"Ayo Luhan!" panggil Sehun padaku yang masih betah duduk di pinggir lapangan dari pada menuruti ajakannya untuk bermain basket. Ia tampaknya tidak menyerah dan menghampiriku. "Ayooo, aku akan mengajarimu sampai bisa."
Kali ini aku tidak bisa menolak.
"Langkahkan satu kakimu ke depan seperti ini." ia berdiri di sebelahku dan memperagakan posisi yang ia katakan. "Fokuskan pandanganmu pada kotak kecil di atas bulatan ring itu. Posisikan tanganmu seperti ini, lalu lompat sedikit sambil melempar bolanya kesana."
Aku mengikuti semua yang ia arahkan dan hasilnya tidak terlalu buruk. Berkali-kali aku mencoba, bola itu terus memantul dan tidak masuk kedalam ring.
"Coba ya, masukkan bola ini bersamaku."
Kalian bayangkan adegan familiar ini. Sehun berada tepat di belakangku sambil memegang kedua tanganku. Hampir seperti memeluk dari belakang. Bisa kupastikan saat ini jantungku bedegub sangat cepat dan seluruh tubuhku bergetar. Aku semakin canggung karena kepala belakangku bersentuhan dengan dadanya. Ya, Sehun memang jauh lebih tinggi dariku.
"Pada hitungan ketiga ya...
Satu...
Dua...
Tiga..."
Aku melompat dalam dekapannya. Bola itu pun masuk ke dalam ring.
"Yeayy... High Five!!!" Ia sangat kegirangan, mungkin karena telah berhasil mengajarkan seseorang memasukkan bola kedalam ring. "Mudahkan? Kalau kau lebih sering latihan, kau pasti akan lebih hebat dariku."
Kalimat semangatnya memang dapat melebihi motivator mana pun bagiku. "Bagaimana bisa aku lebih hebat dari Kapten tim inti basket sekolah?" ujarku menghentikan pujiannya.
Sungguh tidak dapat di percaya, lapangan yang biasa hanya aku lewati ini menjadi tempat yang memberikan kesan luar biasa padaku. Letaknya memang bukan berada di dalam sekolah. Jaraknya sekitar seratus meter. Sehun merasa senang berlatih disini karena letaknya yang outdoor, berbeda dengan yang di sekolah. Terlebih lagi, lapangan ini berada di ruang terbuka hijau.
.
.
.
Hari ini kami akhiri dengan makan es krim bersama di kedai dekat taman. Aku senang dan tidak menyangka akan sering jalan bersamanya. Yah, meskipun aku tau dia akan tetap hanya menjadi temanku.
"Hei Luhan, kau tau tidak, gadis yang menyukai es krim rasa vanila itu biasanya orangnya manis dan cantik."
Jujur aku tersipu. Tapi pikiranku tidak boleh melayang terlalu jauh lagi. Sehun pastilah terbiasa memuji seorang gadis.
"Kau sedang berlatih untuk menggoda Irene?" tanyaku sembari kembali menyendokkan es krim vanila milikku.
"Tidak. Aku serius." Sehun mengatakannya sambil mencari ke dua mataku yang tak berani menatapnya. "Awalnya aku berpikir kau adalah orang yang sangat pendiam dan tidak nyaman bila berteman dengan laki-laki. Tapi, justru malah sebaliknya."
Untuk saat ini aku benar-benar tidak bisa menyembunyikan rona di kedua pipi ku. Entah ada apa Sehun jadi bertingkah manis seperti ini. Semua sikapnya bagaikan sihir cinta untukku.
"Aku harap kita bisa terus bersama." katanya dan lagi-lagi membuatku tersipu.
"Apakah kau terbiasa mengatakan itu pada gadis-gadis di sekolah?" aku kembali membangun pertahanan.
Sehun menaruh sendok es krimnya dan fokus menatapku. "Tidak, semua yang ku katakan tadi itu jujur dari hatiku. Kau itu gadis yang baik." ia mengatakannya dengan begitu yakin. "Oh ya, lelaki yang kau sukai itu tidak satu sekolah dengan kita ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SIDE
FanfictionAku menyukainya, mungkin karena Sehun sering datang ke perpustakaan untuk menjalani hukuman dari guru. Tapi, hal itu membuatku merasa beruntung. Meskipun aku tau, Sehun sudah menyukai orang lain. I'm back with Hunhan! Ini GS ya readers. Masih ada ba...