🌿23

9.1K 749 91
                                    

Vote and komen kalo udah baca ya❤

Happy reading
____🌿🌿____

Malamnya Ardi, Dina, dan kevan dibuat panik oleh kondisi kevin yang tiba-tiba drop. Sebelumnya anak itu mengeluh sakit di jantungnya, detaknya terlalu cepat membuat kevin kualahan padahal dirinya tidak melakukan apapun selain berbaring dan duduk.

Kevin dibawa keruang ICU untuk ditangani, anak itu sempat kejang-kejang membuat Dina yang melihat itu langsung menangis histeris. Putranya kembali kesakitan.

Ardi membawa Dina kembali keruangan kevin untuk ditangani oleh suster, sedangkan Kevan dan Ardi kembali ke ruang ICU untuk menunggu kevin.

Berjam-jam Kevan dan Ardi menunggu, tapi dokter belum juga keluar. Ardi memutuskan untuk memeriksa keadaan Dina sebentar. Meninggalkan kevan sendiri di depan pintu ICU.

"Adek harus sembuh, abang sayang adek," lirih kevan.

"Abang bakalan buatin adek cafe ice cream yang besar, adek harus sembuh."

"Adek harus sehat."

"Adek harus selalu sama abang."

"Kita wujudin keinginan adek sama-sama."

"Abang akan turutin semua keinginan adek."

"Tapi adek harus sembuh."

"Abang sayang adek hiks ... hiks ..."

Kevan menangis sendiri di depan ICU.
Air matanya tidak bisa dia tahan, dirinya sangat ketakutan. Dirinya tidak hentinya berdoa keselamatan sang adik.

Kevin adalah hidupnya, segala-galanya bagi kevan, adiknya sangat istimewa, sangat berharga, tidak ada yang bisa menggantikan kevin di hidupnya, adiknya nomor satu.

Ardi kembali bersama Dina yang duduk di kursi roda, pipinya sudah basah oleh air mata .kevan mendekati Dina lalu memeluk bundanya dengan erat.
"Adek, Bun, hiks ..." Tangis kevan.

"Berdoa sayang," lirih Dina sambil mengecup surai kevan.

"Adek kuat, Bang," ujar Ardi menenangkan, padahal dirinya juga sama kacau seperti kevan dan Dina.

Pintu ruangan itu terbuka dan keluarlah dua orang dokter, Ardi mendekat untuk bertanya tapi dokter itu lebih dulu berujar.

"Pasien koma, detak jantungnya kembali melemah, saya juga tidak bisa memprediksikan apa-apa, semuanya terjadi tiba-tiba."

Kevan membeku mendengarnya,
Dina juga tidak bisa menahan untuk tidak histeris. Sedangkan Ardi masih mencerna perkataan dokter.

"Untuk saat ini pasien kevin harus berada di ruang ICU agar kami lebih mudah untuk memantaunya, perbanyak doa semoga Tuhan beri keajaiban, kevin anak yang kuat. Saya permisi kedalam lagi," ujar dokter itu lalu kembali masuk keruang ICU.

🌿🌿

Berhari tapi keadaan kevin belum membaik, detak jantungnya masih sangat lemas. Bahkan berbagai alat sudah di pasangkan di tubuh kurusnya.

Seminggu berlalu tapi keadaan anak itu masih sama saja, Dina bundanya sudah sempat drop dan beberapa kali pingsan dan akhirnya harus di rawat juga.

Ardi dan Kevan membagi tugas untuk menjaga kedua orang kesayangan mereka. Kevin tidak bisa di jenguk hanya bisa di lihat dari balik kaca.
Kondisinya masih sama seperti hari-hari lalu.

🌿🌿

Kevan duduk sendiri di bangku taman rumah sakit, di depannya banyak anak-kecil berlarian. Bibirnya tersenyum tipis. Kevan rindu adiknya.

Netranya tidak sengaja menangkap dua sosok malaikat kecil yang sedang bermain balon. Anak itu kembar ternyata. Sama seperti kevan dan kevin.

Dua anak itu asik bermain, sampai yang lebih kecil dari yang satunya jatuh dari kursi. Kevan berdiri hendak membantu tapi dilihatnya kembaran anak itu dengan sigap membantu adiknya yang jatuh untuk berdiri dan kembali duduk di kursi. Anak itu menangis tapi yang satunya dengan sigap menghapus air mata kembarannya lalu memeluk dengan hangat.

Air mata kevan kembali menetes.
Adiknya juga cengeng, ah, kevan rindu adiknya yang cengeng itu.

"Adek cepat bangun," lirih kevan.

"Abang kangen adek."

Ardi yang melihat kevan menangis sendiri ikut menangis di tempatnya.
Niatnya ingin menghampiri tapi urung karna Ardi paham betul sifat putranya itu. Kevan butuh waktu sendiri.

Sampai suara code blue berbunyi nyaring membuat Ardi berlari. Dan kevan ikut berlari saat mendengar suara itu. Detak jantungnya berdegup kencang. Di pikirannya hanya kevin.

Adiknya akan baik-baik saja bukan?

Sampai di depan ICU kevan melihat beberapa dokter berlari kedalam ruangan. Kevan Ardi dan Dina menunggu di depan dengan pikiran kacau. Bagaimana keadaan kesayangan mereka?

Sampai seorang dokter keluar dan menghampiri Ardi

"Pasien ingin bertemu dengan keluarganya terutama abangnya," ujar dokter itu sendu.

Mereka segera memasuki ruangan, dapat mereka lihat mata indah itu kini sayu menatap kearah mereka satu persatu. Ventilator sudah di cabut.
Karna kejut jantung yang dilakukan tadi.

Ardi mendekat mencium kening putranya. Diikuti Dina.
Kevan? Masih berdiri di tempatnya dengan air mata yang mengalir tanpa henti.

"Anak ayah harus kuat," lirih Ardi.

Kevin hanya mengedipkan matanya lemas.

"Adek harus sembuh, demi bunda, ayah, sama abang ya sayang," ujar Dina  terisak.

"A–abang," lirih Kevin tersedat.

Kevan mendekat lalu memeluk adiknya. Menangis dipelukan kevin.

"Adek harus sembuh, abang sayang adek," lirih kevan sesegukan.

"A–dek ju–juga sa–sayang a–abang."

"A–adek sa–yang ka–li–an."

Kevan melepas pelukannya lalu mencium lama kening sang adik.
Kevin menatap mereka dengan senyumnya. Sampai suara nyaring itu terdengar membuat semuanya menjati kacau.

__________

Garis lurus itu cukup meruntuhkan dunia mereka saat itu juga, bagaimana mata itu terpejam dan semuanya menyesakkan .

🌿🌿
My family

_______ End ______

Akhirnya end juga nih..
Hihi gimana ?
Maaf kalo ga bagus ya

Oh iya, buat cerita barunya kalian bisa cek profile aku ya gays hihi
Stay terus karna banyak yang baru dari aku🤗

Sikembar pamit👋❤

See you
😚❤

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang