"Hai Luhan, kau sedang makan siang?" aku mengenal suara itu.
Ku angkat kepalaku dan benar saja, pemilik suara itu ada Suho yang kini berdiri dengan satu tangan di dalam saku celananya. Aku terdiam dan berusaha mengunyah dengan cepat makanan yang ada di mulutku.
"Boleh aku duduk?" ia bertanya padaku, menunjuk kursi di hadapanku yang kosong.
Aku mengangguk. Setelah minum segelas air, tangan Suho mengulurkan beberapa lembar tissue padaku. Lalu ia menunjuk sekitar bibirnya, memberi kode padaku untuk membersihkan area bibirku.
"Terima kasih Suho oppa." ucapku setelah menerima tissue darinya. Sungguh aku malu telah menunjukkan cara makanku yang seperti orang tidak makan berhari-hari.
"Apa hari ini jam sekolah selesai lebih awal?" tanya Suho. Aku salah fokus dengan pakaian yang di kenakannya.
"Iya aku tidak mengambil pelajaran tambahan. Lagipula hari ini hanya pengumuman ujian dan pelajaran tambahan untuk siswa yang remedial. Oh ya, apa kau ingin makan sesuatu?" aku menunjuk beberapa menu makanan yang masih utuh.
"Aku sudah memesannya. Saat kau sibuk melahap makanan-makanan ini." ia tertawa dengan manis. Sangat tampan. "Tidak masalah kan kalau aku bergabung denganmu?"
"Tentu saja tidak." aku langsung menata piring-piring ini kembali, agar Suho memiliki ruang yang cukup.
"Jadi apa yang di lakukan seorang siswi di area perkantoran saat jam makan siang?"
Sebenarnya aku cukup malu untuk menjawabnya, ini kebodohan yang bahkan anak sekolah dasar tidak pernah melakukannya.
"Tadi aku salah naik bus. Aku baru menyadarinya saat sudah sejauh ini." jawabku sembari terkekeh. Aku mentertawakan kebodohanku. "Bagaimana denganmu? Apa kau sedang bekerja?" tanyaku yang penasaran dengannya. Suho mengenakan stelan jas dan celana bahan formal.
"Iya, ada beberapa urusan di tempatku bekerja. Kebetulan juga sedang tidak ada jam kuliah."
Kalau boleh jujur, saat ini Suho terlihat seperti tokoh utama drama Korea yang sering aku tonton. Setelannya mirip seorang CEO muda, tampan, dan cerdas. Rambutnya di tata rapi belum lagi kulitnya yang bercahaya menyilaukan mata.
"Luhan, kau baik-baik saja?"
Aku melamun lagi.
"Apa kau sedang ada masalah? Ceritalah padaku."
Suho menyebutkan kata kunci yang tepat. Masalah, bagaimana ia bisa menebaknya?
"Oh itu... Bukan hal yang penting." aku mengelaknya dengan menambah tawa palsuku.
"Jangan bohong padaku. Tidak mungkin gadis sepintarmu bisa salah naik bus dan cara makanmu tadi juga sangat berbeda. Kau pasti sedang ada beban pikiran." jelasnya menebak semua yang aku rasakan. "Mungkin kau akan merasa lebih baik bila berbagi cerita denganku."
"Sebenarnya ini tentang aku dan pacarku. Aku pernah bercerita tentang laki-laki yang aku sukai kan?"
Suho mengangguk.
"Sekarang ia sudah jadi pacarku. Cerita bagaimana kami bisa bersama cukup panjang. Awalnya aku merasa kalau dia itu memang di takdirkan untukku." aku menghela napas panjang. "Lalu, gadis yang di sukainya dulu, tiba-tiba datang dan mengatakan aku harus mengembalikan laki-laki itu padanya. Alasannya karena ia baru menyadari, perasaannya terhadap pacarku. Suasana tambah buruk saat pacarku melihat kita makan malam bersama kemarin. Setelah aku menjelaskan padanya, ia tampak mengerti."
Tatapan Suho berubah menjadi perihatin. Ia terus mendengarkan curahan hatiku dengan saksama.
"Puncaknya adalah tadi, saat suasana menjadi benar-benar tidak baik. Gadis itu mengatakan aku tidak mencintai pacarku. Semua terjadi begitu cepat, sampai aku melihat ia mencium pacarku di depan seluruh siswa." aku tak kuat menahan setiap kata-kata yang keluar. Aku terpaksa mengingat kembali kejadian yang ingin aku lupakan. Mataku berkaca-kaca dan tanganku gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SIDE
FanfictionAku menyukainya, mungkin karena Sehun sering datang ke perpustakaan untuk menjalani hukuman dari guru. Tapi, hal itu membuatku merasa beruntung. Meskipun aku tau, Sehun sudah menyukai orang lain. I'm back with Hunhan! Ini GS ya readers. Masih ada ba...