10. Satu Kamar

2.2K 98 4
                                    

Happy Reading 🎉

🐾🐾🐾

"Heh! Ngapain Lo bengong aja di situ? Sini bantuin gue!" Suruh Vano yang kesal melihat Ana tidak bergerak dan tak membatunya sama sekali.

"Ehh iya." Ana langsung berjalan dan membantu Vano membereskan barang-barangnya.

*****

Ana dan Vano keluar dari kamar Ana dengan beberapa barang yang sudah Vano rapihkan, dan Ana hanya merapihkan baju-bajunya saja, karna memang sudah di rapihkan semuanya oleh Vano, jadi ia hanya merapihkan baju-bajunya saja. Dan memasukkan baju-baju Gina kedalam lemari Ana.

Dengan segera mereka keluar dari kamar Ana.

"Aku tidur dimana?" Tanya Ana pada Vano saat sudah keluar dari kamarnya.

"Lo tidur di kamar gue." Balas Vano dan mulai jalan menuju kamarnya.

Ana hanya diam setelah mendengar uacapan Vano, ia tidak pernah satu kamar dengan seorang laki-laki, tentu saja kecuali Abang laknatnya itu. Walau Vano adalah suaminya, tetap saja akan terasa berbeda dengan ia satu kamar dengan abangnya itu.

"Ngapain diem disitu?! Cepet tar mommy keburu naik!" Kesal Vano karna Ana ternyata masih diam di depan kamarnya dan malah melamun tak mengikutinya.

"Eh iya." Ana sadar dari lamunannya saat mendengar suara kesal dari Vano.

Ana berjalan di belakang Vano, dengan beberapa barang yang ada dalam tangannya.

Vano berhenti di depan kamarnya, dan meletakkan barang-barang Ana di depan pintu dan menengok ke belakang melihat Ana yang Masih memegang barang-barangnya dalam gendongan tangan mungilnya itu.

"Lo masuk duluan, gue ambil sisa barang-barang Lo." Ucap Vano dan pergi setelah mendapat anggukan dari Ana.

Ana perlahan membuka pintu kamar Vano dan masuk kedalamnya. Kamar yang rapi untuk seorang laki-laki, Ana meletakkan barang-barangnya di dekat sofa yang ada di pojok kamar, dan berjalan mengambil barang-barang yang ada di depan pintu. Setelah masuk semua, Ana mendudukkan tubuhnya di sofa, melihat isi kamar Vano, kamar yang berdominan dengan warna monokrom, dengan tembok yang berwarna hitam putih, kasur berwarna abu-abu, gitar di sudut tembok dekat meja belajar.

"Kok gak di beresih." Ucapan Vano yang membangun Ana dari lamunannya.

"Hmm ta-taruh dimana?" Tanya Ana.

"Baju-baju Lo taro di dalem lemari aja. Mulai sekarang Lo sekamar sama gue." Ucap Vano dan berlaku masuk kedalam kamar mandi, meninggalkan Ana dengan keterkagetannya.

Satu kamar dengan Vano? Batin Ana.

Ana berjalan menuju lemari membukanya. Dan ternyara Vano sudah membereskan baju-bajunya dan menyisakan tempat untuk menyimpan baju-bajunya. Ana sibuk membereskan barang-barangnya. Menaru make up seadanya di meja rias, di meja rias hanya ada sisir dan pomed, ditambah dengan make up seadanya yang berisi bedak bayi, lipblam, dan maskara saja. Membuat meja rias itu sedikit terisi, ya hanya sedikit.

Ana selesai membereskan barang-barangnya berbarengan dengan Vano yang sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.

Ya Allah kenapa tampan sekali. Batin Ana melihat Vano yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Vano&AnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang