Bab 14

363 24 0
                                    

Aku duduk dimeja makan dengan perasaan campur aduk. Sudah beberapa hari ini Gaara tidak dirumah. Aku dengar dari Bu Keshi, Gaara pergi untuk perjalanan kunjungan ke 4 negara besar lainnya. Dan baru pulang 2 minggu kemudian.

Dan itu membuatku sedih, marah dan bingung disaat yang bersamaan.

Aku seharusnya senang karena dia pergi untuk waktu yang lumayan lama dan sementara aku tidak usah bertemu dengannya. Namun, disisi lain aku sedih dan bingung karena membuatnya kecewa. Aku juga tidak sempat mengelak pemikirannya tentangku.

"Seharusnya aku senang kan?" gumamku bingung.

"Nona Yuki," panggil Bu Keshi membuatku menoleh.

"Ya?" tanyaku dengan senyuman yang kupaksakan.

"Nona, kenapa? Apa Nona merasa tidak enak badan?" tanya Bu Keshi khawatir.

Aku menggeleng pelan seraya tersenyum.

"Tidak, aku baik-baik saja." jawabku seraya mengaduk saladku di piring.

"Nona, apa saladnya tidak sesuai selera Nona?" tanya Bu Keshi lagi.

"Tidak, aku baik-baik saja!"

"..."

Aku menghela napas berat saat menyadari semua pelayan terdiam mendengar bentakan ku. Bahkan, Bu Keshi sampai tersentak kaget karenaku.

"Maaf kan aku, Bu kepala pelayan. Aku tidak bermaksud. Aku hanya ingin sendiri. Aku akan kembali ke kamarku." aku bangkit dan keluar dari ruang makan dengan perasaan campur aduk.

Aku tidak jadi ke kamarku. Aku malah keluar dari rumah melalui pintu belakang.

Ketika aku sudah keluar dari rumah, aku melihat beberapa pekerja kebun membersihkan halaman belakang. Mereka sibuk masing-masing hingga tidak melihatku berjalan.

Aku menatap sekeliling sambil melangkah keluar halaman. Wow! Padang pasir yang ada diluar halaman rumah lebih indah.

Aku berjalan kebalik bukit untuk melihat keindahan yang lainnya. Dan ketika sampai disana, aku malah melihat beberapa orang berkumpul dibalik bukit ini.

"Siapa kau?!" seseorang bertanya sambil mengangkat pedang kearahku.

Aku terkejut dan takut dengan serangan tiba-tiba tersebut.

"A-aku Yuki Tataka, aku hanya berkeliling disini." jelas ku dengan suara bergetar.

"Biarkan dia, dia sepertinya tidak tau apa-apa." seseorang menyeletuk diantara ketujuh orang itu.

Aku menghela napas lega setelah orang yang tadi mengangkat pedangnya kearahku mulai menurunkan pedangnya.

"Akh! Kakek! Tanganku sakit! Hiks!" aku mendengar suara tangisan anak kecil dibalik 7 orang tersebut.

"Bagaimana ini? Lengan pangeran Nui akan membiru jika racunnya tidak dikeluarkan!" teriakan panik seorang Kakek datang dari belakang 7 orang itu.

"Kami akan menghadang para Shinobi pemburu desa Amigakure. Cepat selamatkan pangeran Nui." seseorang dengan badan paling berotot berbicara dan langsung melompat keluar dari balik bukit diikuti ketiga temannya.

"Bungkus lukanya dengan kain." usul seseorang diantara 3 lainnya.

Aku segera maju dan melihat luka anak bernama Nui itu.

Ah! Luka goresan pedang yang dicampuri racun? Aku bisa menanganinya.

"Tidak, kau tidak boleh membungkusnya sebelum membersihkan lukanya. Itu berbahaya bagi anak itu." kataku memotong kalimat orang tadi.

"Kau tau apa tentang pengobatan, Nona?" orang itu menantang ku membuatku menatapnya tajam.

"Kau akan membunuh anak itu jika kau membungkus lukanya sebelum dibersihkan." ucapku membuat Kakek yang ada disamping anak itu segera melepas bungkusan kain di lengan anak itu.

"Nona, kami mohon. Sembuhkanlah luka pangeran Nui." pinta Kakek itu.

"Tidak, aku tidak bisa menyembuhkannya. Aku hanya bisa membantu mengeluarkan racun itu." kataku.

"Terimakasih, Nona Yuki." kata Kakek itu.

Aku segera duduk disamping anak kecil itu dan mengikat lengan atasnya dengan kain dengan kuat.

"Maaf, pangeran. Ini akan sakit tapi aku harap kau bisa menahannya." ujarku membuat anak kecil itu mengangguk.

"Apa kalian memiliki air?" tanyaku.

"Ya, ini, Nona." Kakek itu memberikan sebotol air padaku. Aku segera membersihkan permukaan luka di lengan Nui.

"Akh! Kakek sakit!" Nui menjerit kesakitan ketika aku mulai membasuh dan membersihkan lukanya.

"Tahan pangeran." sahut sang Kakek menenangkan.

"Aku akan mengeluarkan racunnya dengan cara menghisap nya ke mulut ku." beritauku membuat mereka semua terkejut.

"Tapi, Nona Yuki. Itu berbahaya, kau bisa mati." tahan sang Kakek.

"Aku akan menyelamatkan nyawa pangeran Nui." kataku dan mulai mengeluarkan racun di lengan Nui.

Empat kali hisapan dan semua racunnya keluar. Aku membersihkan luka Nui dengan air dan segera membungkusnya dengan kain yang kusobek dari bajuku.

Ketika selesai membersihkan dan mengeluarkan racunnya. Aku baru mengumur mulutku dengan air.

"Kakek! Tanganku sudah tidak sakit lagi." Nui berseru senang dan mengangkat tangannya keatas memperlihatkannya pada Kakek.

Aku merasa kepalaku mulai pusing. Kakek mendekati ku dan bersujud membuatku menggeleng.

"Terimakasih, Nona Yuki. Kau telah menyelamatkan nyawa pangeran Nui." katanya.

"Tidak, Kakek. Tolong jangan bersujud padaku. Aku hanya membantunya." ucapnya.

"Nona Yu—!!"

Pandanganku menghitam setelahnya. Aku mendengar mereka berteriak memanggilku begitupun dengan pangeran Nui dan Kakek.

Apa? Apa aku mati karena membantu anak kecil?

Yuki Tanaka?

Hm? Yuki Takata! Apa itu kau?

Ya, ini aku.

Kemana saja kau selama ini? Aku tidak mendengar suaramu?

Aku berada dibawah alam sadarmu selama ini. Tapi karena kau sekarang berada dibatas hidup dan mati. Aku bisa menemui mu.

Hah? Batas hidup dan mati? Maksudmu aku akan mati?!

Setengah-setengah.

Hei! Jawaban macam apa itu! Lalu aku harus bagaimana? Apakah aku betulan akan mati?

Tidak. Kau tidak boleh mati.

Lalu?

Kau akan kembali hidup setelah ini. Karena takdirmu didunia ini belum selesai.

Heh, maksudmu takdirmu?

Bukan. Takdir ku sudah selesai setelah kau berhasil menikah dan memberikan keturunan untuk Gaara. Takdir ini sekarang menjadi milikmu.

Hah? Aku tidak mengerti?

Yuki?

Yuki Takata??

Yuki Takata!!!

Aku berada dibawah alam sadarmu Yuki Tanaka. Kau bisa berkomunikasi denganku saat kau pingsan atau berada dibatas hidup dan mati saja.

Tch! Lalu maksudmu jika aku ingin berkomunikasi denganmu aku harus bunuh diri dulu?!

Tidak. Bunuh diri akan membuatmu mati. Maksudku ialah setengah mati dan setengah hidup.

Maksudmu mimpi?

Ya, seperti itu lah.

Baiklah.

.

.

.
TBC.

Yuki Tanaka (S1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang