"dek?" Panggil Varo seraya membuka pintu kamar Ana yang Sudah Terbuka sedikit.
"Ya." Ucap Ana sambil menoleh ke arah pintu kamarnya yang menunjukkan varo yang berdiri disana.
Ana tersenyum melihat abangnya yang datang ke kamarnya. Karena sedari acara tadi ia belum bertemu Varo sama sekali. Mungkin karena dirinya sibuk menyambut keluarga yang datang cukup banyak.
"Masuk bang." Ucap Ana lembut dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Varo berjalan masuk dan duduk di tepi ranjang Ana. Tepat berada di belakang ana yang sedang duduk bersimpuh di atas karet di depan lemari pakaiannya.
"Ada apa bang?" Tanya Ana tanpa mengalihkan pandangannya.
Varo tidak menjawab ia malah mendekati adiknya dan membantu membereskan barang-barang yang akan adiknya itu bawa.
Ana yang melihat abangnya itu hanya tersenyum. Ia senang memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat baik dan sayang padanya. Ia jadi semakin tidak rela untuk meninggalkan rumah ini, yang dipenuhi kebahagiaan.
"Softlensnya mau di bawa de?" Tanya Varo yang sedang sibuk memasukkan alat make up seadanya milik Ana.
Walau isinya hanya bedak bayi, liptin, softlens mins, maskara dan eyeliner yang menyatu, dan beberapa koleksi lipstik pink warna bibir yang ia punya.
"Bawa aja bang satu, yang tempatnya warna pink." Ucap Ana sambil memasukkan alat sekolah.
20menit berlaku sekarang Ana sudah selesai membereskan barang-barang yang akan ia bawa.
"Sudah?" Tanya Varo. Ana hanya mengangguk.
"Yaudah yu turun, pasti Vano udah nunggu kamu." Ucap Varo.
Varo membantu menarik 2 koper besar dan menggendong tas Sekolah milik Ana, yang berisikan peralatan sekolahnya. Sedangkan Ana menarik 1 koper kecil berisikan barang-barang privatenya.
"Sudah?" Tanya Avendi. Ana mengangguk sebagai jawabannya.
"Yaudah yu kami antar sampai depan." Ajak Ferry.
Mereka berjalan ke depan. Vano menaruh barang-barang milik Ana didalam Bagasi. Ya mereka langsung menggunakan mobil pemberian dari Ferry.
"Sering-sering main loh ya kesini." Ucap Mirana dengan air mata yang sudah mulai membasahi pipinya.
"Iya ma." Jawab Ana sambil memeluk mamanya yang akan ia tinggalkan.
Bergantian memeluk Gina.
"Main kerumah mommy juga ya sayang." Ucap Gina.
"Iya mom." Jawab Ana.
Kemudian memeluk Avendi, Ferry dan yang terakhir Varo.
"Abangggg." Rengek Ana beralih memeluk Varo dengan air mata yang masih terus mengalir dari mata indahnya.
"Hei princess Abang kok nangis. Jangan nangis dong." Ucap Varo sambil menghapus air mata di pipi adiknya itu.
"Udah sana pulang, udah malem princess Abang harus istirahat." Ucap Varo lagi.
"Semangat kuliahnya Abang." Ujar Ana.
"Siap capten." Ujar Varo sambil hormat bak pada bendera.
Semua terkekeh melihat kelakuan dua anak kakak beradik itu, tentunya kecuali Vano.
Varo berjalan ke arah Vano dengan Ana dalam genggamannya.
"Gue titip adik gue, jangan buat dia nangis apa lagi buat dia sakit hati. Sampai Lo lakuin itu sama adik gue Lo akan berhadapan langsung dengan gue." Ujar Varo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vano&Ana
Teen Fiction'Di Jodohkan.' Apa yang ada di pikiran kalian jika mendengar kata 'dijodohkan'? Apa lagi saat masih SMA. Menyangkut masa depan? Tidak bebas? Atau tidak laku? Ya itu mungkin yang akan difikirkan oleh orang-orang yang 'dijodohkan' oleh orang tua merek...