Benar saja Sehun berjalan mendekati Jongin yang juga mengangkat dagu dengan angkuhnya.
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Kau tidak serius dengan Irene dan sekarang kau bersama gadis China ini. Bukankah begitu?"
Sehun mengepalkan tangannya dan bersiap memukul Jongin. Secara reflek aku menangkap tangan yang ingin melayangkan pukulan ke wajah menyebalkan itu. Aku menggenggamnya kuat, karena tenaga yang di keluarkan Sehun cukup besar.
"Sudahlah, tidak ada artinya menanggapi omong kosongnya!" ujarku.
Sehun melemahkan tangannya.
"Rupanya kau bisa bicara kasar juga ya. Aku jadi penasaran sejauh mana kau menguasai bahasa Korea, imigran?"
Aku memang harus sabar dalam menanggapi manusia bermulut besar macam Jongin. Ia benar-benar telah menguras emosiku.
"Kau lebih tidak tau diri. Kau tidak malu? Mengejar gadis yang sama sekali tidak menyukaimu? Dasar bodoh! Aku memang imigran, tapi aku selangkah di depanmu. Aku pintar dan kau tidak!"
Keributan kami memang memancing perhatian para siswa yang semakin memadati koridor kelas. Aku juga tidak sadar kata-kata itu keluar begitu saja. Bahkan Sehun langsung menatapku terkejut. Mungkin karena aku juga sudah terlalu muak dengan Jongin yang selalu membawa latar belakangku. Aku ini orang China, lalu mengapa? Harusnya tidak ada masalah. Aku bahkan tidak pernah menjelek-jelekan orang Korea.
"Aku bisa lihat sekarang gadis pendiam sepertimu sudah berani mengejekku. Apa karena sekarang sudah menjadi pacar Sehun?" Jongin menggeram dan ingin meraih kerah kemeja seragamku. Namun, Sehun segera menangkap tangan itu sebelum menyentuhku.
"Jangan ganggu gadisku! Kau suka Irene kan? Silahkan kau kejar dia sampai dapat. Aku sudah tidak ada urusan lagi dengannya." Sehun mengancam Jongin sambil menggenggam lengan pemuda itu dengan kuat. Bahkan sampai kemeja Jongin kusut di bagian lengan.
Aku tercengang, tak percaya dengan apa yang aku dengar barusan. Cengkraman itu pun akhirnya di lepas oleh Sehun.
"Ya, kau memang hebat dalam berganti-ganti pasangan Oh Se Hun!" Jongin masih berteriak.
Sehun segera menarikku, tanpa menghiraukan teriakan Jongin yang menggelegar sepanjang koridor. Sepertinya ia sedang mengajakku ke perpustakaan. Langkahnya sangat cepat, sampai aku harus terburu-buru mengikuti langkahnya.
"Kau baik-baik saja?" Sehun memegang kedua bahuku, memperhatikan wajahku.
Aku mengangguk, ini semua terasa bagaikan mimpi.
"Maaf harus membuatmu jadi sasaran Jongin. Terima kasih juga sudah membelaku. Tak kusangka kau adalah gadis yang sangat berani." ujar Sehun sembari merapikan jas almamaterku.
"Kau harus menjelaskan ke salah pahaman ini pada Irene." kataku yang masih terbayang ekspresi Irene sebelum pergi meninggalkan tempat kejadian keributan tadi.
"Aku? Menjelaskan apa?"
"Semuanya. Kau harus menjelaskan bahwa yang di katakan Jongin itu tidak benar. Sebelum Irene berpikiran yang bukan-bukan." Aku mendesaknya karena tidak ingin Sehun kehilangan gadis yang disukainya.
Sehun tertawa. Aku kebingungan begitu melihatnya tertawa lepas seperti tidak ada masalah. Ia sampai membuka kancing jas almamaternya dan kembali berdiri di hadapanku.
"Baiklah, aku ingin berkata jujur padamu."
Sehun kembali menatap mataku. Lalu, ia terlihat mengambil napas.
"Kurasa aku menyukaimu Xi Lu Han."
Wow, ini pasti mimpi. Apa yang baru saja membentur kepalaku sehingga aku bisa berkhayal hal yang bukan-bukan seperti ini? Sehun masih dengan pose kerennya. Berdiri dengan mata yang menatapku dengan lembut. Aku ini belum bisa berkata apa-apa. Sehun pasti sedang bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SIDE
FanfictionAku menyukainya, mungkin karena Sehun sering datang ke perpustakaan untuk menjalani hukuman dari guru. Tapi, hal itu membuatku merasa beruntung. Meskipun aku tau, Sehun sudah menyukai orang lain. I'm back with Hunhan! Ini GS ya readers. Masih ada ba...