She's Cute

1.1K 100 2
                                    

Rurin masih sibuk merapikan riasan wajahnya, mulai dari blush on, liptick hingga mascara tatkala Naora baru saja tiba di sebuah kafe. Ia melirik sekilas kemudian berdecak.

"Rin, lo mau cosplay jadi badut atau gimana?"

"Lo rese banget sih, Ra. Kasih selamat kek, semangatin gue kek."

"Lo yang mau kencan ngapain gue yang repot."

Kesha tergelak melihat keributan yang ditimbulkan dari dua karibnya. Siang ini mereka sedang berkumpul di sebuah kafe karena suatu alasan yang sebenarnya tidak penting-penting amat, menurut Naora. Namun Rurin dengan tidak berperike-Naora-an tega menyeretnya ke sini.

"Jadi sejak kapan lo dekat sama Ketua BEM kita?"

Rurin tampak tersipu dan menatap Kesha yang mulai memberi tatapan menyelidik. Naora tidak tampak tertarik namun ia juga diam untuk mendengar jawabannya.

"Udah lama sih."

"Kok lo nggak pernah cerita apa-apa?"

"Karena gue juga nggak nyangka kalo dia mau ngajak gue kencan. KYAA GUE EXCITED BANGET RA, SHA!!!"

"Terus maksud lo ngumpulin kita apaan Rin?"

Itu Naora yang sudah memberi Rurin tatapan super jutek sementara Rurin memilih untuk meminum milkshakenya sembari mengerling manja.

"Karena gue butuh support system dari kalian dan sekalian mau pamer."

Naora dan Kesha kompak geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir dengan perilaku temannya sendiri. Sejurus dengan itu, ponsel Rurin berdenting. Ia tampak girang dan buru-buru merapikan dirinya lagi dan tersenyum puas saat bercermin.

"Gue kencan dulu ya, kawan-kawanku. Lain kali gue ceritain lagi."

"Pergi sana! Hush hush."

"Good luck, Rin."

"Fuck you, Ra. Love you, emang cuman lo sahabat terbaik gue, Sha."

Rurin melenggang pergi, meninggalkan dua karibnya. Begitu yang Rurin tahu. Tapi yang Rurin tidak tahu, ia baru saja meninggalkan sepasang kekasih yang tengah bergemul dengan kecanggungan masing-masing.

"Ra—,"

"Sha—,"

Panggil keduanya secara bersamaan. Alhasil meereka bersitatap namun tidak juga berbicara hingga salah satunya menghembuskan nafas berat dan mengalah.

"Gue mau minta maaf soal waktu itu."

Kesha tahu betul kemana arah pembicaraan mereka. Yang Naora maksud pastinya obrolan pukul tiga dini hari waktu itu.

"Gue nggak bermaksud ngomong begitu. Gue abis mimpi buruk makanya omongan gue ngelantur. Maafin gue, Sha."

Oh, jadi itu nggak beneran ya. "Iya, nggak apa, Ra."

Seulas senyum yang dipaksakan terulas dari bibir pucat Kesha yang kurang kebih bisa ditangkap oleh Naora. Namun ia tidak ingin menduga-duga sehingga ucapan setelahnya bukanlah reaksi spontan semata, Naora sudah menimbang-nimbangnya.

"Tapi kalau lo nggak keberatan, gue juga oke aja sih."

Kesha menatap Naora intens, tidak berniat menginterupsi. Karena berpikir indera pendengarnya mulai bermasalah. Raut wajahnya seolah berkata, maksudnya apa, yang lagi-lagi bisa ditangkap maknanya oleh Naora. Namun sayangnya, Naora sudah terlanjur malu dengan ucapannya barusan yang jelas sekali kedengaran malu-malu tapi mau.

"Hm, lagian kos lo kan lebih luas jadi gue pikir kalau lebih baik gue pindah ke sana."

Kesha mengangguk.

"E-elo jangan salah paham Sha! GUE NGGAK ADA MAKSUD APA-APA YA."

Pfft.

Kesha terbahak mendapati respon tidak biasa dari Naora sementara Naora tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Wajahnya sudah kelewat panas, semu di pipinya tidak juga hilang dan debaran jatungnya tidak kalah riuh dengan suasana di kafe saat ini. Astaga lucu banget.

"Elo kali yang ngarep," sahut Kesha tanpa merasa berdosa.

HAH?!!

Kesha mengusak puncak kepala Naora sebagai langkah antisipasi kemarahan gadis itu. Senyum secerah mentari pagi terbit di wajah Kesha dan dengan tidak sopannya hanya ditujukan untuk gadis di depannya. Naora ingin sekali mengutuk Kesha sejujurnya namun urung karena rasanya ia tidak akan sudi merusak momen ini.

"Lo emang lucu pas jutek tapi lebih lucu lagi pas malu-malu kayak tadi,"

Naora mendongak demi menemukan wajah lawan bicaranya yang sedikit lebih tinggi darinya. Kalimatnya tertahan namun senyumnya masih terukir di bibir itu.

"Jadi, jangan pernah nunjukkin ekspresi barusan ke orang lain ya, Ra."

Semesta seolah hanya milik mereka berdua. Tiap gerakan yang Kesha lakukan seolah menghipnotis Naora yang biasanya kaku dan tidak peduli pada orang lain. Tapi untuk momen ini, seolah Kesha adalah dunianya. Tatapan mata yang intens menariknya dengan kekuatan magis. Sebuah kecupan kecil jatuh di dahi Naora. Menyisakan debaran jantung yang super cepat dan pipi yang bersemu pada Naora. Sementara bagi yang lain hanya menyisakan bahagia yang tak terbendung.

"Gue sayang lo, Ra," bisiknya.

.

.

Fin.

KeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang