalau tubuhnya gemetar.

"Awas!!!" Dia mendorongku cukup keras.

Lalu....

Plak!

Tamparan itu lagi....




Tbc

😕😥

















One Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang