mie instan pembawa berkah

44 9 12
                                    

Tanpa kau tau namamu tidak pernah absen disetiap bait doa yang kupanjatkan kepada sang pencipta

Aku menatap bosan buku yang berisi soal-soal uji coba UN. Ku putar-putar pulpenku tanpa berniat mengerjakan satu soal pun berbeda dengan Raja yang amat sangat serius mengerjakannya.

"Ja," panggilku.

"Hm?" dehamnya sambil terus mengerakan soal.

"Udahan yuk, capek nih. Udah lama juga," bujukku dengan kedua tangan yang ku jadikan bantalan untuk kepalaku.

"Aku udah dua hari ketinggalan pelajaran. Aku mau ngejar pelajaran yang tertinggal, catatan Biologimu mana?"

Aku berdecak sebal lalu memberikan buku ke Raja. Apa dia enggak bosan belajar terus? Aku mah bosan. Aku kembali menatap buku.

"Ja ... jajan yuk?"

Raja menggeleng.

"Aku traktir deh," bujukku kembali.

Raja menggeleng.

"Sama bakso yang di depan," aku kembali membujuk Raja.

Raja tetap menggeleng. Keras kepala.

"Kita udah kelas dua belas harus lebih belajar, nggak ada kata males kaya kamu," cibir Raja.

"Aku enggak males cuman bosan. Kenapa aku harus belajar kalo nantinya jadi ibu rumah tangga juga," dumelku.

"Aku juga mau tanya, kenapa kita harus makan kalo ujungnya laper juga?"

"Kalo enggak makan mati."

"Sama kaya belajar kalo enggak belajar entar bodoh kaya kamu," cetus Raja lalu fokus kembali ke bukunya.

Aku mendecih. Rasanya ingin aku taburkan gula di seluruh mulut Raja supaya kalo ngomong agak manis enggak pedas dan nyelekit kaya gitu.

"Yaudah, aku belajar, puas?"

"Belajar untuk masa depanmu, Ra. Banyak kok wanita yang sekarang menjadi sukses dan dia adalah seorang ibu rumah tangga, itu karena ia mau belajar," ada jeda, "lagian bukan kamu untuk punya tekad mau berubah enggak malas lagi? Kok malah males dan oon kaya gini lagi?"

Aku tersenyum lalu berbicara, "aku udah enggak minat lagi dengan tekad itu."

Raja menggeleng. "Kamu tau berlian bukan?"

Aku mengangguk.

"Berlian akan tetap menjadi berlian dimana pun dia berada. Kamu tahu berlian itu mahal kan?" Aku mengangguk.

"Bahkan berlian yang sangat berharga harus melewati proses yang panjang baru bisa menjadi berlian yang kita kenal saat ini. Ku jelaskan ya, berlian itu terbentuk dari karbon yang berasal dari gunung berapi. Ingat, letak karbon ada di bagain dalam bumi. Karena tekanan dan panas yang di sekitarnya, akan membuat karbon yang lainnya saling mendekat lalu mengikat satu sama lain. Nah, karena adanya letusan vulkanik ngebuat si karbon ini mencair lalu naik ke permukaan bumi dan jadilah berlian.
Kalo kamu mau seperti berlian, kamu harus lewati proses itu," cecarnya panjang lebar.

Aku terdiam. "Intinya?"

"Belajar."

"Ngomong gitu aja musti muter-muter," sindirku.

"Sekalian ngajarin kamu."

"Kan, enggak akan keluar di-UN cara terbentuknya berlian," elakku.

"Setidaknya kamu tahu, biar enggak oon banget."

***

Pernahkah kalian terbangun tengah malam? Apa penyababnya? Apa karena lapar? Mimpiin mantan? Atau kepikiran hutang yang kalian belum bayar?

Double R {Terbit✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang