~ Part 6 - Eternite ~

2.7K 334 51
                                    

L'amour est l'emblème de l'éternité

Il confond toute la notion de temps

Efface toute la mémoire d'un commencement

Toute la crainte d'une extrémité

Cinta adalah lambang keabadian

yang mengacaukan semua pengertian waktu

menghapus semua awal kenangan

memberi rasa takut akan akhir

---

"Mereka seperti pasangan kebanyakan..." Nayla menatap dari balkon, di bawah sana terlihat Ardan tengah menyalakan kembang api dan Isabelle bertepuk tangan menanggapi, seminggu menjelang puasa memang di pinggir-pinggir jalan mulai ramai para pedagang berjualan kembang api tradisional.

"Hei, dari aku kecil hingga sekarang, masih ada juga bentuk kembang api seperti itu, bagaimana kalau kita bergabung dengan mereka?" tanya Aryan. Tetapi sebelum Nayla menanggapi, terdengar seruan Medinna mengundang keduanya untuk memasuki ruang makan karena makan malam telah siap.

"Maaf karena merepotkanmu beberapa hari ini," Nayla menepuk lengan Medinna.

"Jangan sungkan, walau kita batal berbesanan tetapi jika kita melihat dari sudut pandang yang lain, yang terpenting adalah kebahagiaan anak-anak. Ah ya, bagaimana perkembangan Ardan, apakah setelah bertemu Tiara dia mulai mengingat sesuatu?"

Nayla menggeleng.

"Tapi sepertinya Ardan telah sehat, apa yang kau cemaskan?" tanya Dinna. Nayla tak mungkin mengatakan jika putranya tengah berada dalam bahaya.

"Tidak apa-apa, yang penting bagiku, tidak ada penyesalan bagi Ardan nanti saat meninggalkan kota ini, karena itu berarti dia juga telah melepaskan Mutiara untuk dipercayakan kepada Wisnu."

"Melihat cara Ardan menatap istrinya, dia sepertinya benar-benar jatuh cinta, sebaiknya kau tidak usah khawatir. Anak-anak hanya membutuhkan doa dari orangtuanya dan kita pasti memanjatkan harapan terbaik untuk mereka, sudah, jangan terlalu dipikirkan, sebaiknya kau makan, kulihat tubuhmu semakin kurus saja, kau harus memulihkan diri setelah kabar menghilangnya Ardan. Sekarang dia di sini, di hadapanmu dan dalam keadaan yang baik."

Nayla tersenyum skeptis, memang benar, Ardan berada di sini, tetapi di dalam tubuh yang bugar itu, rasanya bukan jiwa Ardan yang bersemayam di dalamnya, terlebih kondisi saat ini, ibarat tubuh Ardan dipasangi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Isabelle dan Ardan hidup dalam satu kamar sekarang, bagaimana jika gadis itu membunuh putranya? Membekap Ardan saat tertidur pulas misalnya, atau yang lebih mengerikan...

"Nayla, kau melamun lagi..." Medinna mengguncang lengan Nayla.

"Eh?"

"Ayo kita menuju ruang makan...Bram sudah menunggu."

"Baiklah..."

Masih terdengar gelak tawa Isabelle dan gema kata Ardan yang berkumandang di halaman.

"Lihat Isabelle, kalau yang ini petasan kodok, ini bisa melompat-lompat, tidak ada yang seperti ini di Paris!"

Wisnu yang memandangi kedua sejoli itu dari teras depan berdecak heran.

"Ya ampun, kemana kegarangan Kartike yang legendaris itu? Dulu mendengar tone panggilannya saja membuat anak-anak US merinding, sekarang dia seperti bocah berusia limabelas tahun yang kegirangan bermain kembang api!"

Didengarnya langkah kaki mendekat dan sepertinya Tiara baru keluar dari kamarnya.

"Ada apa Mas? Kok ramai sekali..."

US - Beautiful LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang