~ Part 28 - Mourant ~

3.3K 417 154
                                    

Je crois qu'il est trop tard

Pour t'avouer que j'ai mal

À mon cœur mourant

Et mes souvenirs tachés de blanc

Aku rasa sudah terlambat

Untuk mengaku padamu aku tersakiti

Oleh hatiku yang sekarat

Dan ingatanku menjadi kosong

---

Wisnu menatap Tiara sejenak dengan pandangan serius, membuat wajah gadis itu menjadi memerah malu.

"Kenapa sih, mas? Kok begitu banget natapnya?"

"Ardan resmi menduda sekarang. Apa kamu masih mau balikan?"

Tiara dengan gemas mencubit tangan Wisnu. "Masih bahas itu?"

Mendung semakin tebal dan setelah pemakaman berlangsung, setiap pelayat mulai meninggalkan area pemakaman. Beberapa mobil hitam beriringan keluar dari area pemakaman elite tersebut dan meninggalkan seorang lelaki tegak berdiri di sebuah gundukan makam baru. Tidak ada aroma mawar ataupun melati khas pemakaman, hanya sekotak rumpun Daisy yang begitu segar telah tertanam dengan indah. Errland memberikan bunga segar terbaik dan Ardan yakin dalam tiga hari makam itu akan terlihat indah.

Lion menatap sahabat baiknya dan menyerahkan secarik kertas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lion menatap sahabat baiknya dan menyerahkan secarik kertas.

"Kau akan mengirimkannya?"

Ardan mengangguk mencermati surat keterangan kematian istrinya dan menghembuskan napas perlahan. "Aku akan mengirimkannya kepada Andreas seperti permintaan Isabelle."

Ditatapnya rumpun bunga Daisy yang bergoyang karena angin sore, gerimis kecil mulai turun, tetapi lelaki itu tetap tersenyum dan meraih gitarnya.

"Kau mau mendengarkan simponi penutup abad, dok?"

Lion tersenyum kecil.

"Ayahku pernah menembakkan peluru ke tubuh Claire dan sekarang setelah aku mengeluarkan peluru dari tubuh Isabelle, aku juga yang mengeluarkan surat kematiannya," gumam Lion sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Isabelle memang harus mati..." Ardan tersenyum. "Ini adalah yang terbaik untuknya. Ah, apakah kau bisa merekomendasikan tempat yang indah untuk berbulan madu? Lihat...kau sudah dewasa sekarang, Lion. Bukan lagi pemuda ingusan yang harus dijaga kedua macan Bhutan, istrimu pasti sangat hebat di ranjang, eh?"

Lion menggeleng-gelengkan kepala lalu menunjuk gundukan tanah di hadapannya.

"Ini kuburan Isabelle loh, tanahnya belum kering! Kau sudah merencanakan bulan madu? Kau bahkan belum menikah lagi..."

Ardan meraih gitar putih di sisinya dan dengan lembut menyanyikan lagu perpisahan untuk Isabelle. Biarlah, hari ini berlalu dengan kesedihan yang terlepas lega. Ada saat dimana dirinya memang harus benar-benar berhenti memanggil nama cantik itu dengan bibirnya. Lion menatap Ardan dan berdecak sinis.

US - Beautiful LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang