1.5-Kode

1.4K 252 55
                                    

○○○

"Disini nyaman." Ungkap (name) berbinar. Ia melihat kotak makannya yang terisi bermacam-macam makanan, sedang gadis gempal itu hanya membawa sayuran.

Hening yang sangat lama merajai.

"(Name), kenapa mau menolongku? Sangat mungkin bagi mereka untuk menjadikanmu korban bully selanjutnya." Tanya Fumi, mengambil sepotong tomat dan langsung menghabiskannya.

"Karena aku tau. Bagaimana hidup dibawah diskriminasi, tekanan sosial membuat kita seolah harus menuruti standar lingkungan,"

"Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.." Lanjut (Name).

"Orang kurus seperti kalian, bagaimana tau rasanya menjadi babi sepertiku." Badannya sedikit bergetar, kerendahan dirinya sudah melewati batas. Cemoohan itu bagai suatu nama panggilan yang biasa dilontarkan untuk menyapanya.

(Name) merasa dadanya bergemuruh. "Aku tidak tau persis rasanya, karena aku sama sekali tidak pernah mengalaminya. Tapi aku tidak berpura-pura memahaminya. Satu yang kamu mesti yakini, kau itu manusia bukan babi."

"Kamu lebih hebat dari yang mereka katakan, ini bukan sekedar hiburan, tapi realita."

"Mereka mencercaku sebagai babi.. hiks.. aku semakin tidak yakin kalau aku ini manusia.. hiks," meski terisak, dia tersenyum bahkan mencoba tertawa.

Ah langit, lihatlah kepada dua makhluk yang berada dibawah mu ini. Mereka sedang dilanda badai, tidakkah kau sebagai langit berusaha menghiburnya dengan sinar matahari untuk menyongsong kembali semangat mereka?

Bekal yang mereka bawa bahkan belum habis, dan air mata itu belum juga berhenti mengalir. Siksaan mental dalam dunia kacau balau dan emosional ini menyiksa mereka. Bel masuk kelas masih setengah jam lagi, dan mereka masih meneteskan air mata setelah sekian lama mempertahankan lengkungan senyum di wajah.

"Setelah menetap di fase keterpurukan, sulit untuk sekedar beranjak bukan?" (Name) menyeka air mata, merasa sangat emosional hari ini.

"Mereka nggak pantas bilang kamu seperti babi, mereka buta kalau mencercamu seperti itu.."

"Aku.. bahkan sudah bercerita pada walikelas dan guru bimbingan konseling, mereka malah hiks..bilang aku kurang pergaulan hiks..dan menyuruhku diet.." Fumi kembali menangis, air mata yang telah kering di pipi kini dibasahi lagi oleh buliran air yang baru.

Derap langkah kaki terdengar mendekat, buru-buru mereka mengusap wajah dan mata dengan sapu tangan. Saat wajah mereka sekiranya sudah kembali seperti semula, barulah mereka melanjutkan makan siang hari itu. Berpura-pura drama sedih beberapa saat yang lalu tak pernah terjadi.

"Aku lapaaar~!" teriak Atsumu yang makin membuat Fumi dan (Name) kesulitan bernapas dengan tenang. Osamu juga kelihatannya datang dan langsung duduk. Padahal yang datang bukan pembunuh, lantas mengapa mereka sangat ketakutan?

Oh tentu saja, mereka berdua 'kan sang terbully. Keramaian hanya membuat mereka ketakutan dan terbayang kejadian tak mengenakkan itu seakam sedang berlangsung.

Tak hanya mereka berdua, ada beberapa anak dari klub voli putra yang juga datang. Kemudian Aran, Suna, Kita, dan Akagi sudah duduk melingkar juga. Para lelaki dari klub Voli itu berbincang dengan akrab.

-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳Miya.twTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang