Bab 5

395 32 0
                                    

"Tidak! Aku tidak mau!" tolakku keukeuh. Membuat pelayan itu menatap Ayah dengan gelengan.

Ayah mendatangiku dan menatapku tajam.

"Apa kau tidak mendengar perintahku?" tanya Tuan Takata.

"Tidak! Aku tidak akan melepas jubah ini, Ayah." jawabku membuat Tuan Takata mengeraskan rahangnya.

"Anak tak tau diri! Kau kubersarkan untuk melayani pelanggan tapi kau malah menolak?! Kau benar-benar harus diberi pelajaran." katanya.

Craaat!

Jubah itu di sobek paksa dan menjadi dua bagian. Aku menatap Tuan Takata dengan rasa terkejut sekaligus kaget. Tuan Takata malah tersenyum senang karena bisa merobek jubah itu dan memperlihatkan kepada pelanggan yang ada gaun sexy yang membungkus tubuhku.

Aku mendengar decakan kagum para pelanggan setelah menyaksikan dan melihat tubuhku. Aku merasa dilecehkan secara pandangan. Ini sangat sesak. Aku kecewa pada semesta. Kenapa harus memberikanku takdir Yuki Takata padaku. Takdir yang sangat miris.

"Mulai lelangnya, Anami." titah Tuan Takata pada pelayan dan kembali ketempat duduknya.

"Baik, Tuan." sahut pelayan.

Aku berdiri ditengah-tengah panggung dengan keadaan yang sangat kacau. Air mataku terus mengalir membasahi pipiku. Aku tidak akan memaksa semesta lagi.

"Baiklah, Tuan-tuan. Acara lelang malam ini akan kami lanjutkan. Di tutup dengan Nona—"

Ceklek!

"Berhenti!" aku mendengar suara seseorang yang datang diikuti dengan langkah kaki yang mendekatiku.

"Aku menepati perkataanku." aku mendongak setelah mendengar suara itu. Tuan Kazekage memakaikan jubah kagenya padaku untuk menutupi gaunku yang terbuka. Dia merangkulku melangkah kehadapan Tuan Takata yang juga berdiri karena terkejut dengan kedatangan seorang Kazekage ditempat ini.

"Tuan Kazekage." hormat Tuan Takata pada Tuan Kazekage. "Ada apa Tuan? Kenapa Tuan kesini?" tanya Tuan Takata formal.

"Aku kesini untuk menghentikanmu menjual istriku." katanya datar.

"Apa????" aku mendengar mereka semua yang ada disini terkejut tak terkecuali Tuan Takata.

"Tapi Tuan, sejak kapan Tuan mengenal anakku?" tanya Tuan Takata lagi membuatku meremas tanganku.

"Apa itu perlu kujawab, Takata?" tanya Tuan Kazekage membuat Ayah terdiam.

"Tidak, tidak." Tuan Takata terkekeh canggung.

"Aku akan menikahinya besok. Dan aku akan mengambil hak asuh walinya juga. Kau bersediakan?" tanya Tuan Kazekage menatap Tuan Takata tajam.

"Ya, tentu saja Tuan Kazekage. Aku sebagai Ayah Yuki Takata akan merestui kalian." jawab Tuan Takata yakin walaupun aku tau sekarang dia sedang takut.

Setelah kejadian itu aku dibawa pergi oleh Tuan Kazekage dan didampingi para penasehat Kazekage yaitu Kankuro menuju kediaman Tuan Kazekage.

"Tuan Kazekage akan menemuimu nanti. Sekarang kau bisa istirahat dikamar ini." kata Kankuro. Aku mengangguk.

"Terimakasih." kataku dibalas senyuman dan anggukan oleh Kankuro.

Aku berjalan menuju jendela untuk melihat keadaan malam hari desa Suna. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahku saat aku baru membuka kaca jendela. Wah. Adalah kata kagum yang aku lontarkan pertama kalinya.

Berbeda sekali dengan kota Tokyo saat malam hari. Di Tokyo malam hari selalu terang dan bercahaya seperti langin berbintang pindah kekota. Tapi di desa Sunagakure, kau hanya bisa melihat beberapa lampu jalan yang bersinar disepanjang jalan tanpa ada orang yang berkeliaran.

Apakah didesa ini tidak ada rumah di aamping kediaman sang Kazekage? Kenapa hanya dijalan menuju kantor Kazekage saja yang dipenuhi orang, rumah dan gedung. Kenapa disini tidak seramai disana?

"Jangan berdiri disana terlalu lama. Kau bisa masuk angin dengan hanya memakai gaun seperti itu." aku tersentak saat mendengar suara Tuan Kazekage dari arah belakangku.

Aku segera berbalik dan mendapatinya memakai jubahnya yang tadi ia pinjamkan padaku. Tuan Kazekage menatapku setelah memakai jubahnya.

"Ganti gaunmu. Aku datang untuk mengambil kembali jubahku. Aku pergi." katanya.

"Tunggu!" seruku cepat. Dia berbalik dan menatapku.

"Ada apa?" tanyanya.

"Eh, itu... Apa kau akan menikahiku?" tanyaku mengingatkan. Dia mendekatiku dan menatapku dalam.

"Apa aku seperti tidak akan menikahimu?" tanyanya balik membuatku menukikkan alisku.

"Iya." aku menjawab disertai anggukan yakin sekali.

"Apa kau ingin jaminan lagi seperti tadi?" tanyanya lagi membuatku menatapnya.

"Iya." aku kembali menjawab disertai anggukan.

"Baiklah, kau yang memaksaku melakukan ini." katanya kemudian menunduk dan aku merasakan benda lembut serta hangat menyapu permukaan bibirku.

Tu-tunggu! Bukannya sekarang dia sedang menciumku!? Tidak bisa!

"Tung-uhm!" aku berusaha mendorong dadanya menjauh. "Berhenti!" aku berhasil mendorongnya.

Ada benang saliva yang terjalin diantara kita. Dan itu membuatku sedikit mual. Iyuh. Menjijikan!

Aku mengelap bibirku dengan punggung tangan. "Apa yang Tuan lakukan?!" tanyaku dengan suara terpekik.

"Memberimu jaminan dengan menanam benihku disana." jawabnya enteng dan menunjuk perutku.

Aku tersentak saat menyadari maksud dari perkataannya barusan. "Tidak sekarang. Aku mau melakukannya setelah kau menikahiku." kataku membuatnya menatapku datar.

"Kau yang memaksaku tadi." sahutnya.

"Aku tidak!" elakku cepat dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi. Aku benar-benar tidak mau menemuinya.

"Besok pagi kita menikah. Aku juga akan mengambil ahli hak asuhmu." katanya sebelum pintu kamar ditutup. Aku hanya bisa menghela napas lega. Akhirnya aku bebas dari tekanan dan penganiayan Tuan Takata.

.

.

.
TBC.


Yuki Tanaka (S1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang