🌿05

15.7K 1.1K 36
                                    

Vote and komen kalo udh baca ya❤

Happy reading
_____🌿🌿_____

Saat ini Kevin sedang tertidur di bahu Kevan dengan tangan yang memeluk pinggang sang abang, sedangkan Kevan dirinya sedang bermain game di ponselnya. Bel akan berbunyi 5 menit lagi tapi Kevin masih nyenyak dengan tidurnya.

Kevan tidak masalah, begitupun dengan murid-murid lainnya, biasanya Kevin akan tertidur sampai jam pelajaran pertama selesai dan guru tidak punya keberanian untuk membangunkan sang pangeran.

Kevan mengangkat kepala sang adik dengan hati-hati lalu mengambil bantal panda kecil dari kolong mejanya dan meletakkan di atas meja sebagai penumpu kepala Kevin.
Kevan keluar menuju toilet karna panggilan alam, meninggalkan Kevin yang masih tertidur pulas di dalam kelas bersama murid lainnya, sebelum keluar Kevan sempat berpesan pada ketua kelas untuk mejaga adik kesayangannya.

"Reno, jagain adek gue." Yang di panggil pun menganggukkan kepalanya patuh.

Beberapa menit kemudian.

Bel masuk telah berbunyi, tepat setelah Kevan keluar dari toilet.
Di kelas Kevin masih tertidur pulas dengan bantal pandanya, tak terusik sedikitpun dengan nyaring suara bel.
Di pintu sudah berdiri seorang guru wanita umurnya masih muda dan cantik, tatapannya seperti sedang memperhatikan seseorang.
Kaki nya mulai melangkah mendekat ke meja di mana ada seorang remaja tampan sedang tertidur dengan pulasnya.

Suara gebrakan meja mengejutkan seisi kelas termasuk Kevin yang matanya sudah berkaca-kaca karna terkejut. Kevin bergetar,  bibirnya sudah melengkung ke bawah.
Perlu aku ingatkan? Kevin takut akan bentakan.

"Gak punya sopan santun." Desis guru itu tajam.

"Keluar dari kelas saya sekarang!" bentaknya di depan wajah Kevin.

Seisi kelas melongo tidak percaya, hey! Siapa guru itu sampai-sampai berani membentak kesayangan Bratadikara. Tidak takut kah dia dengan keluarga itu? Sepertinya guru itu baru di sekolah ini karna mereka belum pernah melihatnya selama di sini.

Kevan yang melihat adik kesayangannya di bentak sudah menggepalkan tangannya kuat,  berjalan dengan langkah lebar dan nafas yang memburu, dadanya sudah naik turun karna amarah. Kevan mendekat lalu mejambak rambut guru baru itu dengan kuat sampai guru itu terjengkang di buatnya.

"Siapa anda yang berani membentak adik saya?" Tanya Kevan dengan penuh penekanan.

Yang lain sudah bergidik ngeri melihatnya, Kevan memang tidak pandang bulu jika sudah berkaitan dengan adiknya. Siapapun akan di hantam termasuk keluarganya.
Pernah sepupu Mereka harus masuk rumah sakit dengan tulang kaki yang patah dan tangan yang retak akibat memarahi Kevin saat mereka berlibur dan Kevin tidak sengaja menjatuhkan iphone nya.
Sadis memang:(

"Lepasin saya, kamu siapa hah? Tidak punya sopan santun terhadap yang lebih tua!" Bentak guru itu lagi sambil berusaha melepaskan jambakan Kevan.

"Oh, anda baru ya di sini? Perkenalkan saya Arkevan Surya Bratadikara dan yang barusan anda bentak adalah adik kembar saya Arkevin Surya Bratadikara. Sudah jelas?"

Guru itu menegang dengan badan yang bergetar hebat, dirinya salah sasaran.
Dalam hati dirinya berdoa semoga pulang dari sini nyawanya masih ada.
Kevin? Anak itu sudah menangis sesegukan dengan ketakutan yang masih belum hilang.
Seisi kelas sudah tau bagaimana Kevin dan Kevan jadi tidak perlu malu lagi jika menangis.

Kevan mengeluarkan ponsel canggihnya lalu mulai menelfon seseorang, jambakannya masih belum terlepas bahkan semakin kuat jika guru itu berontak.
Tak lama masuklah dua orang guru dan berdiri di samping Kevan.

"Pecat dia dan jangan biarkan dia mendapatkan pekerjaan di mana pun," ujar Kevan tegas lalu melepaskan jambakannya dengan kasar.

Dua guru laki-laki itu langsung mengangguk dan memegangi tangan guru upss, mantan guru wanita itu lalu menyeretnya keluar kelas.
Kevan beralih pada adiknya yan masih menangis sesegukan.
Kevan menggendong Kevin membawanya keluar kelas menuju ruangan pribadi mereka berdua, lebih tepat nya kamar untuk mereka istirahat jika sakit atau kelelahan yang di siapkan oleh Ardi.

Sampainya di sana Kevan mendudukkan Kevin di tepi kasur lalu dirinya ikut duduk dan mendekap sang adik, menenangkan anak itu agar tidak sampai demam karna terkejut dan menangis terlalu lama. Hanya sepuluh menit memeluk Kevin anak itu sudah kembali tertidur walau masih terdengar sedikit isakan, matanya sudah sembab dan hidungnya sudah merah.

Kevan gemas sendiri melihatnya, wajah mereka sama, tapi setiap kali melihat wajah Kevin yang tertidur rasanya Kevan sedang melihat anak kecil yang masih polos. Tangannya terangkat mengusap kepala sang adik lalu mengecupnya dengan sayang.

"Abang sayang adek," ujarnya tepat di telinga Kevin.

Kevan setia menatap adiknya dengan senyum di bibirnya dan tangan yang terus mengusap surai lebat itu.
Sejenak atensinya teralih saat dering ponsel dari saku celananya.

Ayah, Kevan langsung mengangkat telponnya masih dengan posisi yang sama, dengan tangan kiri yang mengusap kepala Kevin.

"Halo abang."

"Iya ayah."

"Adek gimana? Gak kenapa-kenapa kan?"

"Gakpapa kok yah, ini udah tidur."

"Syukur deh bang, makasih abang udah jagain adek."

"Iya ayah, Kevin adek nya abang, udah pasti abang akan selalu jagain adek."

"Iya, anak ayah emang terbaik, udah dulu ya nak, ayah mau lanjut meeting dulu."

"Iya yah."

Kevan memutuskan sambungan sepihak, lalu kembali memasukkan ponselnya ke saku celana, bibirnya masih tersenyum manis menatap wajah sang adik.
Kevan memeluk, mencium adiknya dengan gemas lalau setetes liquid bening jatuh dari matanya.
Kevan tidak menyadari bahwa senyumnya memiliki arti lain di baliknya, jika saja dulu adiknya benar-benar pergi, mungkin Kevan sudah gila sekarang.
Kevan sayang adiknya melebihi dirinya sendiri.

🌿🌿
My family

Se you next part👋❤

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang