🌿14

10.3K 752 30
                                    

Vote and komen kalo udah baca ya❤

Happy reading
____🌿🌿____

Ardi dan Dina memasuki kamar sikembar, mengecek keadaan kedua putranya terutama si bungsu Kevin.
Kedua anak itu masih terlelap berpelukan. Kevin masih memakai masker oksigen yang menutupi sebagian wajah tampannya dan infus yang masih menempel di tangannya.

Dina mengusap surai Kevan membangunkan putra sulungnya.
Kevan melenguh saat tidurnya terusik lalu mulai membuka mata dan mengerjab pelan.
Dilihatnya sang bunda yang tersenyum ke arahnya lalu menatap Ardi yang juga tersenyum. Kevan melirik kesamping adiknya yang masih tertidur.

"Bangun sayang," ujar Dina lembut lalu mengecup kening Kevan.

Kevan tersenyum lalu membalas mengecup pipi bundanya. Ardi menatap Kevan tajam yang langsung di sambut cubitan manja oleh Dina pada pinggang Ardi.

"Tadi aja gak mau ayah cium, sama abang mau, ck!" dumel Ardi.

"Bunda lebih sayang abang makanya mau," ujar Kevan menatap jahil ayahnya sedangkan Dina hanya terkekeh menatap keduanya.

Ardi memutar bola mata malas, pagi-pagi udah di bikin panas hati sama anak istri. Sampai suara tangisan bayi mereka pun terdengar.

"Hiks ... hiks ..."

Ardi, Dina, dan Kevan menoleh kesamping dimana Kevin yang tadinya masih terlelap tidur kini sudah bangun dan menangis. Kevin sudah membuka masker oksigennya. Dan matanya menatap tangan yang tertancap jarum infus.

"Eh, anak Bunda udah bangun," ucap Dina lalu beralih duduk di dekat Kevin.

"Hiks ... bun–bunda."

"Iya sayang kenapa, hm? Dimana yang sakit?"

"A–abang," panggilnya sesegukan.

"Abang di sini Dek," jawab Kevan lalu memeluk adiknya.

"Sakit hiks ... lepas hiks ... hiks ... nyut-nyut hiks ... tangan adek." Tangis Kevin memperlihatkan tangannya pada kevan.

Kevan mengambil tangan Kevin lalu mengelusnya dengan lembut sesekali meniup-niup seperti anak kecil.
Dina mengusap surai kedua putranya.
Sehat atau sakit, Kevin tetap akan lebih manja pada Kevan dibandingkan kedua orang tuanya.

Ardi tersenyum lalu mengusap bahu Dina yang di balas senyum manis oleh sang istri.

"Nanti di lepas ya nak, kalo udah baikan," ujar Dina lembut yang di balas gelengan oleh Kevin.

"Mau hiks ... nya sekarang Bunda huwaa."

"Adek lupa janji kita di rumah sakit?" tanya Ardi yang langsung membuat kevin terdiam beberapa saat lalu menggeleng lemah.

"Jadi nggak boleh di lepas dulu," lanjut Ardi.

Kevin menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Kevan, menangis kecil di sana. Kevan yang tau adiknya kembali menangis pun harus berpikir sebuah ide .

Kling, muncul bola lampu di kepala kevan.

"Adek," panggil Kevan tapi tidak mendapat sahutan.

"Kita buka kado yok, masih banyak banget loh," lanjut Kevan sambil melirik kedua orang tuanya.

Ardi dan Dina tersenyum hangat, putra sulungnya memang sangat pintar dalam hal membujuk sang adik.

Kevin mengangguk tapi masih memeluk Kevan, "mandi dulu yuk, sama abang," ajak Kevan.

Kevin kembali mengangguk lalu mulai melepas pelukan, Dina membantu memegang cairan infus sedangkan Ardi membantu Kevin turun membawa anak itu dalam gendongannya sampai di kamar mandi.

"Abis mandi langsung turun kebawah ya gantengnya Bunda," kata Dina yang dibalas anggukan oleh keduanya.

Kevan memandikan adiknya dengan hati-hati, takut terkena tangan adiknya yang terinfus. Kevin menurut saja saat kevan memakaikan sabun dan shampo ke rambutnya karna memang mereka sudah biasa mandi bersama. Kamar mandi seperti kolam renang.

Ardi dan Dina memilih turun kebawah menunggu kedua putranya di meja makan. Selesai mandi keduanya sudah memakai baju santai, kaos coklat kebesaran dengan gambar beruang di dadanya, dan celana panjang dengan motif beruang kecil-kecil.
Baju itu di beli Ardi saat dia pergi ke London untuk bekerja. Meski cuma kaos dan celana panjang yang tampaknya biasa saja tapi harga sebenarnya adalah berjuta.

Ardi dan Dina menatap gemas kedua putranya yang baru keluar dari lift dengan Kevin di gendongan Kevan.
Kedua anaknya itu sangat menggemaskan apalagi si bungsu yang memakai sandal tidur beruang berwarna coklat dan bando seperti kuping beruang. Kevan yang memakaikannya tadi.

Ardi mengambil alih Kevin lalu membawa anak itu dalam pangkuannya dengan hati-hati.

"Anak ayah ucul banget sih, hmm!" Gemas Ardi mencium pipi Kevin bertubi-tubi membuat Kevin mendengus geli.

"Gemeshh banget sih, iissh mau gigit." tambah Ardi sambil terus mecium menguyel-nguyel pipi Kevin sampai anak itu kembali menangis. Dan Ardi mendapat dua tatapan tajam dari putra dan istrinya, sedangkan si bontot masih terus menangis.

"Ayah jail banget sih, anaknya masih sakit malah di bikin nangis pagi-pagi," dumel Dina sambil menjewer suaminya.

Kevan mengambil Kevin dari Ardi mendudukkan adiknya di kursi sampingnya sambil menenangkan adiknya itu.

"Maaf Bun, gak lagi-lagi deh, ampun cintaku telinga suami tampanmu sakit ini," ucap Ardi lembut menggoda yang jatuhnya jijyk.

"Biar tau rasa kamu huh," dumel Dina.

"Cubit pinggangnya Bun, suruh tidur di kamar tamu nanti malam," ujar Kevan santai yang langsung di angguki Dina.

Ardi yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya, gila aja suami tampan gini di suruh tidur sendiri di kamar tamu.

Dina melepaskan jewerannya, lalu mulai menyendokkan nasi ke piring Kevan dan meletakkan semangkuk bubur di hadapan Kevin. Ardi menyendokkan nasi sendiri karna sang bidadari sedang dalam mode ngambek.

Selesai makan, mereka pergi ke ruangan tempat kado semalam yang belum selesai mereka buka.
Selesai membuka semua kado, Kevin memandang takjub isi semuanya dengan mata berbinar dan mulut terbuka lebar.

Isinya barang limited dan mahal-mahal semua...

🌿🌿
My family

100 vote buat double sebelum malam gimana ?🤭
Aku gak maksa ya🤗

Se you next part 👋❤

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang