Part 1

606 318 208
                                    

"Makasih sayang, aku masuk dulu ya..." ucap Selena pada pacarnya yang duduk disampingnya, Selena membuka pintu mobilnya dan hendak turun, namun tangannya dicekal oleh sang pacar yang bernama Daffa.

"Mimpi indah sayang." Daffa mencium kening Selena, membuat pipi Selena merah merona.

"Mimpi indah aku itu cuma kamu." Selena tersenyum kearah Daffa setelahnya ia membuka pintu mobil dan turun kemudian memasuki rumahnya dengan langkah yang tak seimbang dan tubuh yang bau dengan alkohol karena ia habis minum minum diclub. Pandangan matanya buram namun ia tetap berusaha sampai pada pintu rumahnya.

Selena melihat mamanya, Laura, menangis sejadi jadinya disamping seseorang yang tergeletak dibawah lantai, bukan hanya mamanya, namun abangnya juga menangis melihat mayat bersimbah darah didepannya. Selena sudah tidak kuat lagi, dan akhirnya ia jatuh pingsan.

***

Matahari menembus kaca jendela kamar Selena, membuat sang pemilik kamar terbangun, Selena meregangkan otot ototnya dan berusaha mengumpulkan nyawa sepenuhnya. Selena mencoba mengingat ingat kejadian semalam,

"Semalem gue clubbing terus pulang, nyokap nangis nangis terus bang Naufan juga. Habis itu gue...."

Lamunan Selena buyar setelah seseorang memasuki kamarnya "Udah bangun lo." ucap Naufan membuka gorden jendela Selena, "Turun kebawah sana." ucap Naufan lagi.

"Ada apa sih bang, minggu gini mending gue tidur."

"Bokap meninggal, lo nggak mau liat beliau untuk terakhir kalinya."

Selena membelalakkan matanya, namun ia hanya menganggap ucapan Naufan hanya gurauan belaka karena Naufan memang orang yang seperti itu, selalu membohongi Selena lalu menertawakannya "Halah, pasti bang Naufan bohong kan sama Selena, Gue mah udah hafal sama kebiasaan lo."

"Mata lo nggak liat kemarin nyokap nangis kejer gitu, makanya jangan clubbing mulu."

Selena mengingatnya, Laura yang menangis sejadi jadinya, Selena beranjak dari tempat tidurnya dan berlari keluar kamar. Ditempatnya sekarang Selena bisa melihat Laura yang menangis tersedu sedu dengan jenazah seseorang disampingnya, kini rumahnya tengah ramai oleh tetangga yang sedang mengaji yang Selena yakin ditujukan untuk jenazah disamping mamanya.

Selena menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia menuruni tangga dengan tergesa gesa, tak peduli jika ia akan jatuh. Selena membuka kain penutup wajah jenazah itu, seketika Selena langsung nangis kejer, "Papaa... papa bangun.... Selena janji nggak akan clubbing lagi pa, Selena janji akan jadi Selena yang dulu, Selena nggak akan pernah buat papa marah lagi. Papa bangunn, Selena tau ini cuma pura pura kan pa..." Selena menguncang guncangkan tubuh papanya yang bernama Davin.

"Udah sel, kamu nggak boleh kayak gini, biarin papa tenang disana." ucap Laura memeluk tubuh Selena mengusap punggungnya, memberi ketenangan untuk putrinya walau sekarang ia juga merasakan kesedihan.

"Enggak ma, enggak, ini semua pasti prank kan. Bang Naufannnn udah dong, suruh papa bangun Selena ngaku kalah sekarang, Lo udah berhasil ngerjain gue, suruh papa bangun sekarang." Selena beralih ke Naufan, memukul dada Naufan dengan keras, membuat dada Naufan sedikit nyeri namun ia mengerti perasaan adiknya saat ini. Naufan tak memarahi adiknya tapi ia memeluk tubuh Selena dengan erat. Tanpa sadar Naufan menitikkan air matanya.

"Kasian ya anaknya sampe kayak gitu."

"Ya mau gimana lagi bu, ini kan sudah takdir."

"Ternyata Selena bisa nangis kejer gitu ya."

"Pasti papanya stress tuh makanya bisa kecelakaan, secara anaknya kan suka clubbing."

"Bener tuh, Selena kan anak nggak bener, hobinya clubbing terus."

"Tapi saya kok nggak pernah liat Naufan pulang dari club ya bu."

"Ya beda anak beda sifat dong bu."

"Yang cewe anak nggak bener tapi yang cowo baik baik."

"Harusnya Naufan bisa dong bimbing adiknya, ini kok malah dibiarin."

Begitulah suara bisik bisik dari tetangganya. Telinga Naufan panas mendengar setiap celaan yang ditujukan untuk adiknya namun ia tak mempedulikan itu semua karena tak ingin membuat keributan disaat keadaan sedang berduka.

Naufan segera mengusap air matanya, ia tak ingin terlihat lemah didepan Selena, ia harus menguatkan Selena sebisa mungkin. "Udah dek, kita harus sabar, kita harus jalani takdir ini dengan kuat. Selena nggak boleh cengeng kayak gini." Naufan melepaskan pelukannya pada Selena dan mengusap air mata yang mengalir dipipinya.

Proses pemakaman almarhum Davin telah dilaksanakan, tetangga yang tadi ada dirumahnya telah pulang, sekarang hanya ada Laura, Naufan, dan Selena yang sedang duduk bersama diruang keluarga.

"Dek udah dong jangan nangis terus, udah jelek tambah jelek lagi." ucap Naufan memegang bahu Selena.

"Emang kenapa kalo gue nangis? Masalah buat lo?" ucap Selena ketus, padahal niat abangnya untuk menghentikan tangisannya.

"Selena, abang kamu bener nggak baik kita berlarut larut dalam kesedihan." Laura memegang tangan Selena mengusap punggung tangannya dengan pelan, "Papa kamu udah meninggal kamu harus berubah jadi lebih baik Sel."

Selena mengangguk mengiyakan perkataan Laura "Kamu nggak boleh keluar malam cuma buat clubbing nggak jelas sama pacar dan teman teman kamu itu." sambung Laura lagi.

"Naufan, kamu udah kelas 12 tetep rajin belajar ya. Nggak usah ikut balapan liar yang nggak jelas itu lagi." ujar Laura yang kini memberikan nasehatnya pada putranya, Naufan.

"Iya ma, mama juga nggak boleh sedih terus." ucap Naufan.

"Adik kamu belum makan tuh, ajak keluar gih buat beli makanan." Laura memberikan uang tiga lembar seratus ribuan pada Naufan.

"Mama ikut aja, mama juga belum makan." ucap Naufan.

"Nanti kamu bungkusin makanan aja buat mama." ucap Laura.

"Kalo gitu Selena disini aja nemenin mama, abang sendiri aja. Kita makan sama sama dirumah." ucap Selena.

Naufan mengangguk menyetujui perkataan Selena, pasti Laura sangat rapuh saat ini hanya saja beliau berusaha menutupinya agar anak anaknya tidak semakin terpuruk.

***

Bersambung....

Makasih yang udah mau baca❤
Jangan lupa untuk selalu vote dan comment 🤗

Bye 👋

SELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang