Bab 15

377 26 0
                                    

Ugh!

Sakit sekali.

Aku memejamkan mataku ketika merasa kan sakit di kepala ku.

Huh?

Dimana ini?

Aku menatap sekeliling dan hanya ruangan berwarna putih yang kulihat.

Kenapa aku bisa ada disini?

Eh?

Kenapa suara tidak kedengaran?

Aaaaaaa!

K-kenapa teriakanku tidak menggema?

A-apa? Aku sudah mati?

Yuki!

Yuki Takata!

Ugh!

Tenggorokanku kering sekali.

Uhuk! Uhuk!

Bahkan suara batukku tidak terdengar oleh telingaku?!

Ada apa ini?

Kenapa aku bisa berada ditempat aneh ini?

"Ibu!"

Hm?

"Ibu!"

S-siapa itu?

Apa ada orang lain disini selain aku? Aku harus mencarinya!

"Ibu."

Eh? Suaranya terdengar dari belakangku?

Ketika aku menoleh, aku menemukan seorang anak laki-laki yang sedang menatapku dengan mata berkaca-kaca. Anak ini menangis!

"Ibu!"

Anak laki-laki itu tiba-tiba memeluk pinggangku dan membuatku terkejut.

!!!

"Ibu, tolong aku."

Dia memeluk pinggangku sangat erat membuatku tidak bisa melepaskan pelukannya.

Apa yang membuatnya menangis?

"Ibu, tolong aku."

Dia menangis sambil memelukku membuatku merasa simpati padanya.

Aku mengelus rambut cokelat gelapnya dengan lembut untuk menenangkan nya.

Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini tapi aku merasa sangat sedih ketika melihat anak laki-laki ini menangis di hadapanku.

Jangan menangis lagi, hm?

"Iya, bu."

Aku tersentak kaget ketika anak ini menjawab perkataanku. Apa dia bisa mendengar perkataanku?

Siapa namamu?

Anak ini mendongak dan menatapku dengan binar bingung di mata nya.

"Ibu, siapa namaku?"

Huh?

Aku kebingungan setelah mendengar pertanyaan anak ini.

Kenapa kau bertanya padaku?

"Karena kau Ibuku."

?!?

Apa maksudmu?

Anak ini tersenyum dengan riangnya saat menatapku. Dia memelukku pinggangku dan menempelkan wajahnya keperutku.

"Karena aku ada disini."

Aku semakin bingung dibuatnya.

Apa kau kehilangan Ibumu?

Aku bertanya sambil mengelus rambut cokelat gelapnya. Dia menggeleng setelah mengeratkan pelukannya.

"Ibu, tolong jaga aku."

Suaranya bergetar ketika mengucapkan kalimatnya membuatku menepuk kepalanya lembut.

Tenang ya, kau aman bersamaku.

Walaupun aku tidak mengerti kenapa aku bisa mengatakan janji yang belum tentu kupenuhi seperti janjiku pada Gaara—!!

Astaga Gaara!

"Ayah kenapa, Ibu?"

Aku menatap anak laki-laki ini heran. Apa maksudnya dengan sebutan Ayah untuk Gaara??

Aku harus mencari jalan pulang kerumah untuk menjelaskan sesuatu ketika Gaara kembali nanti.

Aku harus pergi.

"Ibu, kau sudah janji akan menjagaku."

Uh!

Aku mengusap rambut cokelat gelapnya dengan lembut. Aku tidak mau mengecewakan anak ini seperti aku mengecewakan Gaara waktu itu.

Aku akan menjagamu. Aku janji!

"Benarkah? Bagaimana, Ibu?"

Aku mundur selangkah membuat pelukan ank ini melerai. Aku segera menggenggam tangan kecilnya kedalam tanganku. Aku menatapnya lembut dengan memberikannya senyuman tulus ku.

Kau akan ikut bersamaku.

Anak laki-laki ini terdiam menatapku membuatku menatapnya bingung.

Kau tidak mau?

"Aku mau."

Suaranya bergetar ketika menjawab ku. Aku melihat binar bahagia dimanik hijau safirnya.

Aku tersenyum meresponnya lalu menggenggam erat tangannya.

Ayo kita pergi!

"Ayo!"

Ketika kami akan memulai langkah untuk berjalan. Tiba-tiba sesuatu membuatku terkejut.

Gelombang hitam menerjang kami membuatku dan anak laki-laki ini terserap kedalamnya.

Jangan lepaskan tanganku!

"Ibu, tolong aku!"

Tidak! Kumohon, jangan dia! Tidak!

Aku kehilangan anak laik-laki itu karena tangannya tidak bisa menggenggam tanganku lebih kuat dan itu membuatnya terlepas serta terserap kedalam gelombang tadi.

Hiks!

Kenapa?! Kenapa harus dia?!

Aku menangis ketika menatap tanganku yang tadi digenggam oleh anak laki-laki itu. Ditelapak tanganku ada sisa pasir hitam yang menempel.

Pasir hitam?

Apa gelombang hitam tadi itu adalah gelombang pasir hitam?

K-kenapa? K-kenapa harus anak itu?

Pandanganku menggelap secara perlahan-lahan dan aku merasa pusing.

.

.

.
TBC.

Yuki Tanaka (S1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang