8

15.3K 1.8K 150
                                    

jangan membenci seseorang terlalu dalam jika tidak ingin terkena karma

the rival - nomin

———————————————————

jeno membanting tubuhnya keranjang, ia sangat lelah karena ia baru saja selesai ekskul basket, badannya yang penuh keringat ia biarkan begitu saja biarkan ac kamarnya yang menghilangkan keringatnya.

hari ini hari jumat otomatis besok sabtu, sekolah nya libur, ia ingin tidur seharian dan malas malasan di kamar, itu adalah kegiatan favorit nya jika weekend.

baru saja ingin menuju ke alam mimpi sebuah suara membuat nyawa jeno kembali, ia pun membuka mata dan melihat pemilik suara.

"lee jeno!" ucap seseorang.

di ambang pintu sana ia bisa melihat sang ibu yang sedang berkacak pinggang dengan menatapnya dengan death glare andalan ibunya dan itu sangat menyeramkan menurut jeno.

dengan segera ia bangun dari tidurnya dan sedikit merapikan ranjang nya lalu berdiri sopan di harapan ibunya dengan senyum yang kikuk.

"ada apa, ma?" tanya jeno lembut.

"cepat mandi, dan turun kebawah untuk makan malam" ucap tegas ibunya, jeno hanya menggangguk paham, sedetik kemudian sang ibu pun pergi dari hadapannya jeno pun bernapas lega.

ia kembali duduk di ranjangnya.

"cEPAT!! JANGAN DUDUK LAGI!!" teriak sang ibu yang seakan tau jika jeno tidak langsung mandi, dengan ketakutan jeno pun mengambil handuknya lalu pergi ke kamar mandi, " i-iya ma ini mau masuk"

setelah selesai mandi jeno pun turun kebawah dengan handuk yang masih bertengger di lehernya, rambutnya masih basah namun dibiarkan oleh jeno.

jeno duduk di meja makan, ia memandang sang ibu yang mondar mandir menyiapkan makan sendirian, jeno tidak bisa membantu karena jika ia membawa itu semua bisa bisa jadi kacau.

dan satu hal yang ada di jeno ia benci dengan pecahan kaca, ya seperti trauma lah, entah kenapa jeno trauma dengan pecahan kaca, mungkin karena masa lalunya yang tidak ingin dia ingat.

prang!

oke, sepertinya trauma jeno akan kumat sekarang, karena sang ibu tidak sengaja memecahkan piring yang ingin ia taruh di meja.

"jangan lihat jeno!!" ucap sang ibu sambil cepat cepat membersihkan pecahan kaca itu, tangannya bahkan sampai mengeluarkan darah.

"aAAKKHH!!!" teriak jeno.

badan jeno bergetar, ia menjambak rambutnya sendiri, jeno pun terduduk di lantai bukan hanya menjambak rambutnya saja ia juga mencakar lengannya.

"ya ampun, taeyong! jeno!" ucap seseorang yang baru saja memasuki dapur, dan sudah melihat kekacauan.

dengan segera orang itu memeluk jeno erat menggelamkan kepala jeno didadanya, jeno memberontak, dengan sekuat tenaga orang itu memeluk jeno tapi tidak meredahkan traumanya.

tidak lupa orang itu membisikkan kalimat kalimat penenang, itu yang biasa di lakukannya jika trauma anaknya kumat, dia ayah jeno.

"sstt..jeno, sudah ini papa, hei, kamu bisa menyakiti dirimu sendiri jen, sayang sudah" saat gerakan jeno berhenti ayahnya pun mengelus pelan kepala jeno, tapi badan jeno masih bergetar, tubuh nya berkeringat.

"p-papa? hiks" racau jeno lalu memeluk sang ayah.

sang ibu yang sudah selesai membersihkan kekacauan pun menghampiri suami dan anak nya yang sedang berpelukan, ia merasa bersalah karena membuat trauma sang anak kumat lagi.

The Rival [ Nomin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang