Bab 7

376 30 0
                                    

"Tuan Kazekage?" panggilku.

Dia menghembuskan napas perlahan dan mengalihkan tatapannya.

"Kenapa kau menjelaskan semua ini padaku?" tanyanya.

Aku terdiam mendengar pertanyaannya. Apa aku salah jika mengatakan kebenarannya?

"Aku tak tau. Aku hanya merasa kau harus tau kebenarannya." ungkapku padanya.

Niatku memang ingin mengatakan yang sebenarnya agar ia tahu bahwa aku bukanlah putri angkat Tuan Takata. Melainkan orang lain yaitu Yuki Tanaka. Anak Sma tahun akhir yang diambil oleh semesta untuk melanjutkan takdir Yuki Takata.

"Dan..." ucapku memelan.

"Dan?" tanyanya seperti ingin tau kelanjutan kalimatku.

"Dan agar kau mengasihaniku karena aku ini hanyalah murid Sma tahun akhir. Aku hanya gadis berumur tujuh belas tahun  tahun, aku juga tidak tau cara memberikanmu keturunan. Jadi aku memohon agar kau mengasihaniku dan membebaskanku." jujurku padanya dengan membungkuk.

Aku benar-benar tidak tau caranya memberikannya keturunan. Apa aku harus mencari kedua orangtua Tuan Kazekage dan meminta keturunan Tuan Kazekage dari mereka? Tapi itu pasti sangat melelahkan. Lagipula, aku tidak tau dimana keberadaan kedua orangtua Tuan Kazekage sekrang.

Aku mendongak saat mendengar Tuan Kazekage menghela napas. Apa dia marah karena aku sudah melanggar janjiku? Ah tidak! Aku selama ini hidup dengan ketepatan janji yang sudah kubuat. Aku selalu menepati janjiku. Jadi, aku juga akan menepati janjiku pada Tuan Kazekage. Walaupun aku harus lelah mencari keberadaan kedua orangtua Tuan Kazekage untuk meminta keturunan demi menepati janjiku padanya.

"Tch! Pergi dari hadapanku!" usir Tuan Kazekage dengan kejam. Dia bahkan tidak mau menatapku.

Aish! Apa yang kau lakukan Yuki! Kau membuat seorang Kazekage desa Sunagakure marah! Setelah ini aku pasti akan dibunuh oleh para anbu! Tidak mau! Aku harus mencari cara agar Tuan Kazekage tidak marah. Aku juga akan menepati janjiku dan memberikannya keturunan. Setelah itu aku pasri akan berhasil menjalankan takdir Yuki Takata dan bisa kembali ke duniaku.

"Kenapa kau masih disini? Kau tidak dengar apa yang kukatakan?!" bentaknya membuatku menggeleng.

"Tuan Kazekage aku akan menepati janjiku. Aku akan memberikanmu keturunan. Aku akan berusaha. Kau pasti akan mendapatkan keturunan dariku. Aku sudah berjanji." kataku yakin.

Tuan Kazekage mendengus dan berdiri. Aku refleks ikut berdiri bersamanya. Dia menatapku tajam membuatku serasa ditatap oleh Nenek Mo. Tetua paling ditakuti dikeluarga Tanaka.

"Datang kekamarku. Buktikan janjimu padaku malam ini." katanya singkat dan berlalu pergi.

Aku berdiri dengan keheranan. Kenapa aku harus ke kamarnya? Dia kan bisa kekamarku. Lagipula, aku tidak tau dimana kamarnya. Rumahnya itu sangat besar dan mewah. Ruangan dan kamarnya sangat banyak. Aku bahkan sudah dua kali tersesat saat ingin kedapur.

Aku mengedikkan bahuku acuh dan ikut berlalu dari ruangan itu. Aku memilih untuk pergi ke kamarku daripada kembali ke pesta. Lagipula, aku tidak mengenal seorangpun disana. Bahkan aku tidak melihat Tuan Takata sama sekali.

Ceklek!

Aku menutup pintu kamarku pelan. Berusaha membuka resleting gaun pengantin yang aku pakai. Setelah berhasil terbuka. Aku memilih untuk membersihkan tubuhku. Saat aku keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe. Aku melihat gaun tidur merah diatas kasur. Sepertinya pelayan yang menyiapkannya saat aku sedang mandi.

Setelah memakai gaun tidur tadi. Aku segera naik keatas kasur dan memilih untuk tidur. Aku bahkan lupa mengeringkan rambutku yang basah. Aku langsung tertidur begitu saja karena kecapekan.

Aku mengernyit saat sinar matahari menyengat mataku. Aku tersentak dan bangun dari posisiku saat menyadari malam sudah berganti pagi. Aku bergegas kekamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok gigiku. Setelah itu aku ke dapur untuk membantu pelayan membuat sarapan.

"Nona Yuki, Nona..." kepala pelayan kebingungan melihatku berada didapur bersama pelayan lain. Seperti baru lihat aku disini saja.

"Selamat pagi, bu kepala pelayan." sapaku sopan. Bu Keshi menunduk sebentar.

"Selamat pagi, Nona." balas Bu Keshi heran.

Aku tersenyum melihat ekspresi canggung kepala pelayan.

"Mulai sekarang aku juga akan bergabung bersama kalian dipagi hari untuk membuat sarapan." beritauku. "Jadi, mohon bantuan semuanya?" tanyaku membuat para pelayan dan kepala pelayan tersenyum serta mengangguk.

"Baik, Nona." jawab mereka serempak. Aku tersenyum senang mendengarnya.

"Baiklah, aku akan membantu memasak omeletnya." ucapku.

"Nona, omeletnya sudah jadi." sahut salah satu pelayan.

"Aku akan membantu membuat salad." ucapku lagi.

"Sudah jadi, Nona." sahut pelayan lagi.

Aku mengerang frustasi. Apa yang belum mereka buat? Sungguh tidak menyisakan satu pekerjaanpun untukku.

"Aku tidak membuat apapun. Ini namanya—"

"Ah, kopi untuk Tuan belum dibuat!" pekik salah satu pelayan dengan panik. Tiba-tiba aku mendapatkan peluang yang besar.

"Aku saja yang buat!" seruku senang dan segera bergegas mengambil cangkir dilemari kaca.

Aku memasukan serbuk kopi kedalam cangkir dan menuangkan sedikit air panas. Lalu menambahkan susu kedalam larutan kopi setelah itu mengaduknya menjadi tercampur. Aku menyuruh pelayan membawa kopi itu kemeja makan karena aku akan pergi mandi dulu sebelum sarapan.

.

.

.
TBC.



Yuki Tanaka (S1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang