🌿15

10.2K 779 29
                                    

Vote and komen kalo udah baca ya❤

Happy reading
____🌿🌿____

"Abang," panggil Kevin yang hanya dibalas deheman oleh Kevan.
Kedua anak itu sedang berada di kamar Kevin. Setelah selesai membuka kado di ruangan tadi. Kevan Menemani anak itu nonton tapi akhirnya Kevan asik sendiri dengan hp nya.

Kevin mengerucutkan bibirnya. Kesal karna Kevan sedari tadi sibuk sendiri. Dirumah besar ini hanya tinggal dirinya bersama abang. Banyak sih pembantu, tapi ya gitu! Gak ada yang bisa di ajak main semuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ardi pergi kekantor dan Dina pergi ke butik. Setelah acara semalam Ardi dan Dina harus kembali ke tempat kerja masing masing karna hal yang mendadak. Seperti Ardi, urusan cabang barunya dan Dina dengan gaun-gaun yang harus di rancang.

"Abang, lo sibuk sendiri," ujar Kevin kesal sambil memainkan selang infusan.

"Apa sih Dek, nonton aja abang temenin ini," balas Kevan tanpa menatap adiknya yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Adek bosen, Abang," rengek Kevin.

"Nonton lain aja, kalo nggak main aja sama boneka Dek." Kevan masih asik dengan ponselnya sampai teriakan Kevin mengagetkannya.

"Huwaaaa, darah!" teriak Kevin yang sudah menangis.

Kevan kalang kabut dibuatnya, pasalnya adiknya itu sangat suka memainkan selang infusan sampai keluar darah seperti sekarang.
Darah itu keluar cukup banyak sampai Kevan harus menelfon dokter Jo.

Setelah dokter Jo datang dan membetulkan infusan Kevin, anak itu masih saja menangis. Sungguh hobi-_-
Tadinya dokter Jo hanya memakai plaster di tangan Kevin, tapi sekarang mengingat anak itu sangat nakal. Dokter Jo memilih memperban saja tangan Kevin hingga anak itu tidak bisa menekan  nekan lagi bagian yang tertancap jarum.

Kevan memeluk adiknya sampai Kevin tertidur dalam pelukan Kevan, dan boneka paus di sampingnya.
Dokter Jo pamit, setelah berpesan jika terjadi apa-apa lagi untuk langsung menghubunginya.
Kevan mengucap maaf karna tidak bisa mengantar kedepan karna masih memeluk adiknya yang baru terlelap.

🌿🌿

Kevan membaringkan adiknya hati-hati. Matanya terus menatap wajah menggemaskan adiknya. Selalu saja kadar menggemaskan anak itu naik setelah menangis, hidung merah dan mata sembab.

Kevan mengecup kening adiknya, ada saja tingkah Kevin yang membuat semua orang panik dan bahagia. Adiknya memang istimewa dengan sifat kekanak-kanakannya.

Kevan turun dari kasur lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah di penuhi keringat karna panik saat Kevin menangis tadi.
Sudah biasa memang, tapi Kevan takut jika adiknya sampai sesak dan berakhir lagi di rumah sakit.

Setelah selesai dengan ritual mandinya. Kevan turun kebawah untuk mengambil cemilan. Saat itu juga Ardi dan Dina masuk ke dalam rumah dengan wajah lelah dan lesu.
Kevan tidak menyapa, dirinya memilih membuatkan minum dan menyiapkan beberapa cemilan untuk orang tuanya.

Ardi dan Dina duduk bersandar di sofa, dengan Dina dibahu Ardi. Kevan datang dan meletakkan nampan berisi air dan cemilan di atas meja depan orang tuanya lalu ikut duduk bersanda pada bahu Ardi.

"Tadi adek nangis," ujar Kevan memulai pembicaraan.

Dina dan Ardi tidak menjawab, memilih menunggu kelanjutan Kevan.

"Mainin selang infus sampai darahnya naik dan keluar banyak," lanjut Kevan lagi tapi belum mendapatkan respon dari orang tuanya.

"Tapi udah abang panggil dokter Jo, sekarang adeknya udah tidur," tambah Kevan sambil memakan cemilannya.

"Abang pinter banget sih, makasih sayang udah jagain Adek," ujar Ardi sambil megecup kening Kevan.

"Abang terbaik buat Adek, makasih udah gantiin ayah bunda jagain Adek disaat kita kerja," ujar Dina lalu mengecup pipi Kevan.

Ardi menatap Dina dan kevan secara bergantian, lalu mengehela nafas panjang yang di sambut tatapan bingung dari anak dan istrinya.

"Ayah kenapa?" tanya Kevan.

"Gakpapa."

"Kamu kenapa sih?" tanya Dina.

"Gakpapa."

"Yaudah." Kompak Dina dan Kevan bersamaan membuat Ardi berdecak kesal. Dasar anak sama istri sama aja.
Sama sama gak peka

"Kok yaudah sih, ayah kan juga mau di cium," kesal Ardi.

Kevan dan Dina bangkit dari duduknya lalu Dina berdiri di samping Kevan, dan membisikkan sesuatu. Lalu suara keduanya terdengar diikuti suara tawa yang menggelegar.

"Cium aja sama tembok." Kevan dan dina kompak berujar lalu tertawa bersama membuat Ardi kesal setengah mati. Untung Anak sama Istri. UNTUNG SAYANG. Huuhhhhh

🌿🌿

Kevin sudah bangun dari tidurnya dan sekarang kembali menangis. Entah udah berapa kali anak itu menangis hari ini. Apa kalian ingat?
Anak itu menangis karna melihat tangannya sudah di perban. Entah apa yang harus di tangiskan.

"Abang hiks ... huwaaa." tangisnya.

"Tangan adek hiks ... kenapa gini hiks ..." ujarnya sesegukan sambil memperlihatkan tangannya pada Kevan.

"Cuma di perban Dek, biar lo gak mainin sama nekan-nekan lagi jarumnya," jawab Kevan sambil mengusap-ngusap tangan adiknya lembut.

"Nyut nyut Abang hiks ..." rengeknya membuat Kevan gemas.

"Nanti juga sembuh sayang," ujar Dina yang masuk sambil membawa nampan berisi makanan.

"Anak ayah kenapa lagi, hm?" tanya Ardi.

"Tangan adek hiks ... nyut-nyut Ayah," adunya pada sang ayah.

"Nanti pasti sembuh sayang," ujar Ardi  lalu mengecup tangan Kevin.

"Makan dulu, biar cepet gede, cepet sembuh. Nanti jadi Kapten Amerika," bujuk Dina yang di angguki Kevin.

Dina menyuapi Kevin dengan telaten, anak itu masih bersandar pada Kevan.
Tangan kanannya memainkan jemari Kevan sedangkan tangan kirinya masih diusap sang abang.

Semangkuk bubur ludes di makan Kevin, lalu anak itu kembali tertidur dengan nyenyak, dan pastinya di pelukan Kevan.

Bagi Ardi dan Dina tidak ada yang lebih manis dari pada kedua putra kembarnya.

🌿🌿
My family

Sesuai janji ya🤭 aku double nih
Maaf telat dikit hihi

Se you next part👋❤

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang