TWENTY-EIGHT

1.3K 55 3
                                    

Caca berlari menuju toilet sekolah karena caca merasakan hidungnya mengeluarkan darah kembali caca mencuci wajahnya lalu kembali ke kelas meminum obatnya untuk menghilangkan rasa sakitnya.

Di sisi lain friska dan damian mendatangi rumah sakit tempat caca di diagnosa. Mereka berdua datang menemui dokter yang memberikan caca obat

"Ibu friska silahkan masuk sudah di tunggu sama dokter"

Setelah perawat memanggil namanya friskan dan damian masuk ke dalam ruangan dokter. Damian berjabat tangan dengan dokter itu

"Dokter dita"
"Damian"
"Friska"
"Baik silahkan duduk jadi apa yang ingin di konsultasikan?"
"Maaf sebelumnya dok saya orang tua dari arasya apa dokter mengenal arasya?"
"Arasya? Oowh iya pak saya kenal"
"Apa dokter yang mendiagnosis anak saya leukimia?"

Damian memperlihatkan surat keterangan kesehatan caca dan beberapa obat sedangkan dokter dita mulai melepas kacamatanya dan menatap ke arah merek berdua

"Benar pak"
"Jadi benar anak saya leukimia dok?"
"Benar buk sebulan yang lalu caca menemui saya dan saya sendiri yang memeriksa ke adaanya"
"Dok perawatan apa saja yang sudah anak saya lakukan selama ini"
"Caca menolak perawatan apapun buk caca hanya menerima obat untuk meredakan sakita di punggung dan kepalanya"

Friska semakin frustasi menyesali tidak memperhatikan caca sedetail itu

"Jadi dok pengobatan apa yang bisa di lakukan? Berapa pun biayanya akan saya bayar"
"Begini pak ada beberapa perawatan dan salah satunya adalah kemoterapi jadi nanti bapak bisa mencari dokter spesialis kanker untuk menangani kasus ini"
"Saya akan bayar berapa pun agar anak saya sembuh dok"
"Bapak dalam dunia kedoteran tidak ada yang bisa menjamin 100 % kita disini hanya melakukan tugas, untuk melakukan yang terbaik untuk pasien kami"

Damian menundukan kepalanya sedangkan friska hanya menangis mendengar penjelasan dokter

"Saya akan membantu bapak dan ibu mencari dokter kanker terbaik kita berjuang sama-sama pak bu"
"Makasih dok kalo begitu saya dan istri pamit dulu"
"Nanti akan saya kabari jika sudah menemukan dokter ya pas ya pak"
"Iya dok"

Damian dan friska pamit lalu keluar ke ruangan. Di dalam mobil damian hanya diam dan menatap kosong

"Mas bagaiamana caranya kita mengabari mama tentang caca"
"Aku juga masih bingung friska tapi bagaimanapun mereka harus tau keadaan caca biar nanti aku yang nelfon mama kamu bisa kan menelfon keluarga di london"
"Iya mas"

Damian hanya diam lalu menjalankan mobilnya menuju rumah.

Sedangkan di sisi lain caca yang baru saja masuk ke dalam rumahnya sudah melihat kedua orang tuanya yang terlihat bersedih

"Ayah mama caca pulang"

Caca berjalan ke arah mereka dan caca melihat kertas yang sudah di pegang oleh ayahnya membuat caca menghentikan langkahnya

"Kenapa? Kenapa gak bilang sama ayah ca"
"Yah maafin caca tapi caca gak mau ayah sama mama terbebani dengan sakitnya caca"
"Kamu harus menjalani perawatan"
"Aku gak mau yah lagian gak ada yang menjamin aku bisa sembuh kan"
"Ca kita harus melakukan apapun walaupun kemungkinannya 1% mama sama ayah akan melakukan apa pun untuk kesembuhan kamu"

Baru saja akan menjawab pernyataan friska beberapa orang masuk ke dalam rumah dan langsung menarik tangan caca

"Ini kenapa mama gak mau cucu mama diurus kamu gara-gara kamu cucu mama sakit begini"
"Grandma bukan salah mama. Ini udah takdir caca, grandma jangan salahin mama"

Caca menatap ke arah friska yang sudah menangis dalam diamnya dan menatap vian yang sedang mencoba menenangkan risa

"Ma ini udah takdir gak ada yang salah disini kita hanya perlu berdoa dan melakukan yang terbaik"

Risa duduk di sofa dengan air mata yang mengalir terus di pipinya

"Ca kamu harus melakukan perawatan. Berapa pun bayarannya akan granpa bayar untuk kesembuhan kamu sayang"
"Tapi grandpa...."
"Ca ini demi kesembuhan kamu"
"Om tapi caca...."

Belum selesai caca bicara. telfon damian berdering damian menganggkat telfonnya dengan di speaker agar caca bisa mendengar

"Hallo"

Ucap seseorang di seberang sana caca yang yang menyadari suara dari telfon itu mencoba tersenyum

"Ninik? Kakek?"
"Hallo cucunya kakek sakit ya sayang, maafin kakek ya selalu gagal jaga kamu"
"Kek aku gak papa kok, aku gak ngerasa sakit aku sehat"
"Sayang ninik mohon sama kamu ke berobat yah"
"Nik tapi caca gak mau menghabiskan waktu caca di rumah sakit"
"Sayang kamu mau ninik sakit lagi? Kamu mau bikin semua orang sedih dengan keadaan kamu?"

Caca menundukan kepalanya dan tanpa sadar caca sudah menangis sejak tadi di tahannya caca menatap satu-satu anggota keluarganya.

"Sayang ninik gak mau harus kehilangan kamu cukup ninik kehilangan bunda kamu kalo sampai ninik juga kehilangan kamu ninik gak bakal bisa maafin diri ninik sendiri"

Caca tidak menjawab dia hanya diam dalam tangisnya melihat semua orang yang bersedih dengan keadaanya

"Ninik mohon ya sayang ninik tutup dulu nanti ninik telfon lagi cepet sembuh sayangnya ninik"

Tut
Tut

Lea menutup telfon damian. Saat caca masih menangis tiba-tiba caca kembali merasakan sakit kepala yang hebat membuat semua orang langsung menghampiri caca

"Caca kamu kenapa?"
"Sakit om ayah caca sakit"
"Iya sayang kita ke rumah sakit sekarang ya yang sabar ya"
"Aahh mama sakit"

Friska memeluk anak gadisnya untuk menenangkannya walaupun hatitnya sakiy melihat anaknya kesakitan seperti ini. Sedangkan caca menutup hidungnya karena darah segar mulai mengalir dari hidungnya beeberapa menit kemudian caca merasakan gelap.

Caca membuka matanya perlahan sudah melihat sekelilingnya yang serba putih dan bau obat-obatan

"Caca mau mama ambilin apa?"
"Air"

Friska meraih gelas di samping brankar caca lalu memberikannya ke caca lalu seorang dokter datang ke ruanganya

"Hallo caca gimana sudah membaik?"
"Sudah dok"
"Kamu harus melakukan perawatan caca kamu tidak bisa hanya meminum obat"

Caca menatap ke arah friska lalu friska memegang tangan caca dan menatap caca penuh harap

"Ayah mohon sayang jangan buat ayah merasa menyesal"
"Iya aku mau tapi aku mohon jangan bilang ke siapa pun aku sakit"
"Iya sayang"
"Jadi besok kamu akan mulai melakukan perawatan di indonesia dulu lalu kamu akan di kirim ke salah satu rumah sakit di singapur untuk melakukan kemoterapi"

Caca hanya menganggukan kepalanya pasrah.

Keesokan hari nya caca melakukan berbagai perawatan. Saat caca kembali ke kamar rawatnya caca melihat handphonennya yang sudah ada 30 panggilan tak terjawab dan chat yang masuk dari rezvan

From ketos💓:
Sayang lo gak sekolah?
Ca lo kemana?
Lo sakit ya?
Ca
Lo lagi sibuk nanti
Kalo lo udah gak sibuk kabarin
Ca
Caca!!
Gue kangen
Ca di rumah lo kok sepi
Caca
Besok gue lo sekolah kan?
Sayang lo tega sama gue
Huuft mungkin lo gak bisa liat hp
Goos night sayang i miss you so much

Caca menangis melihat chat dari rezvan membuatnya semakin sesak namun caca memaksakan dirinya untuk membalas chat dari rezvan

To ketos💓:
Maaf ya gue lagi di london
Gue gak papa kok
Gue juga kangen lo


Because my life is you (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang