6.

5K 342 42
                                    

Sarada POV

Kawaki ya? Kurasa dia lebih tampan dari Boruto. Tapi, Boruto lebih perhatian dan peka. Tidak dingin seperti dia. Argghhh!!! Untuk apa aku memikirkan itu?? Tidak penting sama sekali!!

"ARGGHHH!!!"

"Sarada, kamu kenapa?" Tanya Boruto yang tengah duduk di sofa depan tv. Sedangkan aku duduk di karpet dengan setumpuk tugas di depanku.

"Ehh... tidak apa-apa!" 

"Aku kira kamu kesurupan mbak kunti!"

"Mbak kunti mana ada di Jepang, bodoh!" Ketusku.

"Itu buktinya kamu suka marah-marah"

"Terserah lah!"

Boruto menatapku dengan seksama.

"Apa??"

"Tidak ada, kamu keliatan cepat tua!"

Blukk!!

Sebuah kamus bahasa aku hantamkan di kepalanya.

"Aww!"

Bruk!

"Ehh Boruto!! Kamu kenapa?? Aku minta maaf!! Boruto!!"

Hening...

"Boruto!! Bangun!!" Aku menepuk pelan wajahnya.

Hening...

"Boruto...!! Bangunlah! Aku minta maaf!"

Hening...

"Apa aku memukulmu terlalu keras?? Boruto!!"

Hening...
Butiran bening mengalir begitu saja dari kelopak mataku.

"Boruto~" suaraku serak.

"Ehh... Sarada! Maaf aku hanya becanda!" Kurasakan tubuh kekarnya memelukku. Mencoba menenangkanku. Jari-jarinya mengusap pelan airmataku.

"Bodoh!!!" Ketusku.

"Kenapa? Apa aku tidak boleh bercanda??"

"Itu bukan bercanda!! Itu membuatku khawatir!" Ketusku seraya memukul pelan lengan kekarnya.

"Iya maaf!"

"Lebih baik kamu bantu aku kerjakan semua tugas ini!"

"Kerjakan saja sendiri! Aku mana tahu! Dan salah siapa ambil bahasa!" Ketusnya. Lalu meninggalkanku sendiri.

'Oke! Kamu menyerahkan diri kamu sendiri pada singa betina!'

Sarada POV end

Boruto POV

Aku rasa mengerjai singa betina itu harus butuh persiapan. Oke, besok waktu yang tepat untuk rencana ke dua.

***

"Boruto! Apa perlu aku bangunkan setiap pagi?!" Dia mulai berteriak.

"Apa? Aku sudah bangun sejak subuh"

"Eee... tumben"

"Ya, sudah ayo berangkat!"

_____

In school

Dia berjalan di depanku. Jujur saja dia kelihatan manis saat berjalan. Tapi... apa mengatakan singa betina manis itu benar? Tentu tidak! Tidak salah

"Boruto, aku masuk kelas dulu!"

"Hmm"

Hari ini berjalan seperti biasa. Hanya saja kenapa Sarada lebih dekat dengan murid baru itu? Menyebalkan! Seandainya di negara ini tidak ada hukum dan ayahku bukan seorang wali kota, aku sudah membunuh laki-laki genit itu!!

"Boruto! Kamu kelihatan marah. Kenapa?" Ku rasa sekarang Mitsuki lebih perhatian.

"Tidak apa. Aku masuk kelas dulu"

"Ya. Kami bertiga akan menyusul!"

Awas saja kalau laki-laki brengsek itu berani mendekati Sarada. Akan ku cincang tubuhnya. Setelah itu RUBAH AYAH KAN ADA! (Smirk smile) .

skip

OK!
Waktunya rencana ke dua! Mumpung singa betina itu belum pulang.
10 menit lagi dia sampai rumah.

Kubuka penutup pada pewarna merah makanan dengan pisau. Lalu aku bawa pisau itu ke kamar.
Sampai kamar... buat bercak darah di sekujur tubuh dengan pewarna. Banyakin di bagian leher. Pisau juga harus terlihat berlumuran darah. Dan selesai, hanya tinggal berbaring di lantai dan menunggu singa betina itu pulang.

.....

"Boruto! Aku pulang!"

Hening....

"Boruto!!"

Hening....

"Boruto Uzumaki!!"

Hening...

"Cih! Boruto!"

'Aku ada di kamar bodoh!' Batinku sambil menyempurnakan actingku.

Baiklah, dia mulai membuka knock pintu. Kira-kira apa yang akan kamu terjadi setelah ini?

"BORUTO!!!" Aku tak tahu dia akan sehisteris ini.

"Boruto!! Apa ini bercanda??"

Dia mulai menggoyangkan tubuhku. Bulir bening mulai menetes dari kelopak mata indahnya.

"Boruto~~~" suaranya serak.
"Bangunlah~~!"
"Jangan buat aku khawatir~~ hikss..."

Ups... aku tak tahu ini akan terjadi. Sekarang dia memeluk erat tubuhku. Sambil terus menangis.

"Boruto~~"
"Jangan buat aku khawatir~~"
"Boruto~~ bangunlah~~!!"

'Ternyata singa betina juga bisa menjadi cengeng!' Batinku.

"Hiks... hikss... Boruto~~! Jangan pergi! Kamu temanku yang paling baik~~!"

'Cuma sebatas teman?? Oke! I'm fine!' Batinku lagi.

"Boruto~~~!"

"Sarada! Sudahlah! Aku hanya bercanda!" Akhirnya aku akhiri semua sandiwara ini.

Pluk

Dan dia kembali memelukku dengan erat.

"Jangan ulangi lagi! Atau aku tak akan memaafkanmu!" Ketusnya, masih dalam pelukan.

"Aku akan melakukan hal yang sebenarnya, kalau kau masih menganggapku sebatas teman dekat!"

"Maksudmu?"

"Entahlah!"

Aku lepaskan pelukan itu. Dan berjalan menuju kamar mandi. Aku perlu membersihkan diri dari semua pewarna yang menempel ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
Tbc
Sumpah punya ide sendiri tapi gak kuat nulis😣

Yo dah dulu
Votmen!


































One Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang