○○○
"Ikut yaaa??"
"Pweasee, mau yak?"
(Name) sedang belajar untuk ujian kenaikan kelas, tapi, kakaknya yang kurang ajar malah mengganggu. Deretan pintaan mengalir dari mulut Atsumu serta Osamu, menginginkan adiknya untuk menonton pertandingan berkancah nasional mereka.
Akhir pekan sudah menghampiri dan esok, adalah hari yang begitu ditunggu-tunggu Miya kembar.
Hari dimana kerja keras mereka akan diuji.
Dan ketika momen kemenangan itu terjadi, si kembar ingin anggota keluarganya ada di sisi mereka. Yang turut mendukung seraya berkata, 'Selamat atas kemenangan kalian!'
Sebab kini, tak ada lagi sosok orang tua yang akan mengucapkannya.
Jika saja kekalahan yang menyambangi, Atsumu juga Osamu butuh pundak seseorang untuk bersandar, untuk berteduh dari hujan air mata.
Saat sedang berlarut kesedihan, Miya kembar ingin adiknya berkata tidak apa-apa, menghibur mereka dengan kata penyemangat ditambah pelukan hangat.
Sedikit saja, Miya kembar juga ingin dimanja meski bukan oleh orang tua.
Kepulan asap imajiner menandakan amarah yang sampai di ubun-ubun. (Name) menyerah, menghela napas lalu berkata. "Iya, kalau sampai final nanti aku bakal nonton."
Dengan begitu, (name) diterjang pelukan dari Atsumu dan Osamu yang tertawa bahagia.
●●●
Di rumah sepi sekali, keuntungannya ia jadi bisa lebih fokus belajar. Tentu saja rasa kesepian menggandrunginya setiap waktu.
(Name) rasa nilai ujiannya akan cukup baik kali ini, toh, dia sudah belajar dengan rajin.
Kepercayaan dirinya kian meningkat seiring berjalannya waktu. Dukungan nyeleneh Atsumu dan Osamu selalu membuatnya terpingkal dan berpikir positif disaat bersamaan.
(name) sedikit menikmati kebebasannya dari belenggu orang tua. Keputusan Osamu untuk tinggal bertiga bukanlah hal yang dianggapnya buruk saat ini.
(Name) memperhatikan pertandingan live Karasuno versus Inarizaki di televisi, adrenalinnya ikut terpacu.
Ia sempat terkejut, lelaki tersesat yang ditemuinya beberapa waktu lalu adalah setter dari tim Karasuno. (Name) mendapatinya di layar televisi barusan.
Tersipu, rasa malu menyapu wajahnya. Tak disangka, tinggi badan Kageyama yang diatas rata-rata ternyata salah satu penanda bahwa dia pemain voli.
Kebanyakan melamun, (name) tersadarkan oleh suara peluit yang menggelegar. Pertandingan kakaknya telah usai.
'Ah Nii-san tachi kalah, tapi si Kageyama menang..'
Perasaan tak enak hati meliputinya, merasa bersalah saat ingin mendukung salah satu pihak.
○○○
(Name) mengucek matanya, begitu mendengar suara dobrakan pintu yang terdengar begitu dekat. Benar dugaannya, pintu kamarnya telah terbuka, menampilkan dua sosok lelaki berparas serupa.
Gadis itu menguap, kedua orang tadi sudah menumpuk tangan diatas kasurnya sebagai tumpuan kepala.
"Okaeri Tsumu-nii, Samu-nii." (Name) turun ke lantai, duduk berdampingan dengan kasur sebagai sandaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳Miya.tw
FanfictionMiya Twins × Lilsister!reader × Ka. To || lil-teenromance || some angst || little fluff || slice of life || family Haikyuu©️Haruichi Furudate-sensei Cerita ini punyaku OwO