Sebuah topi

33 7 4
                                    

Aku benci saat bukan aku pria yang menolongmu. Aku benci saat bukan aku pria yang membuatmu tersenyum. Dan aku benci saat bukan aku pria yang bisa memiliki hatimu.

~Raja~

☆☆☆

Aku tak pernah tau sampai kapan hubunganku dengan Raja seperti ini. Setelah kemarin aku bertanya seperti itu, Raja langsung pergi tanpa memberikanku jawaban yang pasti. Ucapan Gabriel tempo hari, salah ternyata, menurunkan sedikit ego kita, enggak bisa menyelesaikan semua masalah.

"Kenapa, Ra?" Aku menggeleng.

"Yakin?" tanya Gabriel sambil menoleh ke belakang.

Lama Gabriel menatapku sebelum akhirnya ia menacapkan gas setelah rambu jalan sudah berubah menjadi warna hijau. Kutatap bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Aku tersenyum ketika melihat penjual kelapa, aku jadi teringat ucapan Raja tempo hari.

"Ra, entar setelah aku lulus, aku pengin masuk universitas MIT," ujarnya lalu menyeruput es kelapa.

"MIT?"

Raja mengangguk, " Massachusetts Institute of Technology, universitasnya paling bagus buat jurusan arsitektur, Ra."

"Itu di luar negeri?" Raja mengangguk seraya mengunyah daging kelapa.

"Amerika Serikat," tutur Raja.

"Jauh banget, kenapa enggak kuliah di Indonesia? Kan, banyak universitas yang bagus untuk jurusan arsitektur di Indonesia." Kutatap Raja yang masih asyik dengan minumannya.

"Kenapa?" tanya Raja sambil senyum enggak jelas.

Aku mengerutkan dahi, "kamu gila, ya?"

"Kenapa?"

"Kenapa apa?"

"Kenapa larang aku untuk kuliah di luar negeri?"

"Ya---"

"Takut ditinggal sama aku, ya?" Raja menarik turunkan alisnya.

"Nggak usah GR, siapa juga yang takut ditinggal kamu. Nih, ya, mau kamu kuliah di lubang semut atau di antah berantah sekali pun, aku mah bodo amat." Aku mengerutkan alis saat Raja masih saja tersenyum sambil menatapku.

"Yakin?" Aku mengangguk mantap.

"Awas kamu kalo nangis, jujur aja susah," cibirnya.

"Cih, kalo aku kangen kan---"

"Tuh, kan kamu udah kangen aja sama aku, padahal aku belum berangkat ke sono, loh." Raja semakin terlihat senang. Aku mendesis sebal.

"Percaya diri kamu terlalu tinggi."

"Jangan salah, orang percaya diri adalah orang yang akan sukses karena kunci kesuksesan salah satunya, percaya sama diri kita sendiri ," ucapnya, "nanti kalo aku udah sukses jadi arsitek terkenal, aku buatin tempat buat kamu konser, deh."

"Serius?"

"Iya, tapi penontonnya anak balita semua," ledeknya lalu tertawa lepas.

"Raja!" seruku sebal.

☆☆☆

Semua teman sekelasku sudah berhamburan untuk turun ke lapangan karena hari ini akan diadakan upacara tapi, berbeda dengan Shifa, dia masih sibuk mengobrak-abrik isi tasnya lalu beralih ke laci mejanya saat tak juga berhasil mendapatkan barang yang dicarinya.

Double R {Terbit✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang